Pemukim Israel Curi Ratusan Domba Warga Badui Palestina di Tepi Barat

Pemukim Israel Curi Ratusan Domba Warga Badui Palestina di Tepi Barat

Global | sindonews | Rabu, 12 Maret 2025 - 08:40
share

Pemukim Israel bersenjata mencuri ratusan domba dari komunitas Badui di Lembah Yordan, menurut penduduk setempat.

Ini merupakan salah satu insiden terbaru terbesar di mana orang Badui di daerah tersebut melaporkan telah diserang dan dilecehkan, Reuters melaporkan.

Serangan semacam itu di daerah tersebut telah meningkat sejak genosida Gaza dimulai pada Oktober 2023, tetapi para saksi mengatakan skala insiden hari Jumat (7/3/2025) di dekat Ein Al-Auja, utara Jericho di Tepi Barat yang diduduki Israel, jauh melampaui apa pun yang disaksikan sebelumnya.

"Ini adalah yang terbesar yang pernah ada," ujar Hani Zayed, seorang penduduk komunitas tersebut, yang mengatakan 70 dombanya dicuri dalam serangan para pemukim.

Setelah bertahun-tahun berpengalaman dalam berurusan dengan penegak hukum setempat, gagasan meminta bantuan polisi tidak lebih dari sekadar mengangkat bahu.

"Polisi tidak melakukan apa pun, mereka tidak pernah membantu kami dalam hal apa pun. Jika Anda memberi tahu mereka bahwa pemukim mengambil domba Anda, mereka akan bertanya, "Apakah Anda yakin itu milik Anda?" ujar dia.

Penduduk setempat mengatakan sekitar 1.500 domba dan kambing diambil pemukim, yang membawa hewan-hewan itu dari desa atau memuatnya ke truk pikap di bawah pengawasan polisi dan tentara.

Lembah Yordan, daerah yang relatif jarang penduduknya di dekat Sungai Yordan, sekarang berada di bawah tekanan yang meningkat dari para pemukim, menurut penduduk Palestina setempat dan kelompok hak asasi manusia.

Bagi banyak penggembala Badui, hilangnya kawanan berarti hilangnya cara apa pun untuk mencari nafkah.

Seperti banyak warga Palestina lainnya, para penggembala semi-nomaden di Ein Al-Auja percaya tujuan yang lebih besar adalah memaksa mereka meninggalkan tanah itu untuk memungkinkan pengambilalihan penuh dan aneksasi ilegal oleh Israel.

Didorong spekulasi bahwa Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang telah mencabut sanksi terhadap pemukim yang melakukan kekerasan, akan memberikan lampu hijau untuk aneksasi penuh Tepi Barat, para menteri Israel telah berbicara secara terbuka tentang pengambilalihan penuh wilayah yang direbut negara apartheid tersebut dalam Perang Enam Hari tahun 1967 dan diduduki secara ilegal sejak saat itu.

Perkemahan Badui tersebut, yang menurut penduduk setempat didirikan sekitar 40 tahun lalu, tidak memiliki listrik selain yang dihasilkan dari panel surya bergerak.

Air dibawa masuk oleh truk tangki, meskipun ada mata air besar beberapa ratus meter jauhnya yang disediakan untuk digunakan para pemukim.

"Tujuan dari serangan ini adalah untuk mengosongkan wilayah tersebut dari penghuninya," ujar Musa Abayat, yang tinggal bersama ayah mertuanya di perkemahan tersebut. "Ini adalah satu-satunya sumber mata pencaharian."

Keluarga Badui mengatakan insiden hari Jumat itu dimulai sekitar pukul 9.00 malam (1900 GMT) ketika para pemukim Israel menggiring beberapa domba mereka sendiri ke perkemahan Badui dan memanggil polisi, menuduh Badui tersebut melakukan pencurian.

“Puluhan pemukim bersenjata di truk pikap tiba bersama polisi dan tentara yang berdiri di samping atau bergabung saat para pemukim menerobos masuk ke rumah-rumah penduduk dan mengusir domba dan kambing dari kandang,” papar warga Badui itu.

“Kami ketakutan saat para pemukim menyerang,” ujar Nayfeh Salameh, seorang ibu dari lima anak. “Anak-anak melompat dari tempat tidur saat mendengar teriakan dan suara para pemukim. Itu mengerikan bagi mereka.”

Aktivis dari kelompok hak asasi Israel Mistaclim (“Menatap Pendudukan dengan Mata”), yang telah mempertahankan titik pemantauan permanen setelah serangan sebelumnya, memfilmkan domba dan kambing yang digiring pergi pada malam hari.

“Semuanya terjadi sangat cepat,” papar Gili Avidor, relawan Israel dari kelompok tersebut.

Dia mengatakan para pemukim bertopeng di sekitar selusin kendaraan mengikuti mobil polisi ke perkemahan.

Dia melihat para pemukim memasuki rumah-rumah dan kemudian menggiring ratusan domba keluar dari kandang dan membawanya pergi. “Mereka mencuri semuanya,” ungkap dia.

Naif Tarif, yang mengaku kehilangan 250 domba dalam serangan itu, menunjukkan warga mencoba mengajukan pengaduan ke polisi tetapi menunggu berjam-jam sebelum diminta kembali keesokan harinya, dan hanya satu orang yang diizinkan berbicara dengan polisi tentang kehilangannya sendiri. "Domba-domba ini adalah hidup kami," ujar dia.

Ketika dimintai keterangan tentang insiden tersebut, militer Israel, yang memiliki kendali penuh atas Tepi Barat, merujuk masalah itu kepada polisi.

Pernyataan polisi Israel membantah insiden itu terjadi seperti yang dijelaskan. Petugas mengklaim seorang Palestina telah ditangkap dan diinterogasi dan mengaku mencuri 50 domba dari seorang pemilik peternakan Yahudi, yang telah dikembalikan.

“Pada saat yang sama, 15 domba milik seorang warga Palestina, yang telah bergabung dengan kawanan milik pemilik peternakan Yahudi, dikembalikan,” ujar polisi Israel.

Reuters tidak dapat menghubungi siapa pun dari pos-pos permukiman di dekat Ein Al-Auja dan seorang juru bicara Dewan Lembah Yordan, yang mewakili permukiman di daerah tersebut, tidak menanggapi permintaan komentar.

Semua permukiman dan pos-pos permukiman Israel ilegal menurut hukum internasional.