Dugaan Rudal Rusia Tembak Jatuh Azerbaijan Airlines Semakin Kuat
Sumber pemerintah Azerbaijan semakin menguatkan dugaan rudal Rusia yang menyebabkan jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines Penerbangan 8432 di Aktau pada Hari Natal. Sebanyak 38 dari 67 orang di dalam pesawat tewas dalam insiden tersebut.
Pesawat itu terbang dari Baku dan hendak mendarat ke Grozny, Chechnya, Rusia. Namun, pesawat beralih rute dan mencoba mendarat darurat di Aktau, Kazakhstan, dan jatuh.
Menurut sumber pemerintah kepada Euronews, Jumat (27/12/2024), rudal Rusia diduga ditembakkan ke Penerbangan 8432 selama aktivitas udara pesawat nirawak di atas Grozny, dan pecahan peluru mengenai penumpang dan awak kabin saat meledak di samping pesawat di tengah penerbangan.
Sumber pemerintah juga mengatakan pesawat naas itu tidak diizinkan mendarat di bandara Rusia mana pun meskipun pilot meminta pendaratan darurat, dan diperintahkan untuk terbang melintasi Laut Kaspia menuju Aktau di Kazakhstan.
Menurut data, sistem navigasi GPS pesawat itu macet di seluruh jalur penerbangan di atas laut.
Sumber-sumber pemerintah Azerbaijan, yang dikutip AnewZ, mengatakan rudal yang diduga menjatuhkan pesawat Azerbaijan Airlines ditembakkan dari sistem pertahanan udara Pantsir-S.
Sedangkan sumber-sumber Rusia mengatakan, pada saat penerbangan Azerbaijan Airlines melewati wilayah Chechnya, pasukan pertahanan udara Rusia secara aktif berupaya menembak jatuh UAV Ukraina.
Kepala Dewan Keamanan Republik Chechnya, Khamzat Kadyrov, mengonfirmasi bahwa serangan pesawat nirawak terhadap Grozny terjadi pada Rabu pagi, dan menyatakan bahwa tidak ada korban jiwa atau kerusakan.
Jika dugaan rudal Rusia menjatuhkan pesawat Azerbaijan Airlines terkonfirmasi, ini akan menjadi kedua kalinya dalam satu dekade pasukan Rusia menghancurkan pesawat komersial setelah jatuhnya MH17 di Ukraina. Kali ini, warga negara Rusia sendiri, serta warga negara tetangga, termasuk di antara korban.
Penyelidikan lebih lanjut atas kecelakaan hari Rabu diharapkan dapat mengungkap keadaan seputar dugaan penembakan rudal, tidak adanya izin untuk mendarat di bandara terdekat di Rusia, dan instruksi untuk menyeberangi laut dengan pesawat yang rusak.
Sementara itu, Rusia mengecam spekulasi terkait jatuhnya pesawat Azerbaijan Airlines. Sebelumnya, Badan Transportasi Udara Federal Rusia (Rosaviatsiya) mengeklaim bahwa pesawat itu jatuh setelah bertabrakan dengan sekawanan burung, yang mendorong pilot untuk mencoba pendaratan darurat. Selama manuver, pesawat itu menabrak tanah.
"Kita perlu menunggu akhir investigasi," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov kepada AFP.
Juru bicara Senat Kazakhstan Maulen Ashimbayev mengatakan tidak mungkin pada saat ini untuk mengatakan apa yang mungkin telah menjatuhkan pesawat tersebut.
"Para ahli yang sebenarnya sedang mencari, mereka akan membuat kesimpulannya. Baik Kazakhstan, Rusia, maupun Azerbaijan, tentu saja, tidak tertarik untuk menyembunyikan informasi. Itu akan dibawa ke publik," katanya.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev mendeklarasikan hari Kamis sebagai hari berkabung dan membatalkan rencana kunjungan ke Rusia untuk menghadiri pertemuan puncak informal Commonwealth of Independent States (CIS), sebuah kelompok negara-negara bekas Uni Soviet.
Dia juga memerintahkan serangkaian tindakan untuk menyelidiki kemungkinan penyebab tragedi tersebut.
Aliyev juga mengatakan bahwa dia diberi tahu kondisi cuaca yang memburuk menyebabkan kecelakaan tersebut.
"Saya menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban yang meninggal dalam kecelakaan itu, dan mendoakan agar korban luka-luka segera pulih," katanya dalam sebuah unggahan di media sosial.
Istrinya Mehriban Aliyeva, yang juga Wakil Presiden, mengatakan bahwa dia sangat sedih mendengar berita tentang hilangnya nyawa yang tragis dalam kecelakaan pesawat itu.