4 Riwayat Penyakit yang Pernah Dialami Mike Tyson, Terakhir Trauma Otak
Mike Tyson belakangan menjadi sorotan. Ini lantaran petinju profesional asal New York itu akan naik ring tinju untuk melawan Jake Paul pada 15 November 2024 mendatang.
Pertarungan Mike Tyson versus Paul Jake tersebut bukan laga eksibisi, melainkan adu tinju profesional. Ini menjadi momen comeback Tyson setelah pensiun dari dunia tinju profesional sejak 2005 silam.
Tentu bagi Tyson tidaklah mudah, mengingat usianya kini sudah 58 tahun, sementara lawannya, Paul berumur 27 tahun. Kondisi kesehatan Tyson pun sempat menjadi perhatian, sebab duel itu sejatinya digelar pada Juli 2024.
Pertarungan diundur karena sang juara dunia tinju menderita tukak lambung beberapa pekan sebelum duel.
Selain tukak lambung, Mike Tyson juga memiliki beberapa riwayat penyakit lain. Apa saja itu? berikut di antaranya melansir dari laman Daily Mail.
1. Masalah punggung
Pada September 2022 lalu, Tyson mengaku bahwa dirinya menderita penyakit Sciatica alias linu panggul.
Sciatica adalah suatu kondisi medis di mana saraf yang membentang dari punggung bawah hingga kaki penderitanya teriritasi atau tertekan.
Tyson terpaksa mengungkap salah satu gangguan kesehatannya itu usai salah satu foto dirinya sedang duduk di kursi roda pada Agustus 2022 beredar.
“Saya menderita linu panggul sesekali, penyakit itu kambuh. Saat itu berkobar, saya bahkan tidak bisa bicara! Syukurlah itu satu-satunya masalah kesehatan yang saya alami. Saya luar biasa sekarang,” tuturnya.
Itu bukan pertama kalinya 'Iron Mike' menderita gangguan kesehatan terkait punggungnya. Sakit punggung sebenarnya menjadi salah satu penyakit yang membuat Tyson terpaksa meninggalkan ring tinju pada tahun 2005 setelah menikmati karir selama 20 tahun.
Pada tahun 2002, setelah kalah dari Lennox Lewis, Tyson bahkan sempat berteriak, “Punggungku patah, punggungku patah, Tulang Belakang!”.
Istri ketiga Tyson, Lakiha Spicer, kemudian mengungkapkan bahwa dua tulang belakang suaminya itu telah diangkat dari tubuhnya dan batang titanium dimasukkan untuk mengatasi masalah punggung tersebut.
2. Depresi dan gangguan kepribadian
Pada tahun 1998, Tyson juga pernah didiagnosis menderita gangguan kepribadian. Selain itu, sang legenda tinju tersebut juga disebut-sebut menderita depresi.
“Riwayat pribadinya ditandai dengan trauma psikologis dan fisik yang signifikan, serta keyakinan bahwa dia telah dikhianati oleh orang-orang yang dekat dengannya,” demikian bunyi diagnosis Tyson yang beredar pada tahun 1998 silam.
“Hal ini menyebabkan Tuan Tyson mempunyai masalah kepercayaan yang signifikan, karena dia takut dikhianati. Selain itu, dia berjuang dengan harga diri yang rendah,” sambung diagnosis tersebut.
Istri pertama Mike Tyson, Robin Gives, juga menyatakan bahwa petinju itu menderita 'manic depressive' saat wawancara tahun 1988 dengan Barbara Walters.
3. Kecanduan narkoba
Sejak pensiun, Tyson juga pernah tidak segan-segan membicarakan soal pengalaman buruknya ketika kecanduan narkoba di masa lalu.
Tyson merinci bahwa penggunaan narkobanya sebagian besar berpusat pada kokain. Namun, saat itu ia mengaku juga telah bereksperimen dengan bentuk narkoba lain, termasuk dari katak beracun yang menurutnya membuatnya mati secara hukum untuk sesaat.
“Dalam perjalanan, saya telah melihat bahwa kematian itu indah. Hidup dan mati keduanya harus indah, tetapi kematian memiliki reputasi yang buruk. Katak itu telah mengajariku bahwa aku tidak akan berada di sini selamanya. Ada tanggal kadaluarsanya,” tutur Tyson kepada New York Post.
“Saya melakukannya sebagai sebuah tantangan. Saya menggunakan obat-obatan berat seperti kokain, jadi mengapa tidak? Itu dimensi lain. Sebelum saya membuat katak, saya hancur. Lawan terberat yang pernah saya hadapi adalah diri saya sendiri. Saya memiliki harga diri yang rendah,” sambungnya.
4. Trauma otak
Meskipun Tyson tidak pernah mengungkapkan atau menyatakan bahwa ia menderita trauma otak, dokter khawatir bahwa berada di atas ring telah menyebabkan kerusakan permanen pada bagian otaknya.
Direktur pengembangan dan operasi di Concussion Legacy Foundation Inggris, Nathan Howarth bahkan sempat prihatin dengan kondisi Tyson karena trauma kepala berulang yang dia derita selama kariernya yang termasyhur.
Menurut Howarth, paparan benturan kepala dalam waktu lama meningkatkan risiko kondisi seperti ensefalopati traumatis kronis (CTE).
“Paparan terhadap benturan di kepala meningkatkan risiko terjadinya hal-hal seperti ensefalopati traumatis kronis. Kasus tinju pertama yang dilaporkan terjadi pada tahun 1930an, dan kami masih melihatnya dalam kaitannya dengan risiko tinju terhadap CTE, dan bukan rahasia lagi bahwa ada unsur degenerasi saraf,” kata Nathan kepada Betway.
“Belum ada gambaran pasti mengenai risiko yang akan terjadi, namun sebagai seseorang yang berusia 57 tahun, jelas akan ada risiko dalam profil usia yang berpotensi memberikan dampak lebih besar pada seseorang yang berusia lebih tua,” tutupnya