Geger Dolar AS Anjlok Jadi Rp8.170 di Google, BI Ungkap Fakta Mengejutkan
JAKARTA, iNews.id - Nilai dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah anjlok ke level Rp8.170,65 di laman Google Search pada Sabtu (1/2/2025) lalu. Netizen pun digegerkan dengan fenomena ini.
Sejumlah netizen di Twitter atau X ramai membahas tampilan nilai dolar AS terhadap rupiah di laman pencarian Google tersebut. Mereka menduga fenomena itu disebabkan bug.
"Pas cek harga emas dan perak kok turun, ternyata dicek di Google 1 Dollar setara Rp8.000. Beneran 8 ribu apa ada masalah pada sistem Google ya? Ada apa ini?" tanya akun Harry Sofian, peneliti arkeologi di BRIN Indonesia.
"Ngebug itu, aneh banget dalam semalam turunnya udah 49,88 persen ajaib, zaman Habibie dulu butuh 5 bulan dan itu bisa turun dari harga Rp11.200 ke 7.385," kata seorang netizen.
"100 persen ngebug, karena ga munngkin secepat itu dari 16.000 ke 8.000," komentar netizen lainnya di X.
BI Ungkap Fakta Mengejutkan
Bank Indonesia (BI) pun merespons fenomena tersebut. Tampilan nilai tukar rupiah menjadi Rp8.170 per dolar AS merupakan kesalahan pihak Google.
"Level nilai tukar USD/IDR Rp8.100-an sebagaimana yang ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya," ujar Kepala Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso dalam keterangannya, Minggu (2/2/2025).
Dia menuturkan, data BI pada Jumat (31/1/2025) menunjukkan kurs rupiah terhadap dolar AS yakni Rp16.312. Dia menyatakan, pihaknya langsung mengontak Google terkait hal tersebut.
"Kami sedang berkoordinasi dengan pihak Google Indonesia terkait ketidaksesuaian tersebut untuk segera dapat melakukan koreksi yang diperlukan," tutur dia.
Google Buka Suara
Google Indonesia angkat suara soal kurs dolar Amerika Serikat (AS) ke rupiah anjlok menjadi Rp8.170 berdasarkan tampilan informasi real time lamannya. Google mengakui terdapat kesalahan informasi yang mempengaruhi informasi nilai tukar rupiah.
"Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar rupiah (IDR) di Google Search," ujar Google Indonesia dalam keterangannya, Sabtu (1/2/2025).
Google menyebut, data konversi mata uang tersebut bersumber dari pihak ketiga.
"Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin," tutur Google.