Katanya Negara Adidaya, tapi Jumlah Tunawisma Mencapai 771.000

Katanya Negara Adidaya, tapi Jumlah Tunawisma Mencapai 771.000

Global | sindonews | Minggu, 29 Desember 2024 - 17:23
share

Data resmi di AS menunjukkan jumlah tunawisma telah melonjak sebesar 18 persen hingga mencapai rekor selama setahun terakhir.

Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan AS (HUD) mengatakan dalam sebuah laporan baru pada hari Jumat bahwa lebih dari 771.000 orang mengalami tunawisma di seluruh negeri.

Ini termasuk orang-orang yang tinggal di jalanan dan mereka yang tinggal di tempat penampungan darurat dan perumahan transisi, menurut hitungan tahunan yang dilakukan pada satu malam di bulan Januari 2024.

Angka tersebut tidak termasuk orang Amerika yang tinggal dengan teman atau anggota keluarga karena mereka tidak memiliki tempat berlindung sendiri.

“Krisis perumahan terjangkau nasional yang memburuk, inflasi yang meningkat, upah yang stagnan di antara rumah tangga berpenghasilan menengah dan rendah, dan dampak rasisme sistemik yang terus berlanjut telah membuat sistem layanan tunawisma mencapai batasnya,” demikian bunyi laporan departemen tersebut, dilansir Press TV.

Laporan tersebut mengutip krisis perumahan terjangkau yang memburuk ditambah dengan inflasi yang meningkat dan upah yang stagnan.

AS telah berjuang melawan krisis tunawisma selama bertahun-tahun. Hal ini telah menyebabkan munculnya kota tenda dan perkemahan di banyak kota di seluruh negeri.

Orang Afrika-Amerika menyumbang 37 persen dari semua orang yang menderita tunawisma di Amerika Serikat.

Pengusiran di seluruh negeri terus meningkat sejak musim gugur 2021, ketika moratorium penggusuran nasional berakhir.

Pada akhir 2022, bantuan sewa darurat dari pemerintah federal juga dihentikan.

Dari 2020 hingga 2022, jumlah orang yang menjadi tunawisma untuk pertama kalinya meningkat sebesar 30, menurut data Departemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan AS (HUD).

Para ahli mengatakan kemiskinan, kesehatan mental, dan krisis perumahan telah mengobarkan api tunawisma di AS.

Diane Yentel, presiden dan CEO Koalisi Perumahan Nasional Berpenghasilan Rendah AS, mengatakan para penyewa yang pernah "memiliki tempat tinggal yang stabil" telah dipaksa untuk memasuki kembali "pasar perumahan yang brutal, dengan sewa yang meroket dan inflasi yang tinggi.

Topik Menarik