Proyek Hilirisasi Batu Bara PTBA Bakal Didanai Danantara?
JAKARTA - PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA) menggodok proyek hilirisasi batu bara. Di mana, PTBA memulai pilot project konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet untuk bahan baku baterai, khususnya baterai lithium-ion (Li-ion).
Lalu PTBA bakal mendapat suntikan dana dari Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk membiayai proyek hilirisasi tersebut?
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail memastikan, pilot project konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet untuk bahan baku baterai menggunakan anggaran internal perusahaan.
“Kalau masih pilot project kita masih bisa menggunakan kas internal kita sendiri, nilainya tidak terlalu besar,” ujar Arsal saat konferensi pers, Jakarta Selatan, Senin (14/4/2025).
1. PTBA Belum Bahas Proyek dengan Danantara
Anggota Holding BUMN Pertambangan ini belum menerima dana investasi dari Danantara. Arsal menyebut, pihaknya belum bertemu Dewan Pelaksana Danantara untuk membahas proyek yang dimaksud.
Bila kedua pihak sudah bertemu, PTBA bakal menyampaikan konsep dari proyek percontohan di sektor energi itu. Termasuk akan mendapat masukan dari Dewan Pelaksana Danantara.
“Kemudian bagaimana Danantara-nya? Karena Danantara juga masih baru ya, kami juga belum dipanggil, kami tentu akan menyampaikan apa yang kami lakukan, kami juga akan melakukan diskusi, masukan seperti apa,” paparnya.
2. Konversi Batu Bara
Saat ini, pilot project konversi batu bara menjadi artificial graphite dan anode sheet masih dibahas di internal holding.
“Sementara ini diskusi kami baru sampai MIND ID, masih dalam proses lah, mudah mudahan dalam waktu dekat kami bisa berbicara langsung,” ucap dia.
3. Harga Batu Bara Acuan
Sementara itu, Pemerintah telah menerapkan ketentuan mengenai Harga Batubara Acuan (HBA) untuk ekspor. Kebijakan tersebut mulai berlaku pada 1 Maret 2025.
Satu Permintaan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Bahrain di Kualifikasi Piala Dunia 2026
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengatakan, aturan yang diterbitkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) ini memastikan harga batu bara Indonesia tidak lagi ditentukan negara lain dengan nilai yang lebih rendah.
Bahkan, penerapan HBA sekaligus menjaga stabilitas harga dan meningkatkan daya saing batu bara Indonesia di pasar global.
“Supaya Indonesia itu mempunyai harga yang tidak terpengaruh dengan situasi yang ada di luar negeri, sehingga kita tuh mempunyai brand sendiri dan ini sudah mulai diterapkan 1 Maret (2025),” ujar Arsal.
4. Dampak Perang Tarif AS-China
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengakui terdapat potensi gangguan ekspor batu bara ke negara mitra lantaran ketidakpastian perdagangan global, imbas perang tarif antara Amerika Serikat (AS) dan China.
Arsal menyebut, pasar ekspor PTBA meliputi China, India, Korea Selatan, dan Vietnam. Negara mitra dagang ini justru dikenakan tarif resiprokal dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
“Dengan adanya kondisi seperti itu (perang tarif) ketidakpastian itu masih terjadi, terutama China, India yang menjadi ekspor kita, China, India, Korea, kita ada Vietnam ya,” ujar Arsal.
Tak dipungkiri, Arsal merasa khawatir dengan perang tarif saat ini. Menurutnya, bila kondisi itu masih berlangsung lama, maka akan berdampak bagi kinerja ekspor batu baru Indonesia.
Pasalnya, perang tarif membuat ekonomi di negara mitra dagang melemah dan menekan permintaan industri terhadap batu bara.
“Nah, kita masih ada kekhawatiran kalau seandainya kondisi ini terjadi terus-menerus sehingga pertumbuhan ekonomi mereka menjadi lambat, ini akan mempengaruhi permintaan batu bara,” paparnya.
Arsal mencontohkan, Negeri Tirai Bambu masih bisa memproduksi batu bara untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka. Sehingga impor komoditas energi yang sebelumnya dilakukan bisa ditiadakan.
“China sendiri sebenarnya dia bisa memproduksi bisa sampai memenuhi kebutuhan dalam negeri mereka, bisa penuhi. Karena mereka paling banyak, kapasitas mereka bisa sampai 5 miliar (ton), mungkin tahun kemarin hanya 4,5 miliar, kurang lebih 200 - 300 juta itu impor,” beber dia.
Begitu juga India, pasokan batu bara masih cukup banyak, sehingga impor dapat dikurangi atau justru ditiadakan.