Kisah Pilu Komunikasi Terakhir Pasangan Suami-Istri Korban Kebakaran Apartemen Hong Kong
HONG KONG, iNews.id - Di tengah kobaran api yang melalap tujuh menara apartemen Wang Fuk Court, Distrik Tai Po, Hong Kong, sejumlah penghuni mengalami momen memilukan, percakapan terakhir melalui telepon dengan orang-orang terkasih yang terjebak di dalam gedung.
Kebakaran dahsyat pada Rabu (26/11/2025) itu sejauh ini menewaskan sedikitnya 128 orang, sementara 200 lainnya masih hilang.
Dari ribuan penghuni kompleks berusia 40 tahun lebih itu, tak sedikit yang menggunakan telepon sebagai satu-satunya cara memastikan keselamatan keluarga, atau untuk mengucapkan pesan terakhir.
Istri Terjebak, Suami Hanya Bisa Memberi Arahan di Telepon
Salah satu kisah paling menyayat hati datang dari Lawrence Lee. Dia sedang berbicara dengan istrinya ketika api mulai membesar di lantai-lantai apartemen.
“Saya menyuruhnya lari, lari secepat mungkin,” ujarnya, suaranya bergetar mengingat kembali percakapan itu, seperti dikutip dari The New York Times.
Namun kenyataan yang dihadapi sang istri jauh lebih menakutkan. Begitu membuka pintu, koridor dan tangga sudah dipenuhi asap pekat. Segalanya gelap. Tidak ada arah yang bisa dituju.
“Dia bilang tidak bisa melihat apa pun. Jadi dia kembali ke apartemen,” tutur Lee.
Itulah kalimat terakhir yang didengarnya. Setelah itu, telepon terputus. Hingga kini, Lee belum mengetahui nasib istrinya.
Teriakan Panik, Pesan Tak Terbalas
Banyak keluarga lain melaporkan percakapan serupa, sebagian berlangsung singkat, sebagian tak pernah terjawab. Para penghuni yang selamat mengatakan bunyi dering telepon terdengar di mana-mana selama evakuasi, bercampur dengan suara sirene, alarm gedung, dan teriakan warga yang meminta tolong.
Chu (70), yang tinggal di salah satu blok, mengatakan dia terus mencoba menghubungi teman-temannya yang tinggal di menara sebelah.
“Telepon mereka berdering, tapi tidak ada yang mengangkat,” ujarnya.
Setelah menginap di rumah teman pada malam kejadian, dia kembali ke kompleks pada pagi hari dan mendapati gedungnya masih menyala. Rumah, harta benda, dan mungkin teman-temannya, semuanya hilang.
“Kami tidak tahu harus berbuat apa,” ucapnya pelan.
Pesan Harapan dari Seorang Ibu yang Mencari Putrinya
Di luar salah satu pusat penampungan sementara, suasana dipenuhi tangisan dan telepon yang terus-menerus berbunyi. Warga mencoba mencari informasi sambil berharap ada suara yang menjawab dari seberang.
Seorang perempuan bermarga Ng (52), terlihat memegang erat foto kelulusan putrinya sambil terus memeriksa ponselnya. Dia bercerita bahwa suami dan putrinya tidak bisa dihubungi sejak awal kejadian.
“Dia dan ayahnya belum keluar. Saya menelepon berulang kali, tapi tak ada jawaban.”,” ucapnya, dalam tangis.
Harapan, baginya dan banyak keluarga lain, kini bergantung pada bunyi telepon yang mungkin tak akan pernah dijawab lagi.
Kompleks Wang Fuk Court memiliki hampir 2.000 unit apartemen yang menampung sekitar 4.600 penghuni. Banyak dari mereka adalah lansia dan keluarga berpenghasilan menengah ke bawah.
Pada hari nahas itu, telepon menjadi jembatan terakhir yang menghubungkan para korban dengan dunia luar.
Kebakaran yang meludeskan tujuh menara sekaligus ini disebut-sebut sebagai tragedi perumahan paling mematikan dalam beberapa dekade terakhir di Hong Kong. Hingga kini, tim penyelamat masih berusaha menembus puing dan ruang-ruang penuh asap untuk mencari para penghuni yang hilang.










