Ketua DPP Partai Perindo: Perempuan Bukan Sekadar Pelengkap di Dunia Politik
JAKARTA, iNews.id - Ketua DPP Partai Perindo Bidang Kesehatan Masyarakat, Sri Gusni Febriasari mengkritik praktik politik yang masih memperlakukan perempuan sebagai pelengkap. Dia menyoroti pentingnya kerja keras dan aksi nyata untuk memperbaiki budaya politik yang telah mengakar kuat.
“Hari ini mungkin kami sangat mengapresiasi untuk teman-teman karena ramah terhadap kami-kami yang memilih, memilih untuk berpolitik seperti terlihat sebagai perwakilan dari Partai Perindo,” ujar Sri Gusni saat menghadiri seminar Perempuan Pekerja Keras: Kartini Masa Kini di Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI), Depok, Jawa Barat, dikutip Sabtu (26/4/2025).
Dia berbagi pengalaman dalam berorganisasi semasa kuliah di Fakultas Kesehatan Masyarakat pada 2007. Sejak masa itu, budaya politik yang problematik sudah tampak, dan hingga hari ini masih belum sepenuhnya berubah.
“Leadership ini yang pada akhirnya membentuk kita menjadi seorang pemimpin ataupun seorang individu yang bisa memiliki ketahanan atau pun memiliki hal yang mau kita perjuangkan tadi,” katanya.
Menurut Sri Gusni, perubahan dalam dunia politik tidak cukup hanya dengan idealisme. Dia menegaskan upaya perlawanan terhadap budaya yang salah harus dibangun di atas kerja keras dan aksi nyata.
“Mindset ini tidak akan bisa akhirnya tidak akan bisa dipatahkan tanpa pertama adalah yang bisa menjawab adalah kerja keras kerja keras dan aksi nyata,” tutur dia.
Tidak hanya berbicara tentang pentingnya kerja keras, Sri Gusni juga menyinggung ketidakadilan sistemik yang dialami perempuan dalam dunia politik, terutama terkait penerapan kuota 30 persen keterwakilan perempuan dalam pemilu.
“Faktanya kita kadang sudah dihadapkan ketika masa Pemilu. Oh tadi 30 persen nomor sana comot ini yang penting ada kuota perempuan dan itu terjadi saya ketika pengalaman di 2024 dan mungkin pengalaman di 2019 dan 2024 itu masih banyak sangat terjadi di partai politik,” kata Sri Gusni.
Dia mengkritik praktik politik yang hanya fokus memenuhi angka tanpa memikirkan pemberdayaan nyata. Sri Gusni menegaskan perempuan harus diberikan ruang strategis, bukan sekadar posisi simbolis dalam partai.
“Kalau tadi posisi bilang bukan hanya sekedar diberi kuota atau diberi ruang tapi bener-bener diberi posisi yang memang strategis posisi inti dalam sebuah partai politik,” tegasnya.
Sri Gusni mengajak mahasiswa untuk turut terlibat aktif membangun ekosistem politik yang lebih sehat dan lebih adil terhadap perempuan.
“Dalam kesempatan ini memang saya mengajak juga teman-teman untuk bersama-sama membuat ekosistem politik ini yang lebih perempuan,” ujarnya.










