Petani di Banyusari Sulit Dapat Air, 200 Hektare Sawah Terlambat Cocok Tanam

Petani di Banyusari Sulit Dapat Air, 200 Hektare Sawah Terlambat Cocok Tanam

Terkini | karawang.inews.id | Selasa, 22 Oktober 2024 - 15:30
share

KARAWANG, iNewskarawang.id - Sejumlah petani di desa Banyusari, Kabupaten Karawang kesulitan mendapatkan air untuk mengolah lahan. Akibatnya sekitar 200 hektare sawah di desa itu kekeringan hingga terlambat bercocok tanam.

Sebenarnya lahan-lahan disana dilintasi saluran irigasi teknis yang khusus mengalirkan air dari Bendungan Barugbug Jatisari. Namun karena letaknya berada di ujung saluran, areal sawah di Desa Pamekaran selalu mendapat giliran paling akhir pembangian air. 

"Sebenarnya, petani bisa mengambil air dari saluran irigasi terdekat. Namun aturan tidak membolehkan hal itu. Harus ada izin dulu dari PJT II, Jatiluhur," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Karawang, Rohman, Selasa, (22/10/2024). 

Susahnya mendapat air dari irigasi teknis, lanjut Rohman, diperparah oleh musim kemarau yang berlangsung lebih panjang pada tahun ini. Akibatnya, banyak areal sawah terbengkalai sesudah dipanen beberapa bulan sebelumnya. 

Biasanya, lanjut Rohman, seusai panen musim kemarau, petani bisa langsung mengolah lahan dan bercocok tanam kembali dengan mengandalkan air hujan. Tetapi tahun ini, kebiasaan tersebut tak dapat dilakukan. 

Kemarau yang biasanya berakhir di bulan Agustus, ternyata hingga Oktober 2024 intensitas hujan sangat rendah. Kondisi itu berpengaruh terhadap volume Bendungan Barugbug yang ujung-ujungnya mengurangi debit air irigasi yang mengalir ke Desa Pamekaran. 

"Tanpa air, petani kesulitan mengolah lahan. Akhirnya membiarkan sawah kering kerontang sambil menunggu hujan deras turun," kata Rohman. 

Namun demikian, sambung Rohman, dirinya tidak mau berpangku tangan menunggu cuaca berpihak kepada petani. Melalui komunikasi yang intens dengan pihak PJT II Jatiluhur, akhirnya air bisa mengalir ke petakan-petakan sawah di Desa Pamekaran. 

"Kini pihak PJT II telah mengijinkan petani mengambil air dari irigasi terdekat. Kami bantu enam unit pompa untuk menyedot air irigasi itu," kata Rohman. 

Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga menyedialan excavator kecil untuk mengeruk salauran irigasi agar air mengalir lebih lancar. Sementara, untuk pengolahan lahan, Distan Karawang menyiapkan satu unit traktor roda empat. 

"Alhamdulillah sebagian sawah yang sebelumnya kekeringan kini sudah mulai diolah. Semoga curah hujan ke depan makin tinggi,  sehingga air tidak perlu lagi disedot menggunakan pompa," katanya.

Topik Menarik