Putin Sebut Rudal Oreshnik Sehebat Meteor, Ancam Bom Kantor Pemerintah Ukraina
ASTANA, iNews.id - Rusia kembali membombardir Ukraina menggunakan rudal balistik hipersonik terbaru Oreshnik sepanjang pekan ini. Serangan ditujukan ke fasilitas infustri pertahanan serta energi Ukraina.
Presiden Rusia Vladimir Putin memperingatkan, militernya bisa memperluas serangan menargetkan instalasi militer Ukraina serta pusat pengambilan keputusan di Ibu Kota Kiev menggunakan Oreshnik jika musuh terus terus menyerang aset vital Rusia.
"Kami akan menggunakan sarana yang dimiliki (untuk menyerang) target penting, yang kami tidak mengesampingkan kemungkinan Oreshnik dapat digunakan untuk menyerang target industri militer dan pertahanan serta pusat pengambilan keputusan, termasuk di Kiev," kata Putin, di Astana, Kazakhstan, seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (29/11/2024).
Putin menegaskan militer Ukraina terus menyerang aset vital Rusia, termasuk di St Petersburg dan Moskow.
Dia lalu menyamakan kehebatan Oreshnik dengan meteorit dengan mengatakan, serangan rudal terbaru Rusia tersebut bisa menembus benteng yang terkubur jauh di bawah tanah serta meninggalkan jejak kehancuran.
Isi Garasi Sakti Wahyu Trenggono Menteri Terkaya dengan Harta Rp2,6 Triliun, Ada Honda BeAT
"Dari tiga lantai hingga ke bawah (tanah). Kerusakan yang ditimbulkan sangat serius. Semua yang berada di episentrum serangan berubah menjadi abu," kata Putin.
Dia menambahkan, senjata presisi tinggi tersebut sangat bisa diandalkan, termasuk saat uji coba, memenuhi harapan apa yang diinginkan pembuatnya. Senjata ini sedang diuji untuk meningkatkan kinerjanya," ujarnya.
"Tentu saja, mereka bisa membuatnya (Oreshnik) lebih kuat. Tapi yang terpenting adalah tipe uji utama telah dibuat. Senjata ini berfungsi sesuai perencanaan pembuatnya. Ini adalah senjata berpresisi tinggi," kata Putin.
Dia sebelumnya mengatakan, perang Ukraina menjadi medan ujci coba Oreshnik dan dia mengaku puas. Serangan pertama dilakukan pada pekan lalu menargetkan Dnipro, Ukraina.
para pejabat Rusia mengatakan serangan itu merupakan pembalasan atas gempuran Ukraina menggunakan rudal jarak jauh Amerika Serikat (AS) ATACMS dan Storm Shadow dari Inggris.