Persemaian Bibit Skala Besar di 5 Daerah Dukung Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Persemaian Bibit Skala Besar di 5 Daerah Dukung Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Infografis | sindonews | Rabu, 11 Desember 2024 - 09:27
share

Persemaian Liang Anggang (PLA) di Kalimantan Selatan bersamaan dengan 4 persemaian skala besar lainnya yaitu Persemaian Labuan Bajo (NTT), Persemaian Mandalika (NTB), Persemaian Likupang (Sulawesi Utara), dan Persemaian Toba (Sumatera Utara). Persemaian tersebut telah diresmikan operasionalnya beberapa waktu lalu.

Kelima persemaian tersebut menyusul Persemaian Modern Rumpin, Jawa Barat dan Persemaian Mentawir di IKN untuk mendukung Program Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang telah mengalami proses evolutif. Khususnya dalam hal pendekatan target dari yang awalnya berdasarkan jumlah bibit yang berhasil ditanam menjadi jumlah luasan areal yang berhasil ditanami.

Mantan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) era Presiden Joko Widodo, Siti Nurbaya saat itu meresmikan 5 Persemaian bersama dengan Duta Besar Kerajaan Norwegia untuk Indonesia dan Timor Leste Rut Kruger Giverin.

Siti Nurbaya mengungkapkan merehabilitasi lahan dengan penanaman pohon harus jelas hasilnya dan diukur dari luasan penanaman tersebut, bukan hanya menanam 1 juta atau 1 miliar pohon.

"Harus jelas dan ada realisasi konkret tentang berapa luas hasil yang telah ditanam dan yang akan dicapai pemulihannya hasil dari penanaman pohon," ujar Siti.

Berdasarkan pengalaman sejak 2015-2016 hingga 2022-2023 terbukti bahwa pertimbangan perlunya kejelasan luasan areal yang berhasil ditanam merupakan pendekatan cukup tepat.

"Gambaran yang dihasilkan dari monitoring hutan dan deforestasi tahun 2022- 2023 menurut Ditjen PKTL sudah bisa terlihat pada citra satelit bahwa muncul hutan-hutan baru dari hasil penanaman pohon atau RHL setelah lebih kurang 5-6 tahun penanaman," katanya.

Selanjutnya kerja kolaborasi multipihak merupakan langkah yang didorong Pemerintah dalam kerja RHL. Pembangunan Persemaian Skala Besar Liang Anggang (PLA) ini merupakan pembangunan menggunakan langkah kolaborasi dengan skema Skema Public-Private Partnership (PPP).

Dengan kolaborasi ini PLA dibangun melalui kerja sama KLHK dengan Kementerian PUPR Ditjen Sumber Data Air (BWS Kalimantan III) untuk penyediaan airnya, dan PT Adaro Energy Indonesia untuk konstruksi areal produksinya.

Pembangunan Persemaian Skala Besar merupakan paradigma baru dari pelajaran sangat berharga. Kombinasi kerja antara pola pembibitan banyak jenis bibit atau pohon yang biasa dilakukan pemerintah melalui Persemaian Permanen dikombinasikan dengan pembibitan skala sangat besar dengan puluhan hingga juta bibit dengan pola monokultur yang biasa diterapkan oleh Perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI).

Kolaborasi juga dilakukan dengan Dinas Kehutanan Kalimantan Selatan mulai dari proses perencanaan, distribusi, hingga monitoring bibitnya. Bibit dari PLA diharapkan dapat mempercepat kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan di wilayah pengelolaan BPDAS Barito baik yang dilakukan oleh Kementerian LHK maupun yang dilakukan pemerintah daerah.

Sekda Kalimantan Selatan Roy Rizali Anwar menyambut baik peresmian PLA. Dengan keberadaan PLA maka dapat mendukung Gerakan Revolusi Hijau yang diprogramkan Provinsi Kalimantan Selatan untuk memulihkan lahan melalui rehabilitasi lahan dan hutan.

"Juga mendukung target pengurangan emisi yang tercantum dalam target NDC Indonesia yang salah satunya diwujudkan melalui Program Indonesia FOLU Net Sink 2030," ujarnya.

Pemerintah mendorong semua pihak untuk berkolaborasi dalam percepatan pemulihan lingkungan. Lalu, upaya peningkatan tutupan hutan dan lahan atau reforestasi serta berkaitan sangat erat dengan langkah-langkah Indonesia dalam merespons kondisi global dengan isu pokok dan paling popular yaitu berkaitan dengan sustainability, biodiversity, dan sirkuler ekonomi juga dalam orientasi carbon offset.

Pada konteks ini, Indonesia telah menegaskan agenda Indonesia’s FoLU Net Sink 2030 sebagai aksi mitigasi yang menunjukkan ambisi aksi iklim dalam pelaksanaan target kinerja melalui pendekatan yang lebih terstruktur dan sistematis.

Salah satu kunci pertama dan memegang peranan penting untuk mencapai hal tersebut yaitu penyediaan bibit berkualitas untuk kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang lebih masif dan terstruktur.

Hal ini menunjukkan Indonesia serius dalam menangani dampak perubahan iklim, salah satunya melalui produksi bibit di persemaian skala besar dengan melibatkan perusahaan swasta yang bergerak di sektor perkebunan dan pertambangan yang memiliki kepedulian dan komitmen untuk turut serta dalam mendukung aksi mitigasi perubahan iklim dan pembangunan nasional.

Upaya penyediaan bibit secara besar-besaran melalui pembangunan persemaian skala besar juga untuk terus mendorong perbaikan lingkungan melalui kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan, khususnya pada lahan-lahan kritis, daerah rawan bencana banjir dan tanah longsor, waduk/bendungan, dan daerah-daerah tangkapan air pada semua tipe ekosistem.

Pembangunan persemaian merupakan bagian dari kerja aksi mitigasi iklim, pemulihan kualitas lingkungan hidup, percepatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, serta upaya memperbaiki kualitas lingkungan dengan memperbanyak tegakkan pohon/tanaman serta meningkatkan wawasan dan pemahaman masyarakat umum atas pelaksanaan program pembangunan lingkungan hidup dan kehutanan khususnya kegiatan penanaman pohon.

Pada pembangunan PLA, juga sebagian menggunakan dana dari Kerja Sama Indonesia – Norwegia melalui Partnership in Support of Indonesia’s Effort to Reduce Greenhouse Gas Emission from Forestry and Other Land Use yang mendukung target aksi mitigasi Indonesia’s FOLU Net Sink 2030.

Topik Menarik