3 Contoh Ceramah Halal Bihalal Idul Fitri 2025 Singkat dan Menginspirasi
JAKARTA, iNews.id - Contoh ceramah halal bihalal Idul Fitri 2025 singkat yang penuh makna berikut ini dapat dijadikan sebagai referensi. Halal bihalal merupaka salah satu tradisi khas Indonesia yang kerap dilaksanakan setelah Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi ini menjadi momen penting bagi umat Muslim untuk saling memaafkan. Acara halal bihalal disusun dengan rangkain kegiatan, salah satunya adalah ceramah. Tema yang disampaikan pun ada baiknya dikaitkan dengan pentingnya menjaga silaturahmi.
Adapun berikut ini contoh ceramah halal bihalal Idul Fitri 2025 singkat dapat dijadikan sebagai referensi dilansir dari berbagai sumber, Sabtu (5/4/2025).
Contoh Ceramah Halal Bihalal Idul Fitri 2025
1. Contoh teks khutbah untuk acara halal bihalal Idul Fitri di sekolah tentang tentang menjaga lisan dan perilaku
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Marilah kita terlebih dahulu memanjatkan rasa puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Berkat-Nya, kita dapat berkesempatan untuk berkumpul di sini setelah melewati bulan Ramadhan dengan keadaan sehat dan penuh kemenangan.
Selanjutnya, kita lantunkan juga selawat serta salam kepada Nabi besar Muhammad SAW, atas segala bimbingannya untuk menjaga kita tetap berjalan di jalur penuh keridhoan Allah SWT.
Dalam kesempatan Halal Bihalal ini, ceramah yang ingin disampaikan adalah seputar menjaga lisan dan perilaku kita di keseharian. Sebab, seringkali kita lupa betapa besar pengaruh lisan dan sikap yang dimiliki terhadap orang lain di sekitar.
Allah SWT, Tuhan yang Maha Pencipta, memberikan kita mulut sebagai alat untuk berkomunikasi, dengan berbicara menyampaikan apa yang dipikirkan dan dirasakan.
Akan tetapi, kerap kali kita tak sadar bahwasanya apa yang keluar dari mulut ini memiliki dampak yang besar bagi yang mendengarnya.
Runtunan kata yang kita ucapkan bisa menjadi kebaikan atau keberkahan, namun tidak bisa dipungkiri juga kata-kata tersebut dapat menjadi sebab perselisihan.
Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat hadis Bukhari dan Muslim: “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau lebih baik diam (jika tidak mampu berkata baik)”
Seperti peribahasa ‘mulutmu adalah harimaumu’, perkataan yang kita ucapkan bisa saja menjadi senjata yang menyerang dan menyakiti orang lain apabila tidak dijaga. Karenanya, jika tidak ada hal baik yang bisa diucapkan, baiknya kita diam saja.
Tidak hanya lisan, perbuatan atau perilaku yang kita lakukan juga berperan besar dalam jalannya hubungan kita dengan sesama. Sikap yang baik, seperti berkata jujur dan sopan, keramahan, dan kesabaran, adalah bentuk perilaku yang mampu menciptakan dan menjaga rasa damai di antara sesama manusia.
Di sisi lain, apabila kita bersikap kasar dan semena-mena, tentunya akan merusak kedamaian dalam lingkungan kita bertempat tinggal.
Sebagaimana firman Allah SWT yang mengingatkan kita untuk bersikap rendah hati dan menjaga sikap tiap kali berinteraksi dengan orang lain,
وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًاۚ اِنَّكَ لَنْ تَخْرِقَ الْاَرْضَ وَلَنْ تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُوْلًا
Wa lā tamsyi fil-arḍi marahā(n), innaka lan takhriqal-arḍa wa lan tablugal-jibāla ṭūlā(n).
Artinya: "Janganlah engkau berjalan di bumi ini dengan sombong karena sesungguhnya engkau tidak akan dapat menembus bumi dan tidak akan mampu menjulang setinggi gunung." (QS. Al-Isra:37).
Kedua hal ini, lisan dan perilaku, wajib untuk selalu kita jaga. Sebab apapun yang dilakukan, akan ada dua malaikat yang mencatat amal perbuatannya. Tiada satu patah kata atau gerak yang takkan tercatat olehnya. Dan dari catatannya akan berdampak pada penilaian diri kita di Hari Penghitungan Amal nanti.
Oleh sebab itu, sebagai Muslim yang taat akan ajaran Allah SWT, marilah kita bersama-sama senantiasa menjaga lisan dan perilaku.
Dengan begitu, kita mencerminkan bagaimana seorang Muslim yang tahu ajaran agama yang benar, yaitu penuh kedamaian dan kasih sayang. Berjanjilah untuk selalu berbicara dan berperilaku dengan baik dan bijaksana, agar orang di sekitar pun tidak akan tersakiti karenanya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
2. Contoh teks ceramah halal bihalal Idul Fitri singkat dan mengharukan tentang indahnya memaafkan
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Sebelum memulai, saudara-saudari Muslim di sini yang hadir, marilah kita bersama-sama ucapkan syukur alhamdulillah serta segala doa dan pujian kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih.
Berkumpulnya kita di sini, dengan kondisi tubuh yang sehat dan bugar selepas satu bulan penuh ibadah puasa Ramadhan dan merayakan kemenangan fitri di beberapa hari lalu, adalah bukti dari kebesaran Allah SWT kepada hamba-Nya.
Tak terlewat juga, lantunan selawat dan salam yang indah, kita senandungkan kepada Rasulullah SAW. Segala doa dan pujian ditujukan juga pada junjungan umat kita dalam terus melangkah di jalan yang benar, Semoga kita semua akan mendapatkan cahaya serta syafaatnya di hari akhir nanti. Aamiin.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, memiliki dua hal yang wajib dijalani selama ia hidup. Dalam ajaran Islam, manusia wajib menjalani dua hubungan sebagaimana perintah Allah berikan. Dua hubungan tersebut salah satunya adalah Hablumminallah, yaitu hubungan manusia dengan sang Pencipta.
Semisal kita sebagai hamba Allah memiliki kesalahan, maka cukup dengan memohon ampun dengan tulus melalui ucapan istighfar dan ibadah salat, niscaya Allah, Tuhan Maha Pemaaf akan menerima permintaan ampunan kita tersebut.
Di sisi lain, pada hubungan yang kedua, Hablumminannas, yaitu hubungan manusia dengan sesamanya. Untuk menjaga hubungan satu ini tidak semudah dengan yang sebelumnya.
Di dalam keseharian kita berinteraksi dengan orang-orang di sekeliling, seringkali ada perilaku atau ucapan yang bisa menyakiti hati orang lain, baik secara sengaja maupun tidak disengaja.
Dari kesalahan itu, muncul rasa kesal serta amarah dendam, sehingga bisa menuju pada perselisihan.
Apabila terjadi perselisihan di antara manusia. Terkadang manusia tidak mudah untuk saling memaafkan, sebab masih ada rasa dongkol yang tersimpan di dalam hatinya.
Maka dari itu, muncul rasa tidak ikhlas dalam meminta maupun menerima permintaan maaf.
Padahal, Rasulullah SAW mengatakan bahwa seorang Muslim yang beriman, hendaknya tidak memutuskan tali persaudaraan di antaranya lebih dari tiga hari.
Sebab, kalau lebih dan terus berlanjut maka terancamlah ia untuk menerima berkah dari Allah SWT, sebagaimana disebutkan dalam firman-Nya:
وَالَّذِيْنَ يَنْقُضُوْنَ عَهْدَ اللّٰهِ مِنْ ۢ بَعْدِ مِيْثَاقِهٖ وَيَقْطَعُوْنَ مَآ اَمَرَ اللّٰهُ بِهٖٓ اَنْ يُّوْصَلَ وَيُفْسِدُوْنَ فِى الْاَرْضِۙ اُولٰۤىِٕكَ لَهُمُ اللَّعْنَةُ وَلَهُمْ سُوْۤءُ الدَّارِ
Wal-lażīna yanquḍūna ‘ahdallāhi mim ba‘di mīṡāqihī wa yaqṭa‘ūna mā amarallāhu bihī ay yūṣala wa yufsidūna fil-arḍ(i), ulā'ika lahumul-la‘natu wa lahum sū'ud-dār(i).
Artinya: “Orang-orang yang melanggar perjanjian (dengan) Allah setelah diteguhkan, memutuskan apa yang diperintahkan Allah untuk disambungkan (seperti silaturahmi), dan berbuat kerusakan di bumi; mereka itulah orang-orang yang mendapat laknat dan bagi mereka tempat kediaman yang buruk (Jahanam).” (QS. Ar-Ra’d: 25)
Para Muslim dan Muslimah, sebagaimana bulan Ramadhan kemarin dikenal sebagai bulan penuh ampunan, ia mengajarkan kita untuk saling memaafkan atas segala salah kata dan perilaku yang ada. Hal ini dikarenakan, sungguh Allah SWT menyukai hamba-Nya yang penuh kedamaian.
الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ فِى السَّرَّۤاءِ وَالضَّرَّۤاءِ وَالْكٰظِمِيْنَ الْغَيْظَ وَالْعَافِيْنَ عَنِ النَّاسِۗ وَاللّٰهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَۚ
Al-lażīna yunfiqūna fis-sarrā'i waḍ-ḍarrā'i wal-kāẓimīnal gaiẓa wal-‘āfīna ‘anin-nās(i), wallāhu yuḥibbul-muḥsinīn(a).
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang mengendalikan kemurkaannya, dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. Ali Imran: 134).
Memang yang namanya manusia tentunya tidak akan luput dari kesalahan. Maka dari itu perilaku memaafkan adalah hal yang begitu mulia dilakukan oleh manusia.
Sebab, ia berhasil memiliki keberanian dalam melawan egonya, sehingga bisa meminta maaf atas kesalahan yang diperbuat.
Allah SWT sangat memuliakan hamba-Nya yang bersikap terbuka untuk kembali membangun keasrian di hubungan sesamanya. Segudang pahala akan diterima oleh orang-orang tersebut, seperti yang diucapkan oleh Rasulullah SAW.
Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah sedekah itu mengurangi harta, dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya,) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat), serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat)."
Selain itu, memaafkan adalah salah satu cara seseorang untuk bahagia, sebab dengan begitu ia bisa melepas amarah dan berdamai dengan orang atau hal yang menyakitinya.
Menerima ucapan maaf akan membawa kedamaian dalam hati dan pikiran. Ia bagai pintu terbesar dalam terciptanya rasa saling mengasihi di antara manusia.
Memaafkan mampu menyembuhkan luka yang tertoreh, sehingganya kita bisa kembali belajar untuk terus melangkah menyusuri kehidupan.
Sebagai umat Muslim yang beriman, kita semua perlu sekali paham bagaimana rasa memaafkan mengobati luka hati dan membawa angin penyejuk di dalamnya. Saling memaafkan adalah bentuk keindahan dari perilaku yang membebaskan diri dari perasaan negatif dan benci yang melingkupi sebelumnya.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
3. Contoh teks ceramah halal bihalal Idul Fitri singkat tentang dahsyatnya silaturahmi
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT, Tuhan semesta alam. Berkat-Nya, kita semua di sini dapat berkumpul dengan kondisi sehat walafiat, baik jasmani dan rohani.
Karena-Nya juga kita berkesempatan untuk melewati Ramadhan, bulan yang mulia. Berpuasa, mengejar kemuliaan di malam Lailatul Qadar, hingga meraih kemenangan dari-Nya di Hari Raya Idul Fitri lalu.
Semuanya kita lalui dengan penuh suka cita sebab rasa iman yang kokoh dan penuh ketulusan kepada Allah SWT.
Tak lupa juga, selawat serta salam kita lantunkan dengan khusyuk kepada junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW.
Sosok yang menjadikan kita untuk terus melangkah di jalan yang Allah ridhoi. Semoga kita semua akan mendapatkan syafaatnya di hari akhir nanti, aamiin ya rabbal alamin.
Sebulan sudah kita lewati hari-hari penuh amalan ibadah di bulan Ramadhan. Dan hendaknya di momen Halal Bihalal ini, marilah kita jadikannya kesempatan untuk menyempurnakan ibadah dengan tetap menjaga silaturahmi sesama umat Muslim.
Allah SWT selalu mengajarkan umat-Nya menjaga tali persaudaraan terhadap sesamanya. Hendaknya kita sebagai hamba Allah yang beriman, mengikuti apa yang dianjurkan oleh-Nya.
Sebab, silaturahmi sendiri adalah hal yang memiliki dampak begitu besar dalam hubungan batin dan sosial pada tiap hamba Allah.
Menjalin dan mempererat silaturahmi terhadap sesama adalah bentuk sikap positif yang akan berpengaruh pada kepribadian seseorang.
Orang yang sering bersilaturahmi, akan memberikan kesan yang bagus dan akan selalu diingat dalam kehidupan orang di sekitarnya.
Oleh sebab itu, apabila kita rajin bersilaturahmi dan selalu menjaganya dengan penuh ketulusan, niscaya hidup kita akan terasa lebih ringan untuk dijalani.
Dahsyatnya silaturahmi akan memberikan energi kebahagiaan dalam diri kita. Sebab, dengan selalu menjaga tali persaudaraan, kita akan diberikan umur yang panjang dan limpahan rezeki yang diberkahi Allah SWT.
Hal ini sebagaimana diucapkan oleh Nabi besar Muhammad SAW dalam sabdanya yang diriwayatkan Muslim dan al-Bukhari, yaitu:
“Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan ditangguhkan ajalnya (dipanjangkan umurnya), hendaklah ia bersilaturahmi.”
Yang dimaksud dalam dipanjangkan umurnya juga tak serta merta diartikan bahwa kita bisa hidup berpuluh-puluh hingga ratusan tahun, tetapi bisa juga dengan selalu dikenangnya diri ini oleh orang-orang.
Seseorang akan dinilai berumur panjang walaupun ia sudah terkubur. Sebab, silaturahmi yang dijaganya semasa hidup masih diingat oleh orang lain.
Baik perilaku atau ucapan yang ditinggalkannya semasa hidup, masih memberikan manfaat yang berjasa di kehidupan sekitarnya.
Apabila seseorang tidak menjaga tali persaudaraan yang sudah ada, hingga akhirnya hubungan tersebut terputus, maka terkutuklah ia dalam menyambut kebahagiaan di akhirat nanti.
Memutus tali silaturahmi adalah perbuatan terkutuk dan akan mendapatkan dosa bagi siapapun yang melakukannya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
"Tidak ada dosa yang lebih pantas disegerakan balasannya bagi para pelakunya di dunia -bersama dosa yang disimpan untuknya di akhirat- daripada perbuatan zalim dan memutus silaturahmi. (HR Abu Daud).
Dalam hadis lain, Rasulullah SAW juga mengingatkan ancaman bagi pemutus tali silaturahmi. Abu Jabir bin Muth'im meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Tidak akan masuk surga orang yang memutus (silaturahmi)." (HR Bukhari dan Muslim).
Oleh sebab itu, segerakanlah untuk menyambung tali persaudaraan. Janganlah kita, umat Muslim yang beriman, membiarkan adanya perselisihan atau putusnya tali silaturahmi berlarut-larut hingga lebih dari 3 hari.
Karena itu adalah sikap yang tidak wajar dan akan memunculkan tebing yang menjulang di antara persaudaran. Parahnya, sikap tersebut nantinya akan menjerumuskan kita pada panasnya api neraka.
Hadirin semuanya, kembali perlu diingat, kita bersilaturahmi bukan hanya untuk mendapatkan suatu hal yang bersifat materi, tetapi lebih berharap pada kasih sayang dari Allah SWT.
Maka dari itu, apabila terjadi pertengkaran, sebaiknya kita jangan mengandalkan orang lain yang akan lebih dahulu datang untuk meredakannya.
Jadilah sosok yang ingin memperbaiki segala perselisihan tersebut terlebih dahulu, sebagaimana Allah SWT menginginkan hamba-Nya bersikap.
Tetapi, jika ada orang yang tetap tak mau menyambung silaturahmi, padahal kita sudah bersikap ramah dan merangkulnya, maka janganlah kita lelah.
Sebab, yang terpenting adalah kita memiliki kesadaran, sisanya biarkan Allah SWT yang nantinya mempererat hubungan tersebut.
Akhir kata, semuanya, mari kita sepakat untuk menjadikan silaturahmi sebagai pondasi yang kokoh dalam kehidupan kita, karena dalam kebersamaan itulah kita merasakan kekuatan dan keberkahan yang tiada tara.
Teruslah mempererat tali persaudaraan, karena di dalamnya terdapat kekuatan dahsyat yang mampu mengubah dunia menjadi tempat yang lebih baik.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Demikian ulasan mengenai contoh ceramah halal bihalal Idul Fitri 2025 singkat. Semoga bermanfaat!