MA Inggris Putuskan Wanita Adalah Perempuan dari Lahir, Pukulan Telak bagi LGBT
Mahkamah Agung (MA) Inggris Raya dengan suara bulat telah memutuskan bahwa istilah wanita dan jenis kelamin dalam Undang-Undang Kesetaraan mengacu pada wanita biologis dan jenis kelamin biologis.
Putusan MA tersebut, yang keluar pada Rabu, menjadi pukulan telak bagi kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).
Putusan MA mengatakan bahwa seorang wanita didefinisikan berdasarkan jenis kelaminnya saat lahir.
JK Rowling, penulis seri Harry Potter yang aktivis antitransgender terkemuka, mengatakan putusan itu dibuat oleh "pasukan" aktivis perempuan dan telah melindungi "hak-hak perempuan dan anak perempuan".
Namun, MA Inggris menekankan undang-undang yang mencegah diskriminasi terhadap orang-orang transgender tetap berlaku.
Hakim MA, Lord Hodge, mengatakan: "Ini bukan kemenangan satu atau lebih kelompok dalam masyarakat kita dengan mengorbankan yang lain."
Sementara Downing Street atau kantor Perdana Menteri Inggris mengatakan putusan itu membawa "kejelasan".
Namun, kelompok kampanye LGBT mengutuk putusan tersebut, menggambarkannya sebagai perkembangan yang sangat mengkhawatirkan bagi kaum transgender dan pukulan besar bagi sebagian orang yang paling terpinggirkan dalam masyarakat.
"Putusan Mahkamah Agung hari ini terasa sangat berat, tidak pasti, dan terus terang, sangat gelap," tulis model Inggris dan aktivis transgender Munroe Bergdorf di Instagram, yang dikutip AFP, Kamis (17/4/2025).
"Banyak dari kita merasa kewalahan, cemas, dan berjuang untuk tetap berharap di bawah apa yang terasa seperti rentetan kebencian sistemik yang tak berujung," paparnya.
Kasus ini muncul karena Pemerintah Skotlandia berpendapat bahwa wanita transgender dengan sertifikat pengakuan gender (GRC) yang sah dapat diberikan hak yang sama dengan semua wanita di bawah Undang-Undang Kesetaraan.
GRC dapat dikeluarkan oleh pemerintah Inggris kepada orang-orang yang hidup dengan jenis kelamin yang berbeda dengan jenis kelamin biologis mereka selama mereka telah melakukannya setidaknya selama dua tahun, memiliki diagnosis disforia gender, dan laporan medis dari dua dokter.
Kelompok kampanye For Women Scotland menentang keputusan Pemerintah Skotlandia di pengadilan Skotlandia dan kalah, dan akhirnya membawa kasus tersebut ke Mahkamah Agung Inggris.
Pengadilan tersebut mengatakan "interpretasi Edinburgh tidak benar".
"Meskipun seseorang mungkin memiliki sertifikat yang menyatakan bahwa mereka hidup sebagai perempuan dan mereka menegaskan bahwa jenis kelamin itu, tidak termasuk dalam definisi 'perempuan' berdasarkan Undang-Undang Kesetaraan 2010," bunyi putusan tersebut.
Undang-Undang Kesetaraan, kata para hakim menjelaskan bahwa konsep jenis kelamin bersifat biner, yakni seseorang adalah perempuan atau laki-laki.
Artinya, seorang perempuan transgender dengan GRC tidak dapat mengeklaim bahwa dia didiskriminasi jika dia dilarang masuk ke tempat khusus perempuan seperti, misalnya, tempat penampungan dan toilet.
Namun, Lord Hodge mengatakan bahwa kaum transgender adalah minoritas yang rentan dan sering dilecehkan."Yang berjuang melawan diskriminasi dan prasangka saat mereka berusaha menjalani hidup dengan bermartabat," katanya.
Mahkamah Agung juga menekankan bahwa kaum transgender dilindungi dari diskriminasi atas dasar perubahan jenis kelamin.
JK Rowling, yang tinggal di Skotlandia dan merupakan juru kampanye yang gigih melawan hak-hak transgender, memuji putusan MA Inggris.
“Dibutuhkan tiga wanita Skotlandia yang luar biasa dan ulet dengan dukungan penuh untuk membawa kasus ini ke Mahkamah Agung dan, dengan kemenangan tersebut, mereka telah melindungi hak-hak wanita dan anak perempuan di seluruh Inggris,” tulisnya di X.
Salah satu direktur For Women Scotland Susan Smith mengatakan bahwa ini merupakan “perjalanan yang sangat panjang”.
“Hari ini, para hakim telah mengatakan apa yang selalu kami yakini sebagai kasusnya: bahwa perempuan dilindungi oleh jenis kelamin biologis mereka," katanya.
“Perempuan sekarang dapat merasa aman bahwa layanan dan ruang yang ditujukan untuk perempuan memang untuk perempuan," ujarnya.
Pemerintah Skotlandia mengatakan menerima putusan tersebut dan akan fokus pada “melindungi hak semua orang”.
Pemerintah Inggris, yang dikendalikan Partai Buruh, mengatakan putusan tersebut membawa kejelasan dan keyakinan bagi perempuan dan penyedia layanan seperti rumah sakit, tempat perlindungan, dan klub olahraga.
“Kami selalu mendukung perlindungan ruang jenis kelamin tunggal berdasarkan jenis kelamin biologis,” kata seorang juru bicara pemerintah.
Kelompok kampanye LGBT Stonewall mengatakan keputusan pengadilan tersebut sangat mengkhawatirkan bagi kaum transgender Inggris.
“Stonewall turut prihatin atas implikasi yang meluas dari putusan Mahkamah Agung hari ini," katanya.
“Penting untuk diingatkan bahwa Mahkamah Agung dengan tegas dan jelas menegaskan kembali bahwa Undang-Undang Kesetaraan melindungi semua orang transgender dari diskriminasi, berdasarkan perubahan jenis kelamin, dan akan terus melakukannya," paparnya.
Namun, aliansi LGB, kelompok kampanye yang secara khusus mengecualikan kaum transgender, mengatakan bahwa mereka "senang".
"Keputusan itu memperjelas bahwa kaum lesbian yang ingin membentuk asosiasi dengan ukuran apa pun berhak secara hukum untuk mengecualikan kaum pria," kata kepala eksekutif Kate Barker.
Anggota Parlemen Skotlandia dari Partai Hijau Maggie Chapman, yang juga seorang juru kampanye terkemuka untuk hak-hak transgender, menyuarakan sentimen tersebut.
"Ini adalah keputusan yang sangat memprihatinkan bagi hak asasi manusia dan pukulan telak bagi sebagian orang yang paling terpinggirkan dalam masyarakat kita," kata Chapman.
"Ini dapat menghapus perlindungan penting dan akan membuat banyak kaum trans dan orang-orang yang mereka cintai sangat cemas dan khawatir tentang bagaimana kehidupan mereka akan terpengaruh dan tentang apa yang akan terjadi selanjutnya."
