Catatan 59 Hari Blusukan Ridwan Kamil: Dikerubungi Emak-emak hingga Gendong Warga

Catatan 59 Hari Blusukan Ridwan Kamil: Dikerubungi Emak-emak hingga Gendong Warga

Terkini | inews | Sabtu, 23 November 2024 - 19:00
share

JAKARTA, iNews.id - Calon Gubernur DKI Jakarta nomor urut 1 Ridwan Kamil telah menuntaskan masa kampanye selama 59 hari. Sedikitnya 500 titik di Jakarta telah disambangi mantan gubernur Jawa Barat itu.

Selama periode waktu itu, Ridwan Kamil menghabiskan sebagian besar waktunya di gang-gang sempit dan kampung kumuh. Tak ketinggalan, Kepulauan Seribu juga dihampiri.

Tujuannya hanya satu, memastikan dirinya siap saat diberikan mandat oleh rakyat untuk memimpin Jakarta lima tahun ke depan.

Secara rata-rata, Ridwan Kamil blusukan ke 10 hingga 12 titik setiap hari. Dia mengamati situasi sekeliling, mencatat, menyerap serta mendengarkan aspirasi, keluh kesah dan usulan warga setempat.

Empatik dan Tanpa Jarak

Pria kelahiran Bandung 53 tahun lalu itu dikenal sebagai orang yang luwes dan tanpa jarak. Hal ini juga tampak dalam interaksinya dengan warga Jakarta. 

Di Duren Sawit, Jakarta Timur, selepas blusukan di Kanal Banjir Timur, dia mendadak menjajakan nasi uduk. Di situlah, pantun singkat terlontar.

"Nasi uduk ikan tongkol, sambil duduk kita ngobrol," kata Ridwan Kamil spontan.

Sembari sarapan nasi uduk, dia dikerubungi warga yang kebanyakan kaum hawa. Mereka mencurahkan keluh kesah.

Curhatan tersebut didengarkan saksama, sembari sesekali Ridwan Kamil melempar guyonan.   

Di Pengadegan, Jakarta Selatan, Ridwan Kamil mengunjungi seorang warga lanjut usia bernama Bu Hindun. Di masa senjanya, ibu yang berusia lebih dari 80 tahun tersebut hidup sebatang kara. 

Perbincangan dengan calon gubernur nomor urut satu mencerahkan wajahnya, apalagi saat Ridwan Kamil memohon doa restu agar kelak bisa memimpin Jakarta secara bijak. Agar Jakarta yang keras menjadi humanis bagi seluruh warga, baik tua maupun muda.   

Ridwan Kamil dan Suswono bercengkerama dengan warga saat blusukan. (Foto: Istimewa)

Di Tanah Merah, Jakarta Utara, setelah mendengar banjir yang kerap menerpa, dia spontan mengambil kertas dan pena. Duduk lesehan di pinggir rawa yang airnya sering meluap, dia membuat sketsa masa depan Lapangan Kobra. 

Dia membuat lanskap dengan imaji masa depan yang bebas banjir dan nyaman bagi seluruh warga. Fungsi ekologis tetap terjaga, ruang interaksi sosial yang nyaman tersedia, dan anak-anak tidak lagi bermain di jalanan.

Pengalaman Segudang Tak Membuat Jemawa

Sebelum dipilih masyarakat sebagai wali kota Bandung dan gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil berprofesi sebagai arsitek. Dari sebelumnya mendesain rumah dan menata lanskap kota, dia lantas mendesain kebijakan dan mengimplementasi program kerja guna memajukan wilayah.

Saat masih aktif sebagai arsitek, dia sempat menjadi staf ahli untuk gubernur Sutiyoso dan Fauzi Bowo. Ridwan Kamil tidaklah asing dengan Jakarta, dan sudah dua kali menjadi kepala daerah. Namun, pengalaman tersebut tidak membuat dia jemawa dan merasa paling tahu. 

Tak jarang, dia masih dikejutkan dengan harta terpendam di Jakarta. Di Jatinegara, Jakarta Timur, dia seperti tersihir saat melihat langsung situ Rawa Badung. 

Dengan luas total 4,4 hektare, reservoir pengendali banjir tersebut menjadi waduk alami dengan segudang potensi wisata. Jatinegara bisa punya ikon baru, selain dilantunkan para biduan yang membawakan Juwita Malam.   

Di Kembangan, Jakarta Barat, Ridwan Kamil tak segan menggendong seorang warga setempat untuk memetik anggur hijau yang ranum memikat selera. Sembari menikmati anggur segar, dia menyerap kisah sukses kerja sama warga dan perusahaan swasta dalam mengembangkan urban farming di tengah keterbatasan lahan di Jakarta.      

Ridwan Kamil menggendong bayi saat blusukan. (Foto: Istimewa)

Masih di Jakarta Barat, wilayah Petak Sembilan yang ikonik, dia sambangi beberapa kali. Dari wihara Dharma Bakti, pasar Petak 9, hingga toko obat tradisional. Melalui jalan-jalan sempit yang meliuk, dia berhenti sejenak. Berbincang dengan beberapa anak dan meladeni permintaan mereka untuk naik becak yang sudah nyaris punah di Jakarta. 

Di atas becak, dia berbincang ringan dengan Alfi dan Bran, menanyakan cita-cita kedua anak yang berambut cepak. Perjumpaan singkat namun hangat dan membekas.

Kolaborasi Wujudkan Cita-Cita Jakarta Mengglobal

Setelah melalui pemilihan kepala daerah sebagai wali kota dan gubernur, Ridwan Kamil tahu betul solusi terbaik kerap muncul dari warga setempat. Setelah menunaikan tugas di kota Bandung dan di Jawa Barat, dia kini mencoba mengurai problematika di Jakarta, kota terbesar di Indonesia dan provinsi khusus yang menjadi ayah angkat wilayah aglomerasi Jabodetabek.

Dengan luas wilayah daratan dua per tiga Singapura, jumlah penduduk di Jakarta nyaris dua kali lipat populasi negeri jiran tersebut. Tentu, problematika yang dihadapi juga berkali-kali lipat. 

Dari infrastruktur, banjir, macet, hingga pengangguran perlu diatasi pemimpin berikutnya. Bagi Ridwan Kamil, Jakarta terlalu besar dan kompleks untuk semata-mata pendekatan top-down. Balai Kota bukanlah entitas setengah dewa yang bisa menjawab seluruh masalah spesifik di tiap sudut kota.

Oleh karena itu, Ridwan Kamil hendak memperbesar ruang kolaborasi multi pihak dengan pendekatan desentralisasi, kolaborasi, dan inovasi (DKI). Warga, organisasi masyarakat, korporasi dan pemda saling bahu-membahu memajukan wilayah sekelilingnya. 

Gubernur menjadi fasilitator dan amtenar yang menata kelola dengan baik. Mengayomi seluruh warga, apapun golongan, latar belakang, agama, maupun etnisitasnya. Tua, muda, anak-anak, hingga bayi dalam kandungan.   

Bukan tugas yang mudah, apalagi di tengah krisis iklim dan situasi ketidakpastian global yang bisa berdampak ke roda ekonomi masyarakat. Namun, dengan tekad baja mewujudkan kota yang inklusif dan humanis, dibarengi dengan kerja guyub yang menyatukan semua pihak, Jakarta yang global bisa diwujudkan secara nyata.

Topik Menarik