Jelajah Pantai Tlangoh, Dulu Kusam Disulap PHE WMO Jadi Ekowisata

Jelajah Pantai Tlangoh, Dulu Kusam Disulap PHE WMO Jadi Ekowisata

Ekonomi | okezone | Selasa, 23 Desember 2025 - 21:35
share

BANGKALAN - Bau, tidak terawat dan menumpuknya sampah 1.488 meter kubik per hari menutupi keindahan pantai pasir putih yang berada di Desa Tlangoh, Kecamatan Tanjung Bumi, Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Aktivitas penambangan pasir liar pun ikut merusak ekologis pantai yang memperparah abrasi.

Kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan belum tumbuh, perhatian pemerintah setempat tak berjalan optimal. Bertahun-tahun,  kondisi tersebut menjadikan pantai pasir putih dengan kecantikan tersembunyinya seperti mati suri.

Namun, itu gambaran kondisi ketika Pertamina Hulu Energi West Madura Offshore (PHE WMO) belum hadir di tengah masyarakat Tlangoh. Pada 2019, berkolaborasi dengan pemerintah desa setempat, PHE WMO melalui Program Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dan program corporate social responsibility (CSR) pun hadir  untuk menggenjot potensi Desa Tlangoh.

Dengan mengusung jargon RESAPI (Rehabilitasi Ekosistem, Sinergi Aksi Pantai dan Inovasi), PHE WMO membangun kesadaran masyarakat tentang lingkungan sekaligus menggerakkan ekonomi. Ini merupakan PPM yang mengoptimalkan potensi Desa Tlangoh melalui transformasi kawasan terdampak abrasi dan tempat pembuangan sampah menjadi destinasi wisata edukatif yang berkelanjutan.

Penataan dimulai dengan melibatkan masyarakat yang tergabung dalam kelompok sadar wisata (pokdarwis). Di batin mereka, sebetulnya cemburu dengan daerah lain yang bisa membangun tempat wisata. Berangkat dari semangat yang sama, akhirnya masyarakat diedukasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah ke bibir pantai dan penambangan pasir liar.

Sarana pra sarana pun dilengkapi untuk daya tarik pengunjung datang ke destinasi ekowisata ini. Kemudian, ada sekitar 40 UMKM yang dilibatkan untuk menggenjot pergerakan ekonomi lokal sekaligus mengurangi angka kemiskinan.

 

“Kami mencoba di 2019 dan kebetulan ada bantuan dari PHE WMO. Alhamdulillah berjalan dengan lancar,” ujar Kepala Desa Tlangoh Kudrotul Hidayat saat dijumpai di Pantai Pasir Tlangoh, Senin (23/12/2025).

Pantai Pasir Putih Tlangoh yang dulu kusam, kini terawat. Daya tarik wisatawan pun memuncak pada 2019-2020. Kabar tentang keindahan Pantai Pasir Putih Tlangoh viral, dan ribuan orang berbondong-bondong datang setiap pekannya untuk menikmati keindahannya.

Berbagai strategi dilakukan untuk terus mendorong pengunjung, seperti paket Cafe on The Bus yang menggabungkan ziarah ke makam yang dilanjutkan dengan wisata ke Pantai Tlangoh. Keterlibatan UMKM setempat pun membuat warga, terutama mantan tenaga kerja Indonesia (TKI) tak perlu merantau untuk mencari rezeki.

Hexa Reef Menekan Abrasi

Namun, ancaman abrasi masih menjadi persoalan di Pantai Pasir Putih Tlangoh. PHE WMO pun tak tinggal diam, salah upaya yang dilakukan adalah dengan menanam hexa reef guna menekan laju abrasi.

Abrasi yang menerjang bibir pantai mencapai 7 meter per tahun, namun dengan penanaman hexa reef berhasil diminimalisir. Penambahan pemasangan hexa reef pun terus dilakukan PHE WMO, dan sejauh ini telah dilakukan pemasangan 390 ton hexa reef. 

Hasilnya terlihat nyata dari studi ITS Surabaya pada 2025, terbentuknya sedimentasi atau akresi pantai hingga 5 meter pada segmen tertentu, sekaligus perbaikan kualitas ekosistem bawah laut. Hexa reef kini berfungsi sebagai habitat baru dengan teridentifikasi 20 spesies ikan karang, serta menjadi media tumbuhnya karang alami.

Manager Communication Relations & CID Regional 4 Rahmat Drajat mengatakan, program ini sejalan dengan strategi perusahaan dalam konsep One Belt One Road (OBOR). Upaya ini untuk mewujudkan keberlanjutan sekaligus mendukung agenda internasional sustainability development goals (SDGs) dengan tujuannya yakni, perubahan iklim,  ekosistem lautan serta pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi.

“Pengembangan Pantai Pasir Putih Tlangoh sejalan dengan cita-cita besar PHE WMO untuk memajukan pesisir utara Bangkalan melalui payung program One Belt One Road. Selain itu, dengan inovasi hexa reef yang diterapkan harapannya bisa menjadi solusi permasalahan abrasi pantai Bangkalan sehingga bisa mendorong untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan Desa Tlangoh melalui pariwisata,” ujarnya.

Senior Manager Relations Regional Indonesia Timur Sigit Dwi Aryono mengungkapkan, Regional Indonesia Timur berkomitmen kuat melaksanakan program berkelanjutan dalam kerangka Environmental, Social dan Governance (ESG). Menurutnya, program ini implementasi dari aspek sosial, yakni hubungan dengan komunitas di sekitar wilayah operasi.

“Harapannya, kami dapat menjalankan peran kami semaksimal mungkin sebagai pendukung ketersediaan energi negeri, di sisi lain juga menumbuhkan kemandirian bagi masyarakat lokal,” ujarnya.

Topik Menarik