Whistleblower: Zuckerberg Bermitra dengan China, Partai Komunis Bisa Akses Data Pengguna Meta

Whistleblower: Zuckerberg Bermitra dengan China, Partai Komunis Bisa Akses Data Pengguna Meta

Global | sindonews | Sabtu, 12 April 2025 - 03:24
share

Mantan eksekutif Meta, Sarah Wynn-Williams, telah tampil sebagai whistleblower, dan menuduh raksasa media sosial tersebut membahayakan keamanan nasional Amerika Serikat (AS) karena membangun kehadiran bisnis yang substansial di China.

Menurut Wynn-Williams, para eksekutif Meta, termasuk Mark Zuckerberg, membuat keputusan yang memungkinkan Partai Komunis China mengakses data pengguna Meta, termasuk data orang Amerika.

Kesaksian tersebut diberikan selama sidang Kongres yang dipimpin oleh Senator Josh Hawley, yang mengepalai Subkomite Kehakiman Senat tentang Kejahatan dan Antiterorisme.

"Saya melihat para eksekutif Meta berulang kali merusak keamanan nasional AS dan mengkhianati nilai-nilai Amerika," kata Wynn-Williams dalam sambutan pembukaannya, sebagaimana dikutip CBS News, Sabtu (12/4/2025).

Wynn-Williams menuduh Meta membuat alat sensor khusus untuk pemerintah China, yang memungkinkan kontrol yang luas atas moderasi konten.

Senator Hawley membuka sidang dengan mengatakan bahwa Meta "tidak akan berhenti sama sekali untuk mencegah" kesaksian Wynn-Williams pada hari Rabu.

"Mengapa Facebook begitu ingin mencegah saksi ini mengatakan apa yang diketahuinya?" katanya.

"Trik terhebat yang pernah dilakukan Mark Zuckerberg adalah membungkus dirinya dengan bendera Amerika dan menyebut dirinya seorang patriot serta mengatakan bahwa dia tidak menawarkan layanan di China, sementara dia menghabiskan dekade terakhir membangun bisnis senilai USD18 miliar di sana," lanjut Wynn-Williams.

Pihak Meta Membantah

Pihak Meta membantah klaim tersebut, dengan menyatakan bahwa kesaksian Wynn-Williams "tidak sesuai dengan kenyataan dan penuh dengan klaim palsu".

Juru bicara perusahaan Ryan Daniels mengatakan bahwa meskipun CEO Meta Mark Zuckerberg telah mengumumkan secara terbuka tentang kepentingan perusahaan untuk menawarkan layanannya di China, "Faktanya adalah ini: kami tidak mengoperasikan layanan kami di China saat ini."

Namun, Wynn-Williams menegaskan bahwa tindakan Meta disengaja, dengan alasan kepentingan perusahaan untuk memperluas bisnisnya di China.

Wynn-Williams juga mengatakan bahwa Meta bekerja "sama erat" dengan Beijing untuk menciptakan alat sensor guna membungkam para pengkritik Partai Komunis China.

Wynn-Williams mengeklaim bahwa Meta mengancamnya dengan ganti rugi sebesar USD50.000 karena berbicara, meskipun pernyataannya benar.

Meta mengklarifikasi bahwa jumlah tersebut adalah untuk setiap pelanggaran materiil atas perjanjian pemisahannya, bukan untuk bersaksi di hadapan Kongres.

Dalam kesaksiannya, Wynn-Williams juga menuduh bahwa model kecerdasan buatan (AI) Meta, Llama, digunakan untuk membantu perusahaan AI China; DeepSeek. Klaim ini telah menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang hubungan Meta dengan perusahaan China dan komitmennya untuk melindungi data pengguna.

Dalam sebuah pernyataan tahun lalu tentang Llama, juru bicara Meta Andy Stone menulis, "Dugaan peran versi tunggal dan usang dari model sumber terbuka Amerika tidak relevan ketika kita tahu China telah berinvestasi lebih dari 1T untuk melampaui AS secara teknologi, dan perusahaan teknologi China merilis model AI terbuka mereka sendiri secepat, atau lebih cepat, daripada model AS."

Tuduhan terhadap Meta muncul di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan China atas keamanan nasional, kepentingan ekonomi, dan kemajuan teknologi.

Pemerintahan Presiden Donald Trump telah menaikkan tarif atas barang-barang China dan sedang mengejar penjualan TikTok kepada pembeli Amerika.

DPR Amerika juga telah membentuk Panitia Khusus tentang Persaingan Strategis antara Amerika Serikat dan Partai Komunis China untuk menyelidiki tantangan China terhadap kekuatan global Amerika.

Topik Menarik