Ada Perang Dagang, Perusahaan Minuman Asal China Ini Pilih IPO di Nasdaq
IDXChannel - Zhang Junjie, pengusaha 30 tahun asal China pendiri perusahaan teh susu Chagee Holdings, mencatatkan perusahaannya di Nasdaq pada Kamis (17/4/2025) di tengah memanasnya perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).
Saham Chagee naik 16 persen pada hari pertama perdagangan, meski pemerintahan Donald Trump berulang kali mengancam akan menghapus perusahaan-perusahaan China dari bursa AS.
Saham Chagee sempat melonjak hingga 50 persen dari harga penawaran umum perdana (IPO) sebesar USD28 sebelum turun tipis.
Saat ini, kapitalisasi pasar perusahaan tersebut mencapai USD5,9 miliar. Zhang, yang menjabat sebagai ketua dan CEO, diperkirakan memiliki kekayaan bersih sekitar USD800 juta berdasarkan kepemilikannya di perusahaan, menurut perkiraan Forbes.
Perwakilan Chagee menolak mengomentari kekayaan pribadi Zhang.
"Para analis memproyeksi harga saham Chagee bisa naik karena perusahaan menawarkan sahamnya dengan harga murah. Chagee berhasil mengumpulkan dana sebesar USD411 juta dengan menjual 14,7 juta American Depositary Shares (ADS) di kisaran harga antara USD26-USD28 per saham. Meskipun harga tersebut berada di kisaran atas dari harga yang dipasarkan sebelumnya, valuasi atau harga saham Chagee dianggap lebih rendah jika dibandingkan dengan perusahaan teh China lain yang sudah tercatat di bursa saham," kata kepala riset DZT Research, Ke Yan, melalui WeChat dilansir Forbes, Sabtu (19/4/2025).
Saham Chagee diperdagangkan dengan valuasi kurang dari 15 kali estimasi laba per saham (EPS) 2025.
Sebagai perbandingan menurut Ke, saham Mixue Group, perusahaan bubble tea yang terdaftar di Hong Kong diperdagangkan 29 kali estimasi laba per saham (EPS), dan Guming Holdings (perusahaan teh susu di Hong Kong) diperdagangkan 19 kali proyeksi laba tahun ini.
"Pencatatan saham pesaing Chagee di Hong Kong menjadi alasan Zhang memilih pasar AS meski sedang terjadi perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia," kata direktur pelaksana bank investasi boutique Chanson&Co, Shen Meng, yang berbasis di Beijing.
Anggota Komisi VI DPR RI Tolak Wacana Redenominasi Rupiah, Ekonomi Belum Stabil Jadi Alasan
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menyatakan bahwa penghapusan perusahaan China dari bursa AS adalah salah satu opsi saat Trump berusaha menekan Negeri Tirai Bambu ke meja perundingan.
"Sudah ada beberapa perusahaan teh susu yang terdaftar di Hong Kong dan berhasil menarik banyak modal," ujar Shen.
Menurutnya, ada batasan jumlah dana yang bisa dikumpulkan perusahaan bubble tea di Hong Kong, sementara bursa saham di China daratan lebih memprioritaskan perusahaan teknologi sejalan dengan upaya Beijing memperkuat sektor teknologi domestik. Karena itu, AS menjadi satu-satunya pilihan realistis bagi Chagee.
Pencatatan saham Chagee di AS menjadi tonggak penting bagi Zhang yang berasal dari latar belakang sederhana.
Menurut The Paper, Zhang lahir di provinsi Yunnan, China bagian barat daya, dan menjadi yatim piatu pada usia 10 tahun. Dia tidak mengenyam pendidikan formal dan mulai bekerja di sebuah toko teh susu lokal saat berusia 17 tahun.
Zhang belajar membaca dan menulis pada usia 18 tahun, dan kemampuan serta etos kerjanya membuatnya dipromosikan menjadi manajer.
Prospektus perusahaan menunjukkan bahwa di pernah bekerja sebagai wakil manajer regional dan mitra waralaba di Yunnan David’s Beverage Co.
Gubernur BI: Redenominasi Rupiah Butuh Persiapan Panjang, Pemerintah Fokus Jaga Stabilitas
Sebelum mendirikan Chagee pada 2017, Zhang sempat bekerja kurang dari dua tahun di Shanghai Muye Robotics sebagai wakil kepala departemen.
Saat ini, Chagee mengoperasikan jaringan 6.440 gerai di seluruh China, yang menawarkan minuman seperti jasmine green tea latte dan peach oolong teappuccino dengan harga sekitar 20 yuan.
Tahun lalu, pendapatan perusahaan melonjak 167,4 persen secara tahunan menjadi 12,4 miliar yuan, sementara laba bersih naik 213,3 persen menjadi 2,5 miliar yuan.
Untuk membedakan dirinya dari pesaing seperti Mixue, yang dikenal menjual bubble tea, Zhang memposisikan Chagee sebagai merek teh premium yang menyajikan minuman segar buatan langsung, menurut prospektus.
Namun, pertumbuhan masa depan di pasar China diperkirakan melambat.
Analis berbasis di Singapura dari firma riset Investory, Devi Subhakesan, menulis dalam catatan riset bahwa nilai penjualan per toko Chagee per bulan cenderung menurun, yang mengindikasikan kejenuhan pasar domestik.
“Karena Chagee kesulitan untuk terus menembus pasar dalam negeri yang sudah jenuh, investor perlu sadar bahwa ekspansi pendapatan di masa depan mungkin lebih terbatas dibandingkan pesaing yang masih memiliki ruang tumbuh dalam skala dan jangkauan pasar," kata dia.
Chagee kini berupaya ekspansi ke luar negeri. Dana hasil IPO akan digunakan sebagian untuk memperluas jaringan gerainya, baik di China maupun secara internasional, menurut prospektus.
Divisi internasional pertama kali dibentuk pada 2018. Namun sejauh ini kemajuannya masih terbatas, dengan hanya 156 gerai di luar negeri, termasuk di Malaysia, Singapura, dan Thailand. Di Indonesia, Chagee dioperasikan oleh jaringan bisnis Erajaya Group.
(NIA DEVIYANA)










