Mau Negosiasi Tarif Impor Trump tapi RI Tak Punya Dubes di AS

Mau Negosiasi Tarif Impor Trump tapi RI Tak Punya Dubes di AS

Ekonomi | okezone | Minggu, 6 April 2025 - 04:50
share

JAKARTA - Pemerintah diminta segera melakukan negosiasi pengenaan tarif impor Amerika Serikat (AS) pada Indonesia. Namun yang menjadi sorotan adalah masih kosongnya posisi duta besar (dubes) Indonesia untuk Amerika Serikat (AS) hingga saat ini. Padahal kehadiran dubes tersebut dapat menjembatani negosiasi terkait kebijakan terbaru tarif impor Presiden Donald Trump.

Kepala Pusat Industri, Perdagangan, dan Investasi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Andry Satrio Nugroho menyoroti posisi Dubes Indonesia untuk AS yang telah kosong selama hampir dua tahun, usai Rosan Roeslani menyelesaikan tugasnya pada 17 Juli 2023 usai ditunjuk menjadi Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

“Sudah hampir dua tahun kita tidak punya wakil di Washington, padahal Amerika Serikat mitra dagang kedua terbesar kita. Ini bukan sekadar kelalaian, tapi pengabaian terhadap kepentingan nasional,” kata Andry, Minggu (6/4/2025). 

Oleh karena itu, pemerintah perlu segera menunjuk duta besar yang memiliki rekam jejak kuat di bidang perdagangan dan investasi.

“Setiap hari tanpa perwakilan di Amerika Serikat adalah hari di mana posisi tawar kita melemah. Kita kehilangan momentum, kehilangan peluang, dan kehilangan kendali,” katanya. 

Sementara itu, Akademisi dan Praktisi Bisnis Rhenald Kasali mengatakan solusi untuk menghadapi tarif impor Donald Trump bukan sekadar diplomasi biasa. Indonesia perlu menata ulang strategi dari dalam negeri, bukan hanya sekedar negosiasi dengan Amerika Serikat (AS). 

 

"Banyak yang berpikir bahwa ketika negara seperti Amerika menaikkan tarif, cukup kirim delegasi untuk bernegosiasi. Tapi dalam kenyataannya, proses itu jauh lebih kompleks," kata Rhenald, dikutip dari Instagramnya. 

Menurutnya, dibutuhkan kerja tim yang matang. Kemudikan melakukan reformasi aturan di dalam negeri, dan penawaran konkret yang bisa membuat Amerika tertarik membuka kembali keran perdagangan. 

“Negosiasi itu bukanlah sekedar kita datang kirim orang, terus kemudian ngomong sama mereka. Nggak begitu,” ujarnya.

Topik Menarik