Kisah Gajah Mada Menimba Ilmu ke Brahmana di Gunung Penanggungan
GAJAHMada muda dititipkan ayahnya ke kaum brahmana di Gunung Pawitra. Hal ini jauh sebelum Gajah Mada dilantik menjadi patih di Kerajaan Majapahit. Gajah Pagon menitipkan ke Karsyan di Gunung Pawitra.
Kini, Gunung Pawitra diidentikkan dengan Gunung Penanggungan sebagai tempat bermukim kaum brahmana dan para Rsi di mandala dan karsyan yang menjadi tujuan bagi para pencari ilmu agama.
Pada tradisi Hinduisme, tahapan seseorang belajar dan mengkaji ilmu dengan cara tinggal bersama para brahmana dinamakan Brahmacarin.
Pada tradisi Hindu-India, seorang anak yang berusia 10-12 tahun dititipkan ibu bapaknya kepada kaum brahmana untuk berguru selama kurang lebih 12 tahun.
Dikutip dari buku "Gajah Mada Sistem Politik dan Kepemimpinan" karya Enung Nurhayati, di Karsyan Pawitra itulah Gajah Mada diperkirakan memperoleh pendidikan ilmu ajaran agama, yoga, mitologi dewa-dewa, juga ilmu duniawi seperti ilmu pemerintahan, hukum, politik kerajaan, strategi perang, serta mungkin juga dasarnya geografi Nusantara.
Gajah Mada memperoleh bimbingan mental dan jiwa yang cukup memadai di Karysan Pawitra. Gajah Mada kecil hidup berada di tengah kaum Rsi dan para pertapa yang sehari-harinya hidup sederhana dan senantiasa mendekatkan diri kepada Dewata Agung.
Gajah Mada diperkirakan memperoleh pendalaman maknanya semasa dia tinggal di Pawitra. Dikisahkan segala usaha hidup Gajah Mada sebagai Brahmacarin di Karysan Pawitra itu kelak akan terlihat hasilnya semasa dia mengabdi menjadi Mahapatih Majapahit.
Bahkan, setelah wafatnya Gajah Mada, Majapahit masih memujanya sebagai tokoh agama. Setelah 12 tahun mencari ilmu nyantri ke Karysan Pawitra, Gajah Mada kembai ke ibu bapaknya di Kampung Pandakan.
Selanjutnya atas nasihat bapaknya Gajah Pagon, Gajah Mada diizinkan pergi di Majapahit mengabdi di lingkungan kedaton.
Saat itu, takhta Majapahit telah diduduki oleh Raja Jayanegara pada 1309-1328 Masehi, putra Kertarajasa Jayawardhana alias Raden Wijaya, Raja Majapahit era pemerintahan antara 1293-1309.
Dari pendidikan selama kecil inilah tak heran bila Gajah Mada telah dibekali ilmu kewiraan sesuai bertugas langsung diterima di kesatuan pengawal raja, Bhayangkara karena dia adalah anak Gajah Pagon.
Pada serat Pararaton menyebutkan bahwa Gajah Pagon adalah sahabat dan pengikut Raden Wijaya yang setia, walaupun terluka.
Gajah Pagon akhirnya mampu membantu Raden Wijaya dan kawan-kawannya untuk menahan serangan dari tentara Kediri. Bhayangkara merupakan pasukan khusus pengiring setia Raden Wijaya. Pasukan inilah yang selalu menjaga dan mengawal Raden Wijaya sewaktu melarikan diri dari kejaran tentara Kediri mengiringinya ke Madura.
Singkat cerita akhirnya Gajah Mada dibina di pasukan Bhayangkara. Dari sini kisah Gajah Mada muda mulai mengabdikan diri menjaga raja dan mengembangkan kejayaan Kerajaan Majapahit.










