Oversupply Bayangi Harga Minyak, Analis Cermati Peluang Saham Migas

Oversupply Bayangi Harga Minyak, Analis Cermati Peluang Saham Migas

Ekonomi | idxchannel | Jum'at, 19 Desember 2025 - 07:54
share

IDXChannel - Bayang-bayang kelebihan pasokan (oversupply) kembali menekan pergerakan harga minyak dunia.

Meski dinilai bersifat sementara, kondisi ini mulai memengaruhi sentimen saham-saham sektor minyak dan gas (migas), mendorong analis mencermati peluang selektif pada sejumlah emiten yang dinilai masih menarik secara teknikal dan fundamental.

Analis Julius Baer, bank swasta asal Swiss, Norbert Rücker, dalam sebuah catatan riset, dikutip Dow Jones Newswires, pada Kamis (18/12/2025), menjelaskan, harga minyak diperkirakan masih akan berada di bawah tekanan pada tahun depan seiring surplus pasokan yang belum mereda.

Menurut dia, risiko pasokan akibat meningkatnya tekanan Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela kecil kemungkinan berdampak signifikan.

“Venezuela adalah pemain kecil dan sebagian ekspornya kemungkinan tetap berlanjut,” kata Rücker.

Ia menambahkan, China sebagai pembeli utama minyak Venezuela saat ini memiliki stok yang cukup memadai, sehingga penurunan pasokan dari Venezuela diperkirakan berdampak terbatas terhadap fundamental pasar.

Julius Baer memperkirakan harga minyak akan bergerak di kisaran atas USD50 per barel sepanjang sebagian besar periode 2026.

Peluang Selektif

Founder WH Project William Hartanto menilai kondisi oversupply berpotensi menekan harga minyak dalam jangka pendek. Namun, tekanan tersebut dinilainya bersifat sementara.

Oversupply akan berefek pada penurunan harga minyak. Tapi, ini efek yang sementara karena OPEC pasti akan kendalikan lagi,” ujar William, Kamis (18/12/2025).

Ia menjelaskan, kondisi tersebut turut membuka ruang pelemahan terbatas pada saham-saham sektor minyak. Meski begitu, dari sisi teknikal, beberapa saham masih dinilai menarik untuk dicermati.

William menyoroti saham PT Elnusa Tbk (ELSA) sebagai salah satu saham yang menunjukkan area teknikal kuat.

“ELSA dengan support terbentuk pada 490, ini support yang cukup kuat untuk buy on weakness,” katanya.

Selain ELSA, saham PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga masuk dalam radar rekomendasinya. “MEDC dengan support pada 1.225. Kedua saham ini saya rekomendasikan untuk buy on weakness,” imbuh William.

Optimisme RHB

Sementara, RHB Sekuritas menaikkan rekomendasi sektor Integrated Oil & Gas Indonesia menjadi overweight dari netral, dengan ELSA dan PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) sebagai top picks, berdasarkan riset tertanggal 27 November 2025.

Kinerja sektor dinilai tetap solid meski harga minyak global melemah, ditopang mekanisme cost recovery, harga gas yang lebih tinggi, serta margin yang stabil.

RHB memperkirakan laba sektor migas tumbuh 17 persen secara tahunan pada 2026, melampaui proyeksi pertumbuhan laba emiten di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 9 persen.

Target pemerintah mencapai produksi 1 juta barel per hari minyak dan 12 bcfd gas, setara 12 miliar kaki kubik gas per hari, pada 2030 diperkirakan mendorong aktivitas eksplorasi mulai 2026, yang berpotensi menguntungkan ELSA.

Meski harga minyak mentah Brent turun 15 persen secara tahunan, pendapatan sektor relatif terjaga.

“Dalam dua tahun terakhir, pergerakan harga minyak relatif terbatas pengaruhnya terhadap pendapatan sektor minyak dan gas Indonesia,” kata analis RHB.

Selamat 9 bulan pertama di 2025, pendapatan naik 8 persen, sementara laba bersih hanya turun tipis. Untuk 2026, RHB memproyeksikan pendapatan sektor ini naik 2 persen, dengan pertumbuhan laba didukung penurunan beban bunga dan volume yang lebih tinggi, terutama pada ELSA dan PGAS.

Catatan JP Morgan

Dalam catatannya pada Sabtu, J.P. Morgan Commodities Research menyebut surplus minyak pada 2025 diperkirakan melebar hingga 2026 dan 2027, seiring pasokan minyak global yang tumbuh jauh lebih cepat dibandingkan permintaan, dengan laju pertumbuhan pasokan mencapai tiga kali lipat pertumbuhan permintaan hingga 2026.

Sementara itu, International Energy Agency (IEA) memperkirakan pasokan minyak global melampaui permintaan sebesar 3,84 juta barel per hari tahun depan, atau sekitar 4 persen dari konsumsi dunia.

Proyeksi ini memperkuat kekhawatiran pasar akan periode surplus yang berkepanjangan.

OPEC menyampaikan pandangan yang lebih seimbang dengan menilai pasokan dan permintaan global berpotensi mendekati titik keseimbangan pada 2026.

ICP Juga Tertekan Penguatan Dolar AS dan Oversupply

Harga rata-rata minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) mengalami penurunan sebesar USD0,80 per barel pada November 2025. Sehingga, tercatat menjadi USD62,83 per barel, dari USD63,62 per barel pada Oktober 2025. 

Penurunan harga minyak mentah utama di pasar internasional diakibatkan peningkatan nilai tukar mata uang Dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang utama dunia.

Penetapan ICP November 2025 sebesar USD62,83 per barel tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM Nomor 416.K/MG.03/MEM.M/2025 tentang Harga Minyak Mentah Bulan November 2025. Keputusan ini ditetapkan pada 10 Desember 2025.

"Dampak peningkatan nilai tukar Dolar AS tersebut, menyebabkan investor mengalihkan investasi ke pasar uang," kata Direktur Jenderal Migas Kementerian ESDM Laode Sulaeman di Jakarta, Rabu (17/12/2025).

Lebih lanjut, Laode menjelaskan, penurunan ICP November ini disebabkan oleh kekhawatiran kelebihan pasokan minyak mentah dunia, antara lain adanya kesepakatan OPEC+ yang merencanakan peningkatan suplai Desember 2025 sebesar 137 ribu barel per hari.

Selain faktor-faktor tersebut, perubahan harga minyak mentah juga dipengaruhi oleh faktor penurunan harga.

Arab Saudi menurunkan harga minyak mentahnya bagi pembeli Asia pada bulan Desember 2025 rata-rata sebesar USD1,20-USD1,40 per barel, sehubungan dengan terpenuhinya kebutuhan pasar seiring peningkatan produksi OPEC+. (Aldo Fernando)

Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.

Topik Menarik