Deretan Saham Paling Banyak Diborong Asing sepanjang 2025
IDXChannel - Sejumlah saham berkapitalisasi besar hingga emiten tambang tercatat menjadi incaran utama investor asing, seiring perbaikan sentimen pasar dan prospek kinerja emiten.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) year to date (YtD) hingga 29 Desember 2025, raksasa telekomunikasi pelat merah PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) menempati posisi teratas sebagai saham dengan net buy asing terbesar di pasar reguler, mencapai sekitar Rp7,14 triliun.
Masuknya dana asing tersebut sejalan dengan kinerja harga TLKM yang telah menguat 38,53 persen ke Rp3.490 per unit sepanjang tahun berjalan.
Kinerja jangka pendek TLKM dinilai masih cenderung biasa, namun prospek jangka panjangnya disebut lebih menjanjikan berkat sejumlah aksi korporasi strategis. Hal tersebut disampaikan Samuel Sekuritas dalam riset yang terbit pada 17 November 2025.
Samuel memproyeksikan pendapatan TLKM tumbuh terbatas di kisaran satu digit rendah dan mencapai Rp152 triliun pada 2026, atau naik 2,8 persen secara tahunan.
Pertumbuhan ini dinilai masih tertekan oleh penurunan bisnis legacy yang lebih cepat dari perkiraan serta ketatnya persaingan di segmen fixed broadband.
Meski demikian, TLKM telah menyiapkan sejumlah langkah untuk memperkuat profitabilitas jangka panjang.
Aksi tersebut mencakup spin-off Infranexia, dengan perjanjian pengalihan aset serat optik wholesale senilai Rp35,8 triliun, pencarian investor strategis global untuk bisnis pusat data (data center), serta penyederhanaan jumlah anak usaha hingga dua pertiga, dari 61 menjadi sekitar 19-20 entitas.
Di posisi kedua, pemain besar sektor otomotif hingga pertambangan PT Astra International Tbk (ASII) membukukan net buy asing Rp5,87 triliun. Saham konglomerasi ini juga mencatatkan kenaikan harga yang solid, yakni 46,28 persen YtD menjadi Rp6.600 per unit.
Prospek ASII dinilai tetap solid, ditopang kemampuan perseroan dalam menghasilkan arus kas bebas (free cash flow) yang konsisten.
DBS Group Research menilai, fondasi keuangan yang kuat tersebut memberi ruang bagi Astra untuk terus meningkatkan imbal hasil kepada pemegang saham.
Dalam riset terbarunya, dikutip Dow Jones Newswires, pada 2 Desember 2025, DBS Group Research menyoroti langkah Astra meluncurkan program pembelian kembali saham (buyback) senilai Rp2 triliun.
Kebijakan ini dinilai menegaskan komitmen manajemen dalam memperkuat nilai bagi pemegang saham. Dengan belanja modal yang relatif stabil, DBS melihat Astra memiliki ruang yang cukup untuk menaikkan rasio pembayaran dividen ke kisaran 55-60 persen.
DBS memproyeksikan Astra mampu membukukan free cash flow yield sebesar 13-17 persen sepanjang 2025-2027, yang diperkirakan menjadi pendorong utama valuasi saham.
Selain itu, DBS juga melihat adanya peluang divestasi aset non-inti, khususnya bisnis perkebunan kelapa sawit.
Minat asing juga terlihat kuat pada sektor pertambangan. Saham emiten tambang mineral pelat merah PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) mencatat net buy asing Rp5,58 triliun, dengan lonjakan harga saham mencapai 118,22 persen YtD ke Rp3.180 per unit.
Sementara itu, emiten Grup Bakrie dan Grup Salim PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) menyusul dengan net buy Rp5,17 triliun, seiring reli harga saham yang melonjak tajam hingga 217,92 persen menjadi Rp1.105 per unit sepanjang 2025.
Kinerja saham ANTM dan BRMS terdongkrak lonjakan harga emas dunia sepanjang tahun ini. Harga emas tercatat sempat melonjak sekitar 70 persen dan menuju kenaikan tahunan terkuat sejak 1979.
Di luar dua saham tersebut, investor asing juga memborong tambang Grup Salim PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) senilai Rp2,85 triliun, meski harga sahamnya masih terkoreksi 23,30 persen YtD.
AMMN, bersama BRMS, masuk dalam daftar konstituen VanEck Gold Miners ETF pada tahun ini. Masuknya kedua saham tersebut turut menjadi katalis yang menarik aliran dana investor asing.
Minat asing turut menyasar saham berbasis energi baru terbarukan dan alat berat. PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) besutan taipan Prajogo Pangestu mencatat net buy asing Rp2,84 triliun dengan kenaikan harga 2,96 persen, sementara PT United Tractors Tbk (UNTR) diborong asing senilai Rp1,93 triliun dan menguat 10,08 persen YtD.
Dari sektor batu bara dan perbankan syariah, PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) mencatat net buy Rp1,87 triliun, meski harga sahamnya masih turun 11,68 persen, sedangkan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) diborong asing sekitar Rp1,51 triliun dengan koreksi harga 16,94 persen YtD. (Aldo Fernando)
Disclaimer: Keputusan pembelian/penjualan saham sepenuhnya ada di tangan investor.









