Studi Ungkap Pria dan Wanita Tak Bisa Berteman Dekat Tanpa Ada Rasa Suka
Dalam dinamika sosial, pertemanan tidak terbatas pada relasi sesama jenis, seperti laki-laki dengan laki-laki atau perempuan dengan perempuan. Banyak pula hubungan pertemanan yang terbentuk antara laki-laki dan perempuan. Namun, muncul pertanyaan yang sering menjadi perdebatan: apakah pria dan wanita benar-benar bisa menjadi sahabat tanpa melibatkan perasaan romantis?
Ungkapan seperti “pria dan wanita nggak bisa temenan doang” ternyata bukan sekadar asumsi belaka. Sebuah studi ilmiah yang dipublikasikan dalam Journal of Social and Personal Relationships mengungkapkan bahwa pertemanan antara pria dan wanita memang seringkali disertai dengan potensi ketertarikan romantis, khususnya dari pihak laki-laki.
Ketertarikan Sepihak dalam Persahabatan
Menurut hasil penelitian tersebut, pria cenderung lebih mudah merasakan ketertarikan terhadap teman wanitanya. Bahkan, tidak jarang pria salah mengartikan kedekatan emosional dalam pertemanan sebagai sinyal ketertarikan yang bersifat romantis. Mereka sering kali mengasumsikan bahwa perasaan tersebut bersifat timbal balik, padahal belum tentu demikian.
Di sisi lain, perempuan cenderung lebih mampu membedakan antara kedekatan sebagai sahabat dan ketertarikan romantis. Meski begitu, bukan berarti dalam setiap kasus pria selalu menjadi pihak yang lebih dulu memiliki perasaan. Namun, ada kecenderungan umum di mana pria lebih sering menaruh perasaan kepada sahabat perempuannya dibandingkan sebaliknya.
Penelitian ini juga menunjukkan bahwa pria kerap menganggap segala bentuk ketertarikan romantis dalam pertemanan sebagai sesuatu yang saling menguntungkan. Mereka tidak mempertimbangkan sejauh mana ketertarikan itu dirasakan oleh sahabat wanitanya. Sebaliknya, perempuan sering kali buta terhadap potensi ketertarikan dari sahabat prianya karena mereka tidak merasakan hal yang sama dan beranggapan bahwa sahabatnya pun demikian.
Akibat ketidaksinkronan ini, pria cenderung terus berharap ada ketertarikan dari pihak wanita, sementara wanita justru meremehkan kemungkinan tersebut. Uniknya, studi ini juga mengungkapkan bahwa baik pria maupun wanita sebenarnya tetap bisa memiliki ketertarikan romantis terhadap sahabat lawan jenis, terlepas dari status hubungan mereka masing-masing.
Perbedaan Perspektif terhadap Potensi Pasangan
Ada perbedaan mendasar dalam cara pria dan wanita memandang sahabat dekat sebagai calon pasangan. Pria lebih fleksibel dalam hal ini—mereka bisa memiliki keinginan untuk menjalin hubungan romantis dengan sahabatnya, baik yang masih lajang maupun yang telah memiliki pasangan. Sementara itu, perempuan cenderung lebih sensitif terhadap status hubungan sahabatnya. Mereka biasanya tidak tertarik untuk mengejar pria yang sudah menjalin hubungan dengan orang lain.
Temuan ini memperkuat stereotip yang sering beredar: pria cenderung lebih terbuka terhadap kemungkinan romansa dalam persahabatan, sedangkan perempuan cenderung lebih menjaga batas. Namun, yang lebih penting, studi ini memberikan bukti bahwa dua orang bisa menjalani hubungan yang sama namun dengan persepsi dan harapan yang sangat berbeda.
Persahabatan Pria dan Wanita Tetap Mungkin
Meski demikian, tidak berarti pria dan wanita tidak bisa menjalin hubungan pertemanan yang murni dan sehat. Psikoterapis asal Manhattan, Dana Dorfman, menyatakan bahwa pria dan wanita tetap bisa memiliki hubungan platonik yang tulus. Namun, ia tidak menampik bahwa di titik tertentu, bisa saja muncul keinginan dari salah satu pihak untuk membawa hubungan tersebut ke arah yang lebih romantis.
Inilah sebabnya mengapa banyak yang beranggapan bahwa persahabatan antara pria dan wanita kerap dianggap tidak sepenuhnya murni. Ada potensi tersembunyi di balik kedekatan tersebut yang membuat garis antara persahabatan dan romansa menjadi kabur.