Bangunan Hindu Megah di Tengah Hutan yang Dikunjungi Raja Majapahit Hayam Wuruk

Bangunan Hindu Megah di Tengah Hutan yang Dikunjungi Raja Majapahit Hayam Wuruk

Infografis | sindonews | Selasa, 10 Desember 2024 - 06:19
share

AGAMA Hindu memiliki pengaruh besar di Pulau Jawa khususnya di bagian timur. Di daerah ini pula kerajaan - kerajaan bercorak Hindu pesat berkembang, diawali dari Kerajaan Kahuripan, Jenggala, Kediri, Singasari, dan Majapahit.

Bahkan bangunan - bangunan peninggalan Hindu dari era kerajaan masih terlihat hingga sekarang. Mungkin ada beberapa peninggalan kerajaan yang hilang karena adanya perusakan dan bencana alam, tapi tak sedikit yang masih utuh.

Bangunan - bangunan itu tak jarang cukup megah berdiri, salah satunya yang pernah dikunjungi Raja Hayam Wuruk saat memerintah Kerajaan Majapahit. Agama Hindu sendiri disebarkan oleh para brahma di Pulau Jawa.

Perkara agama dan sastra adalah monopoli para pendeta agama Hindu. Lambat laun dengan sendirinya hinduisme berkembang pesat membawa ajaran dan sastra kepada masyarakat Jawa.

Dikutip dari "Tafsir Sejarah Nagarakretagama" dari sejarawan Prof. Slamet Muljana, berkat adanya pengaruh hindu ini orang Jawa akhirnya dapat menulis dan membaca. Hal ini menyebabkan Jawa Timur memasuki zaman sejarah.

Selain agama dan sastra, unsur penting yang dibawa Hinduisme ialah pengetahuan tentang organisasi. Pengetahuan ini mengakibatkan timbulnya beberapa negara dan pemerintahannya. Kenyataannya, kerajaan-kerajaan lama di Jawa khususnya dan Nusantara umumnya, menunjukkan adanya pengaruh Hindu dalam arti luas.

Semua kerajaan di Jawa Timur mulai dari Kahuripan, Janggala, Daha, Singasari kemudian Majapahit berwatak Hindu. Timbulnya kerajaan-kerajaan mengangkat derajat Jawa Timur di dalam sejarah. Itulah kiranya unsur-unsur terpenting yang diperoleh bangsa Jawa berkat perkenalannya dengan Hinduisme.

Sampai zaman keemasan Majapahit, pada pertengahan abad 14, Hinduisme telah berakar di Jawa Timur kira-kira selama empat ratus tahun. Waktu selama itu, ditambah dengan kegiatan para pendeta untuk menyebarkan agamanya, cukup panjang untuk menyebarluaskan agama di wilayah Jawa sampai ke pelosok-pelosok di tepi hutan dan di kaki gunung.

Kakawin Nagarakretagama pada pupuh 73-76 mencatat candi makam keluarga raja, yang berjumlah 27, dan berpuluh-puluh biara dan desa perdikan milik empat aliran agama, Siwa, Brahma, Wisnu, dan Budha, di Jawa Timur dan Bali. Sebagian besar dari jumlah biara dan desa perdikan itu terletak di pedesaan.

Laporan itu jelas sekali menunjukkan bahwa pengaruh Hinduisme pada pertengahan abad 14 telah menyusup ke desa-desa, menjejas masyarakat desa. Piagam Himad-Walandit menguraikan, perselisihan tentang kedudukan Sang Hyang Dharma di Walandit, yang ditetapkan sebagai swatantra sejak zaman pemerintahan Raja Sindok.

Desa Himad dan Walandit terletak di kaki Gunung Tengger, di wilayah Wanareja sekarang. Nagarakretagama pupuh 32-33 menguraikan, keindahan biara Sagara, terletak di tengah hutan, yang dikunjungi rombongan Raja Hayam Wuruk dalam perjalanan berkeliling pada 1359.

Tempat itu sampai sekarang masih ada, namun namanya agak berubah, yakni Ranu Segaran, terletak di wilayah Kabupaten Kraksaan. Nagarakretagama pupuh 79 menyebut bahwa segala adat-aturan di Jawa dipatuhi di Bali.

Topik Menarik