Raja Charles III Takut Berdamai dengan Pangeran Harry, Khawatir Ancaman Keamanan
Raja Charles III menghadapi dilema serius terkait upaya rekonsiliasi dengan Pangeran Harry. Menurut laporan, kekhawatiran Raja didasarkan pada potensi bahaya hukum yang dapat muncul dari hubungan tersebut, terutama terkait tuntutan hukum yang diajukan Harry terhadap pemerintah Inggris mengenai hak keamanannya.
Hubungan antara ayah dan anak ini telah lama tidak harmonis, terutama setelah Pangeran Harry dan Meghan Markle mengundurkan diri sebagai anggota senior Keluarga Kerajaan dan pindah ke Amerika Serikat. Ketegangan semakin memuncak setelah pangeran 40 tahun itu merilis memoar, Spare yang mengkritik keluarganya, termasuk Raja Charles III dan Pangeran William.
Dalam proses hukum yang sedang berlangsung, Harry memperjuangkan hak keamanan bagi dirinya, Meghan, dan kedua anak mereka saat berada di Inggris. Namun, keputusan Komite Eksekutif untuk Perlindungan Keluarga Kerajaan dan Tokoh Publik (Ravec) pada 2020 menolak memberikan perlindungan publik kepada sang pangeran.
"Jadi bayangkan situasinya jika pangeran berbicara kepada ayahnya tentang kasus pengadilannya dan kemudian menjelaskan percakapan itu atau, lebih buruk lagi, percakapan yang tidak sepenuhnya akurat. Akan ada bahaya hukum yang serius," jelas seorang sumber.
"Harry hanya perlu mengatakan, 'Ayah saya mengatakan ini' dan kasus pengadilan bisa gagal. Itu bukan hanya canggung. Itu buruk. Itu adalah bahaya hukum dan konstitusional yang dalam ketika Anda adalah kepala negara dan kepala peradilan dan itu adalah Pemerintah Yang Mulia," lanjutnya.
Dilansir dari Mirror, Senin (9/12/2024), ini karena statusnya yang bukan lagi anggota Keluarga Kerajaan yang bekerja. Hakim telah menolak gugatan Harry, tetapi ia berencana mengajukan banding.
Seorang penasihat kerajaan dalam buku Charles III: New King New Court The Inside Story oleh Robert Hardman mengungkapkan bahwa Charles khawatir terjebak dalam konflik hukum. Adik Pangeran William itu berpotensi menggunakan percakapan pribadi dengan ayahnya sebagai bahan dalam kasus hukum, yang dapat memengaruhi posisi Raja sebagai kepala negara, kepala peradilan, dan bagian dari pemerintahan.
Menyentuh Hati, Begini Perjuangan Jessica Iskandar Melahirkan Anak Ketiga: Hidup dan Mati!
"Di sini Anda memiliki situasi yang tidak tepat di mana putra Raja menggugat menteri-menteri Raja di pengadilan Raja. Itu menyeret Raja ke tiga arah. Anda juga memiliki situasi di mana putra Raja menerbitkan laporan percakapan pribadi, beberapa di antaranya, boleh dibilang, salah," ujarnya.
Meskipun ketegangan terus berlanjut, Harry disebut masih mencoba menghubungi ayahnya. Namun, menurut sumber, upayanya tersebut tidak mendapat respons. Harry percaya bahwa Charles adalah satu-satunya orang yang dapat membantunya mendapatkan kembali hak keamanan untuk keluarganya.
"Dia tidak bisa dihubungi saat ini. Panggilan teleponnya tidak dijawab. Dia telah mencoba menghubungi tentang kesehatan Raja, tetapi panggilan telepon itu juga tidak dijawab. Harry ketakutan dan merasa satu-satunya orang yang dapat melakukan apa pun tentang hal itu adalah ayahnya," ungkapnya.
Harry juga menyatakan kekhawatirannya terhadap keselamatan anak-anaknya, Pangeran Archie dan Putri Lilibet, di Inggris. Dalam pernyataan sebelumnya, Harry menyebut Inggris sebagai pusat warisan keluarganya dan berharap anak-anaknya dapat merasa aman tinggal di sana.
Konflik ini menempatkan Raja 76 tahun itu dalam posisi sulit. Selain kekhawatiran hukum, hubungan keluarga yang renggang membuat proses rekonsiliasi semakin kompleks. Sementara Harry terus berjuang melindungi keluarganya, Charles harus mempertimbangkan dampak hukum dan konstitusional yang mungkin timbul dari interaksi mereka.