Dibayangi Tekanan Tarif Impor Baru AS, IHSG dan Rupiah Berpotensi Kompak Melemah

Dibayangi Tekanan Tarif Impor Baru AS, IHSG dan Rupiah Berpotensi Kompak Melemah

Ekonomi | idxchannel | Minggu, 6 April 2025 - 06:04
share

IDXChannel - Kinerja perdagangan bursa saham nasional memang baru akan dibuka kembali pada Selasa (8/4/2025), seiring kebijakan libur Lebaran yang diterapkan hingga Senin (7/4/2025) mendatang.

Meski demikian, tekanan yang datang dari kebijakan tarif impor resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat ke sejumlah negara sejak Rabu (2/4/2025) lalu membuat sejumlah pihak yakin bahwa indeks bakal membuka langkahnya pada Selasa depan dengan berkutat di zona merah.

Pasalnya, meski diyakini bahwa kebijakan yang diambil Presiden AS, Donald Trump tersebut lebih membidik China sebagai sasaran utama, namun faktanya tekanan dialami oleh sebagian besar bursa saham utama dunia.

"Dengan situasi saat ini, investor akan cenderung keluar dari pasar (bursa saham) dengan aksi jual, dilandasi kekhawatiran prospek kinerja laba (emiten) pasca tarif resiprokal AS berlaku," ujar Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, dalam keterangan resminya, Sabtu (5/4/2025).

Menurut Bhima, kekhawatiran tersebut patut dimaklumi dan sangat realistis, mengingat besarnya tarif baru yang diterapkan berpotensi bakal melemahkan kinerja ekspor, sekaligus memangkas keuntungan kalangan eksportir di berbagai sektor industri.

Tak hanya membawa dampak di pasar saham, kebijakan Trump tersebut juga disebut Bhima bakal menjadi salah satu pemberat utama bagi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dalam beberapa waktu ke depan.

Dengan analisa tersebut, Bhima pun memproyeksikan nilai tukar rupiah bakal berjalan beriringan dengan IHSG dengan sama-sama berkutat pada zona pelemahan.

"Nilai tukar rupiah juga relatif sama (dengan IHSG), pasca libur Lebaran kemungkinannya bakal menghadapi tekanan yang cukup hebat," ujar Bhima.

Tekanan terhadap nilai tukar tersebut, Bhima menjelaskan, merupakan imbas dari bakal bergesernya minat pelaku pasar global dari portofolio saham ke aset-aset yang dinilai dapat menawarkan lindung nilai, seperti emas dan Dolar AS.

Karenanya, dalam kurun waktu sedikitnya sebulan ke depan, Bhima memperkirakan Dolar AS bakal semakin diburu, sehingga semakin melemahkan nilai tukar rupiah dan sejumlah mata uang domestik Asia pada umumnya.

"(Nilai tukar rupiah) hingga akhir April 2025 nanti akan terus tertekan, dan bahkan bisa mengarah ke kisaran Rp17.200 hingga Rp18.650 per dolar AS," ujar Bhima.

(taufan sukma)

Topik Menarik