Peneliti Ungkap Manusia Purba Membuat Api Sejak 400 Ribu Tahun Lalu
JAKARTA – Api merupakan penemuan yang sangat penting bagi umat manusia. Bisa dibayangkan bagaimana kehidupan saat ini tanpa api, mulai dari memasak makanan, menyalakan lentera, hingga menghangatkan tubuh.
Para arkeolog mengatakan bahwa sepanjang sejarah, manusia purba mulai menggunakan api ketika api muncul secara alami, seperti saat petir menyambar pohon. Nenek moyang kita kemudian mengumpulkan bahan-bahan yang terbakar, memindahkannya, dan mempertahankannya, tetapi mereka tidak menyalakan api itu sendiri.
Pada suatu titik, di suatu tempat, manusia purba mulai bisa menciptakan api dengan menggosokkan dua batang kayu atau memukulkan jenis batu yang tepat bersama-sama, pada sudut yang tepat, dengan kekuatan yang tepat. Pertanyaan yang kerap muncul adalah: kapan penemuan mengenai cara membuat api tersebut muncul?
Kini, sebuah studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Nature memberikan bukti paling awal dari sebuah situs di Inggris bagian timur.
“Ini adalah situs berusia 400.000 tahun di mana kita memiliki bukti paling awal tentang manusia yang membuat api — bukan hanya di Inggris atau di Eropa — tetapi di mana pun di dunia,” kata Nick Ashton, seorang arkeolog di British Museum dan salah satu penulis studi tersebut.
Penemuan ini menunjukkan bahwa manusia purba telah membuat api lebih dari 350.000 tahun lebih awal dari yang diketahui sebelumnya.
“Bagi saya pribadi, ini adalah penemuan paling menarik dalam karier saya selama 40 tahun,” kata Ashton.
Yang membuat situs ini begitu unik adalah Ashton dan rekan-rekannya menemukan bahan mentah untuk membuat api — fragmen pirit besi di samping kapak tangan batu api yang retak di tempat yang tampak seperti perapian. Sebuah tinjauan geologis menemukan bahwa pirit sangat langka di daerah tersebut, menunjukkan bahwa manusia purba membawanya ke situs itu dengan tujuan menggunakannya untuk menyalakan api.
“Sejauh yang kami ketahui, kami tidak mengetahui kegunaan lain pirit selain untuk menghasilkan percikan api dengan batu api,” kata Dennis Sandgathe, seorang arkeolog di Universitas Simon Fraser yang tidak terlibat dalam penelitian baru ini, sebagaimana dilansir NPR.
“Dan dari puluhan situs di seluruh Eurasia dan Afrika yang telah kami gali yang memiliki sisa-sisa api di dalamnya, belum ada yang menemukan potongan pirit sebelumnya.”
Para arkeolog sepakat bahwa kemampuan membuat api adalah salah satu penemuan terpenting dalam sejarah manusia. Hal ini memungkinkan manusia purba mengusir predator, mendapatkan lebih banyak nutrisi dari makanan, dan menetap di iklim yang tidak ramah.
Ada kemungkinan bahwa manusia purba lainnya, termasuk Homo sapiens, juga memiliki kemampuan untuk membuat api, kata Chris Stringer. Tetapi sulit untuk mengatakannya dengan pasti.
Sandgathe, yang telah meneliti penggunaan api oleh manusia purba selama beberapa dekade, mengatakan penemuan ini sangat signifikan, tetapi ia memperingatkan agar tidak digunakan untuk membuat generalisasi luas tentang penggunaan api oleh manusia purba.
Manusia modern sejak lama berasumsi bahwa penemuan cara membuat api adalah teknologi yang sangat penting sehingga begitu ditemukan, teknologi itu akan menyebar dengan cepat di seluruh Dunia Lama, dan sejak saat itu semua orang di mana pun akan menggunakannya.
“Sekarang kita menyadari bahwa itu terlalu sederhana,” katanya.
Yang lebih mungkin, kata Sandgathe, adalah bahwa kelompok-kelompok manusia purba yang berbeda secara tidak sengaja menemukan cara membuat api pada waktu yang berbeda. Pengetahuan itu mungkin telah menyebar atau mungkin hilang.
“Ini bukan sekadar cerita linier,” katanya. “Ini adalah kisah kompleks yang penuh dengan lika-liku, di sana-sini — dan ribuan tahun di mana tidak ada yang tahu cara membuat api sampai akhirnya ditemukan kembali.”



