5 Gunung Suci di Jawa Timur Jadi Patokan Kerajaan Dirikan Bangunan

5 Gunung Suci di Jawa Timur Jadi Patokan Kerajaan Dirikan Bangunan

Nasional | sindonews | Senin, 21 April 2025 - 08:46
share

KERAJAAN-kerajaan Hindu Budha di Jawa Timur kerap memanfaatkan gunung menjadi titik sentral atau patokan membuat bangunan. Terdapat 5 gunung di Jatim yang dianggap memiliki kesakralan tinggi dan jadi tempat bermukimnya para dewa sesuai keyakinan mereka.

Kesakralan gunung ini dijadikan patokan kerajaan zaman dahulu menentukan arah lokasi pembangunan kompleks permukiman, bangunan suci, hingga istana kerajaan. Tercatat kerajaan mulai Kediri, Singasari, hingga Majapahit memanfaatkan gunung jadi acuan mendirikan bangunan.

Arkeolog Timur Wicaksono Dwi Nugroho mengatakan, titik kosmos atau titik kesakralan menjadi istilah acuan dari masing-masing kerajaan besar di Jatim sebelum mendirikan bangunan hingga ibu kota. Titik ini semacam titik nol yang ditarik garis lurus ke suatu bangunan yang akan dibuat.

"Titik kosmos itu konsep spiritual kosmologi Mandala jadi titik sakral. Masing-masing kerajaan punya mandala atau titik kosmos sendiri-sendiri," ujarnya.

Di Jatim, ada sejumlah gunung yang dianggap suci oleh sejumlah kerajaan. Temuan ini didasari hasil kajian instansi terkait keperbukalaan dan sejarah terhadap bangunan budaya bersejarah peninggalan kerajaan. Ketika ditarik garis lurus biasanya bangunan itu menghadap ke gunung yang dianggap suci.

"Raja Airlangga menggunakan titik nol dari Gunung Walikukun di Tulungagung. Titik nolnya di sana, jadi ke selatan menghadap bangunannya. Kerajaan Jenggala dan Panjalu menggunakan Gunung Kelud. Masa Kerajaan Kediri juga menghadap ke Kelud," ungkapnya.

Beberapa peninggalan Kerajaan Kediri menghadap ke arah Gunung Kelud. Bangunan seperti Gua Selomangleng dan Candi Klotok di Kota Kediri, Situs Brumbung di Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, hingga Candi Klotok yang diidentikkan peninggalan era Kediri teridentifikasi menghadap ke Gunung Kelud.

"Candi-candi di Kediri juga mengarah ke Kelud, yang saya tangani Petirtaan Geneng, Situs Brumbung, itu juga mengarah ke Kelud. Jadi mungkin pada masa era Kedirian, Kelud menjadi arah kosmos pusat sakral," kata Wicak.

Sedangkan, Kerajaan Majapahit kerap menggunakan Gunung Penanggungan atau disebut di Nagarakretagama sebagai Pawitra dalam mendirikan bangunan. Beberapa situs yang telah ditemukan, termasuk kawasan cagar budaya Trowulan dan yang terbaru di Situs Kumitir yang baru diekskavasi juga menghadap ke arah Gunung Penanggungan.

"Dari masing-masing sebaran tinggalan arkeologis yang di utara sampai selatan Mojokerto itu mengarah ke Penanggungan, jadi mengikuti derajatnya," ucapnya.

Untuk Kerajaan Singosari, berdasarkan referensi di Kitab Pararaton bangunan-bangunannya menghadap Gunung Kawi. Namun, hal berbeda mengacu pada kompleks permukiman kuno yang dinamakan Situs Sekaran di Dusun Sekaran, Desa Sekarpuro, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, yang teridentifikasi menghadap Gunung Semeru.

"Pada masa Singosari belum ada kajian, tapi banyak sekali yang menafsirkan Gunung Kawi sebagai pusat kosmos. Cuma apakah arah orientasi bangunan mengarah ke Gunung Kawi, itu sejauh yang saya tahu belum ada yang melakukan kajian, baru tafsir yang diambil dari kitab Pararaton, Gunung Kawi jadi patokan arah," ujarnya.

Titik kosmologi masing-masing kerajaan itu juga didasarkan keputusan raja. Mereka menganggap titik kosmologi dan titik kesakralan jadi suatu hal penting demi menentukan baik tidaknya suatu bangunan. "Setiap kerajaan sepertinya memiliki titik pusat yang berbeda-beda," ucap Wicak.

Topik Menarik