Pemerintah Imbau Pekerja Perbaiki Pola Hidup Lewat Pendekatan Sadar Risiko

Pemerintah Imbau Pekerja Perbaiki Pola Hidup Lewat Pendekatan Sadar Risiko

Berita Utama | okezone | Rabu, 6 November 2024 - 05:00
share

JAKARTA – Salah satu isu kesehatan  bagi para pekerja saat ini adalah stres. Karena hal ini bisa memengaruhi berbagai aspek kehidupan dan menimbulkan masalah kesehatan secara jangka panjang.

Sebagai respons terhadap stres, para pekerja sering kali melarikan diri dengan berbagai kebiasaan berisiko seperti merokok. Produk tembakau alternatif, seperti rokok elektronik, kantong nikotin, dan produk tembakau yang dipanaskan, dapat menjadi opsi bagi perokok untuk memperbaiki pola hidup.

Direktorat Kesehatan Jiwa Kementerian Kesehatan, Puspita Tri Utami, mengatakan, stres pada pekerja bisa berdampak pada aspek psikologis dan fisiologis. Secara psikologis, stres bisa memicu depresi, psikosomatis, hingga masalah kejiwaan.

“Sementara dari sisi fisiologis, stres bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan mulai dari kardiovaskular, diabetes melitus, muskuloskeletal, sakit kepala, hingga gangguan imunitas,” ujarnya saat diskusi yang digelar Masyarakat Sadar Risiko Indonesia (Masindo) bertajuk “Membangun Kesadaran Risiko Kesehatan Mental” dikutip Selasa (5/11/2024).

 

“Kesehatan jiwa dan kesehatan fisik sangat berkaitan karena hormon kortisol bisa menyebabkan gangguan-gangguan fisik sehingga kita harus menjaga kesehatan mental,”sambungnya.

Adapun dampak stres terhadap gangguan perilaku meliputi perubahan pola makan dan tidur, sosialisasi menurun, dan kebiasaan merokok. Akibatnya, performa pekerja menjadi turun.

“Organisasi akan turut terdampak karena pekerja menjadi sering tidak masuk kerja, peningkatan turnover, konflik meningkat dan penurunan kualitas hubungan antar sesama,”ujarnya.

“Akhirnya juga akan ada peningkatan biaya untuk masalah kesehatan karena tingkat kecelakaan meningkat,” tutup Puspita.

Psikolog, Sukmayanti Rafisukmawan, menambahkan, untuk mengatasi stres memang memerlukan pendekatan yang mendalam selain pemberian edukasi agar para pekerja tidak melakukan kebiasaan berisiko yang sifatnya coping menchanism seperti kebiasaan merokok.

“Jika berhenti langsung ternyata tidak berhasil dan tetap dipaksakan, maka akan menimbulkan ketidakseimbangan berupa kecemasan yang berlebih sehingga berdampak pada menurunnya tingkat konsentrasi, suasana hati mudah berubah, dan rentan emosi. Ujungnya kemungkinan besar terjadi relaps,” tuturnya.

 

Sementara bagi para perokok dewasa yang mengalami kesulitan berhenti merokok secara langsung, maka dapat mengedepankan upaya pengurangan risiko dengan cara beralih melalui penggunaan produk tembakau alternatif. 

"Mari kita buat suatu rencana yang secara bertahap. Misalnya mereduksi kebiasaan merokok dengan menggunakan produk-produk yang jauh lebih rendah risiko, seperti produk tembakau alternatif dan sambil terus melakukan konseling dengan psikolog. Intinya adalah bisa menstabilkan,” jelasnya.

Dokter Spesialis Gizi Klinik, dr. Andri Kelvianto, menambahkan, mengurangi kebiasaan buruk akibat stres perlu dilakukan secara bertahap.

“Kalau emotional eating, kita tahu hormon kortisol lagi tinggi sehingga menginginkan rewarding berupa makanan manis untuk menaikkan hormon dopamin. Jadi bisa ganti ke gula bebas kalori karena yang dikejar dari rewarding emotional eating adalah rasa manisnya. Ini salah satu cara mengurangi risiko,” ucapnya.

Strategi tersebut kata Andri, dapat juga diterapkan untuk mengurangi risiko dari kebiasaan merokok setiap hari.

“Kita ganti menggunakan produk yang secara penelitian lebih rendah risiko sehingga tidak menghilangkan beberapa kebutuhan yang bisa dimanfaatkan seseorang untuk menurunkan stres.  Jadi seseorang tidak merasa terlalu berat karena tidak berubah 180 derajat. Itu salah satu pengurangan risiko yang bisa kita lakukan,”tandasnya.

Topik Menarik