Prospek Harga Minyak Sepekan, Risiko Geopolitik Buka Peluang Rebound
IDXChannel – Harga minyak dunia menutup pekan lalu dengan penurunan sekitar 1 persen, meski pada perdagangan Jumat (19/12/2025) bergerak naik tipis di tengah kekhawatiran gangguan pasokan dari Venezuela dan ketidakpastian prospek perdamaian Rusia-Ukraina.
Harga minyak dunia menunjukkan tanda-tanda pemulihan setelah WTI rebound dari level terendah dalam beberapa bulan terakhir. Kontrak berjangka WTI Februari 2026 ditutup menguat pada perdagangan Jumat lalu, memperkuat optimisme pelaku pasar bahwa tekanan jual mulai mereda.
Uji level terendah di USD54,89 pada Selasa lalu memicu aksi short covering yang mendorong harga kembali naik hingga mendekati USD56,85. Pergerakan ini sekaligus menempatkan level retracement 50 persen di USD55,87 sebagai titik kunci penentu arah jangka pendek.
Analis FX Empire, James Hyerczyk, menilai bertahannya harga minyak WTI di atas USD55,87 membuka peluang terbentuknya higher low kedua.
Jika WTI mampu menembus USD56,85 secara konsisten, ruang penguatan berpotensi berlanjut menuju area USD57,51 hingga USD58,07. Namun, Hyerczyk mengingatkan bahwa hambatan utama masih berada pada rata-rata pergerakan 50 hari (MA-50) di sekitar USD58,60, yang menjadi resistance penting bagi proyeksi harga minyak ke depan.
Sebaliknya, tekanan jual baru akan kembali mendominasi apabila harga turun di bawah USD55,87. Dalam skenario tersebut, perhatian pasar akan kembali tertuju pada level USD54,89, bahkan hingga support jangka panjang di USD54,71.
Dari sisi fundamental, sentimen pasar turut ditopang meningkatnya risiko geopolitik. Upaya Amerika Serikat (AS) untuk membatasi pengiriman minyak Venezuela dinilai berpotensi mengganggu pasokan global.
Situasi ini semakin kompleks setelah beberapa tanker yang terkait Rusia dilaporkan menghentikan atau mengalihkan pelayaran.
Ketegangan juga meningkat seiring Ukraina melancarkan serangan drone udara pertamanya terhadap kapal tanker armada bayangan Rusia di Laut Mediterania.
Di sisi lain, Uni Eropa menyetujui paket pinjaman senilai EUR90 miliar untuk mendukung pertahanan Ukraina, sementara prospek perdamaian Rusia-Ukraina kembali meredup.
Faktor pendukung lain datang dari AS. Jumlah rig pengeboran di Basin Permian turun tiga unit menjadi 246 rig, terendah sejak Agustus 2021. Penurunan aktivitas pengeboran ini memicu kekhawatiran terhadap pasokan jangka menengah dan menambah premi risiko pada harga minyak.
Dengan kombinasi faktor teknikal dan geopolitik tersebut, Hyerczyk menilai prospek jangka pendek harga minyak kini berubah menjadi moderat bullish. Selama WTI bertahan di atas USD55,87, peluang penguatan masih terbuka, meski pasar tetap waspada terhadap volatilitas tinggi di tengah dinamika geopolitik global. (Aldo Fernando)









