Waswas Perang Dunia III, 90 Lokasi AS Ini Bisa Menjadi Target Serangan Nuklir Musuh

Waswas Perang Dunia III, 90 Lokasi AS Ini Bisa Menjadi Target Serangan Nuklir Musuh

Global | sindonews | Minggu, 20 Oktober 2024 - 13:23
share

Ketika komunitas internasional khawatir akan pecahnya Perang Dunia III,muncul peta yang memuat sekitar 90 lokasi di Amerika Serikat (AS) yang berpotensi menjadi target serangan nuklir musuh.

Peta puluhan lokasi yang “mengkhawatirkan” itu diterbitkan Irish Star baru-baru ini. Itu sebenarnya peta yang pernah diterbitkan oleh CBS News tahun 2015.

Sekadar diketahui, sekarang ini lima titik konflik di berbagai belahan dunia yang dikhawatirkan memicu Perang Dunia III. Lima titik konflik tersebut adalah konflik Timur Tengah (melibatkan Iran dan proksinya melawan Israel, konflik Ukraina (perang Rusia-Ukraina), konflik Selat Taiwan (perseteruan China-Taiwan), konflik Semenanjung Korea (perseteruan Korea Utara dan Korea Selatan), dan konflik Laut China Selatan (perseteruan China-Filipina).

Amerika diketahui mendukung salah satu kubu yang terlibat dalam konflik di berbagai wilayah tersebut. Oleh karena itu, Washington praktis memiliki sejumlah negara kuat termasuk Rusia, China, Korea Utara, dan Iran.

Baca Juga: 10 Negara Diprediksi Terseret Perang Dunia III, Salah Satunya Tetangga Indonesia

Dari empat musuh Amerika itu, hanya Iran yang tidak memiliki senjata nuklir. Namun para pakar memperingatkan bahwa Teheran memiliki cukup uranium untuk memproduksi 12 bom nuklir.

Peta peringatan yang dirilis untuk publik Amerika menunjukkan area yang paling mungkin menjadi sasaran jika terjadi serangan nuklir di negara itu, yang menyoroti target potensial di setiap negara bagian—terutama di wilayah timur dan di sepanjang pantai California.Seperti ditunjukkan dalam peta yang dirilis Irish Star, Montana dan North Dakota disebut sebagai target utama karena banyaknya senjata nuklir dan lokasi peluncurannya.

Di wilayah barat Amerika, Colorado, Montana, North Dakota, dan Wyoming ditandai sebagai target, dengan pembangkit listrik tenaga nuklir aktif menjadi beberapa target terbesar.

Ada juga target di Alabama, Arizona, Maryland, New Jersey, Pennsylvania, dan Tennessee.

Area seperti pedesaan Idaho, Maine, North California, dan Oregon mungkin lebih aman. AS telah menempatkan pasukan nuklirnya secara strategis di area yang jarang penduduknya untuk meminimalkan kerusakan jika terjadi serangan, menurut laporan Irish Star.

Silo rudal balistik antarbenua, pangkalan militer, dan lokasi penyimpanan senjata nuklir tersebar di seluruh AS, ditandai sebagai lokasi “dalam bahaya”.

Pemetaan yang mengkhawatirkan dari target-target potensial ini awalnya dilaporkan oleh CBS News pada tahun 2015, dengan beberapa referensi termasuk FEMA, Medicine and Global Survival, dan National Resources Defense Council.

Meskipun demikian, FEMA telah melepaskan diri dari klaim tentang asal peta tersebut, dengan menegaskan: "FEMA tidak, dan belum, merilis peta formal apa pun tentang target nuklir potensial. Namun, FEMA memberikan informasi kepada publik untuk membantu mereka bersiap menghadapi potensi peristiwa berbahaya atau radiologis melalui Ready.gov."

Kota-kota seperti New York, Chicago, Houston, Los Angeles, San Francisco, dan Washington, DC, sering dianggap sebagai target utama karena ekonomi, populasi, dan sentralitas pemerintahannya. Selain itu, lokasi seperti Dallas-Fort Worth, Miami, dan Philadelphia mungkin juga terancam.

AS dan Rusia sebelumnya saling tuduh telah melanggar perjanjian senjata nuklir.

Pada akhir tahun 2022, Presiden Rusia Vladimir Putin secara tidak menyenangkan mengisyaratkan bahwa dia dapat menggunakan senjata nuklir di luar Ukraina, mengecam Barat atas apa yang dia sebut sebagai "pemerasan nuklir".

“Untuk membela Rusia dan rakyat kami, kami pasti akan menggunakan semua sumber daya senjata yang kami miliki," katanya saat itu. ”Ini bukan gertakan,” katanya lagi.

Kemudian, dalam pernyataan berani yang dibuat Desember lalu, Putin mengisyaratkan kemungkinan perubahan pada postur nuklir Rusia, yang menunjukkan adanya peralihan dari kebijakan “tidak menggunakan senjata terlebih dahulu”.

"Mereka memilikinya dalam strategi mereka, dalam dokumen yang dijabarkan—serangan pencegahan. Kami tidak. Di sisi lain, kami telah merumuskan serangan balasan dalam strategi kami," kata Putin pada konferensi pers, yang menyoroti perbedaan doktrin militer antara AS dan Rusia, sebagaiman dilaporkan CNN.

Topik Menarik