Israel Serang Sekolah di Gaza, 27 Orang Tewas

Israel Serang Sekolah di Gaza, 27 Orang Tewas

Global | sindonews | Jum'at, 4 April 2025 - 01:30
share

Setidaknya 27 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di sebuah sekolah di Gaza utara yang berfungsi sebagai tempat penampungan bagi keluarga-keluarga yang mengungsi.

Puluhan lainnya terluka ketika sekolah Dar al-Arqam di distrik Tuffah timur laut Kota Gaza terkena serangan.

Militer Israel mengatakan mereka menyerang "teroris terkemuka yang berada di pusat komando dan kendali Hamas" di kota itu, tanpa menyebutkan sekolah.

Kementerian kesehatan sebelumnya melaporkan tewasnya 97 orang lainnya dalam serangan Israel selama 24 jam sebelumnya, sementara Israel mengatakan serangan daratnya meluas untuk merebut sebagian besar wilayah Palestina.

Juru bicara badan Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas di Gaza, Mahmoud Bassal, mengatakan anak-anak dan perempuan termasuk di antara korban tewas setelah serangan di sekolah Dar al-Arqam.

Ia juga mengatakan seorang perempuan yang sedang hamil tua dengan bayi kembar hilang bersama suaminya, saudara perempuannya, dan ketiga anaknya.

Video dari rumah sakit al-Ahli di dekatnya memperlihatkan anak-anak dilarikan ke sana dengan mobil dan truk dengan luka serius.

Sebuah pernyataan dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan lokasi di Kota Gaza yang diserangnya telah digunakan oleh pejuang Hamas untuk merencanakan serangan terhadap warga sipil dan pasukan Israel.

Ditambahkannya bahwa sejumlah langkah telah diambil untuk mengurangi kerugian bagi warga sipil.

Dalam semalam, sedikitnya 12 orang tewas ketika beberapa rumah di distrik Shejaiya di timur Kota Gaza diserang, kata Pertahanan Sipil.

Mereka mengunggah video yang tampaknya memperlihatkan jasad dua anak kecil yang ditarik oleh penyelamat dari sisa-sisa bangunan yang runtuh.

Seorang saksi, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada program Gaza Lifeline BBC Arabic bahwa dia sedang tidur ketika dia "tiba-tiba diguncang oleh ledakan hebat dan menemukan bahwa itu terjadi di rumah tetangga kami, keluarga Ayyad".

Tidak ada komentar langsung dari IDF, tetapi pada Kamis pagi mereka memerintahkan penduduk Shejaiya dan empat daerah tetangga untuk segera mengungsi ke Kota Gaza bagian barat, dengan peringatan bahwa mereka "beroperasi dengan kekuatan besar... untuk menghancurkan infrastruktur teroris".

Minggu ini, IDF mengeluarkan perintah evakuasi serupa untuk beberapa wilayah di Gaza utara, serta seluruh kota selatan Rafah dan sebagian wilayah tetangga Khan Younis, yang mendorong sekitar 100.000 warga Palestina mengungsi, menurut PBB.

Israel memperbarui pemboman udara dan serangan daratnya di Gaza pada 18 Maret setelah fase pertama gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera yang disepakati dengan Hamas pada Januari berakhir dan negosiasi pada fase kedua kesepakatan itu terhenti.

Juru bicara utama IDF, Brigjen Effie Defrin, mengatakan dalam sebuah pengarahan pada hari Kamis bahwa operasinya telah "berkembang ke tahap lain" dalam beberapa hari terakhir.

"Kami telah memperluas operasi di Jalur Gaza selatan dengan tujuan mengepung dan membagi wilayah Rafah," katanya. "Di Gaza utara, pasukan kami beroperasi melawan target teroris, membersihkan wilayah tersebut, dan membongkar infrastruktur teroris."

Ia menambahkan bahwa selama dua minggu terakhir pasukan Israel telah menyerang lebih dari 600 "target teroris" di seluruh Gaza dan "melenyapkan lebih dari 250 teroris".

Sebelum serangan di Tuffah, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan bahwa sedikitnya 1.163 orang telah tewas selama periode yang sama. Sebuah badan PBB mengatakan mereka termasuk lebih dari 300 anak-anak.

Pada Rabu malam, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pasukan Israel sedang membangun koridor militer lain yang akan memisahkan Rafah dari Khan Younis.

Ia berpendapat bahwa tekanan militer akan memaksa Hamas untuk membebaskan 59 sandera yang masih ditahannya, yang 24 di antaranya diyakini masih hidup.

Namun, Hamas mengatakan tidak akan terlibat dengan usulan terbaru Israel untuk gencatan senjata baru, yang dikatakan telah dikoordinasikan dengan AS, salah satu mediator dalam negosiasi tersebut.

Kelompok nian mengatakan mereka hanya menerima rencana yang diajukan oleh dua mediator lainnya, Qatar dan Mesir, untuk gencatan senjata selama 50 hari.

Rincian lengkap dari rencana tersebut belum diungkapkan, tetapi dipahami bahwa proposal regional tersebut akan membebaskan lima sandera dengan imbalan tahanan Palestina, penarikan pasukan Israel dari beberapa bagian Gaza tempat mereka baru-baru ini dikerahkan kembali, dan masuknya bantuan kemanusiaan. Akan ada juga negosiasi untuk mengakhiri perang.

Israel menginginkan lebih banyak sandera dibebaskan pada awal gencatan senjata baru.

Dalam perkembangan lain pada hari Kamis, IDF mengatakan mekanisme pencari fakta staf umum sedang menyelidiki pembunuhan oleh pasukan Israel terhadap 15 pekerja darurat Palestina di dekat Rafah pada tanggal 23 Maret, serta penguburan mereka di tempat yang digambarkan oleh seorang pejabat PBB sebagai "kuburan massal".

"Kami ingin memiliki semua fakta dengan cara yang akurat dan kami juga dapat meminta pertanggungjawaban orang-orang jika diperlukan," kata seorang juru bicara IDF.

Seorang paramedis Palestina yang selamat dari serangan itu, berbicara kepada BBC, menantang pernyataan Israel tentang bagaimana lima ambulans, sebuah mobil pemadam kebakaran, dan sebuah kendaraan PBB ditembaki saat menanggapi panggilan darurat.

Militer mengatakan kendaraan-kendaraan itu "maju secara mencurigakan" ke arah pasukannya tanpa lampu depan atau sinyal darurat. Dikatakan pula bahwa seorang anggota Hamas dan "delapan teroris lainnya" termasuk di antara mereka yang tewas, tetapi hanya menyebutkan satu nama.

Korban selamat, Munther Abed, bersikeras bahwa "semua lampu menyala" hingga kendaraan-kendaraan itu ditembaki secara langsung. Ia juga menolak klaim militer bahwa Hamas mungkin telah menggunakan ambulans sebagai kedok, dengan mengatakan bahwa semua pekerja darurat adalah warga sipil.

Militer Israel melancarkan kampanye untuk menghancurkan Hamas sebagai tanggapan atas serangan lintas batas yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang.

Lebih dari 50.520 orang telah tewas di Gaza sejak saat itu, menurut kementerian kesehatan wilayah tersebut.

Topik Menarik