Rahasia Evandra Florasta Tokcer di Timnas Indonesia U-17: Latihan 5 Jam Sehari

Rahasia Evandra Florasta Tokcer di Timnas Indonesia U-17: Latihan 5 Jam Sehari

Olahraga | inews | Kamis, 10 April 2025 - 10:11
share

MALANG, iNews.id - Evandra Florasta tampil oke di Timnas Indonesia U-17. Performa itu ternyata dipengaruhi latihan lima jam sehari.

Evandra punya sikap disiplin tinggi. Sang ayah Oktamus Silvester bertugas sebagai TNI Angkat Darat (AD), di Kesatuan Brigif Linud 18, Jabung, Malang, serta ibunya Farida Mariana.

Evandra Florasta dididik kedua orang tuanya disiplin dan menjadi pribadi bermental kuat. Kedisiplinan itu membuat mental remaja 16 tahun ini luar biasa dan menjadi andalan lini tengah Timnas Indonesia U-17 di Piala Asia U-17 2025.

Oktamus Silvester, ayah dari Evandra mengatakan, Evandra dikenalkan beberapa olahraga dan seni. Tapi ternyata Evandra lebih suka ke sepak bola, sehingga dia dan istri mengarahkan agar fokus bermain sepak bola.

"Sejak kecil itu sudah diarahkan ke sepak bola karena suka bola, saya latih sendiri di dekat rumah, latihan passing dan kontrol, itu masih kecil anaknya," ucap Oktamus Silvester, saat ditemui di Kompleks Asrama Brigif Linud 18, Jabung, Kabupaten Malang.

Setelah dirasa cukup memiliki kemampuan dasar mengumpan, kontrol, serta teknik-teknik dasar sepak bola, sang ayah kemudian memasukkan Evandra yang masih berusia 7 tahun kurang itu ke Sekolah Sepak Bola (SSB). SSB pertama yang diikuti Evandra yakni SSB Angkasa, tapi SSB itu akhirnya bubar selama enam bulan.

Tapi dia tetap melatih anaknya secara otodidak dengan disiplin. Bahkan dia menceritakan saat masih kecil Evan, sapaan akrabnya kerap masih terjatuh saat menendang bola, karena tubuhnya yang masih kecil.

"Masuk SSB usia 7 tahun sudah bisa ngontrol dan menggiring, dikasih modal passing dan kontrol, masih kecil sekali, nendang bola masih jatuh, ngomong belum lancar," ungkapnya.

Setelah itu Evan kembali masuk ke SSB yang berjarak 17 kilometer dari rumahnya. SSB Kameta menjadi SSB berikutnya yang dimasuki oleh Evan. SSB Kameta itu ditemukan Oktamus tak sengaja saat dia tengah mencari SSB di Kota Malang.

"Keinget hari Kamis keluar, keliling ketemu satu tim SSB liar, namanya Kameta kalah menang tarung di Rampal, Lapangan Bela Negara, SSB tidak terdaftar di PSSI dilatih Baroji di Kameta kalah menang tarung," tuturnya.

Namun lagi-lagi SSB yang diikuti oleh Evan bubar. Tapi sebelum bubar selama di SSB Kameta itu beberapa kali Evan berhasil menjuarai turnamen tingkat junior, pencapaiannya pun minimal juara 2 atau minimal masuk final.

Keluar dari SSB juga membuat bakat Evandra terendus beberapa SSB dari Surabaya. Dia sempat mengikuti turnamen memperkuat SSB di Surabaya, saat itu final bertemu dengan Persema Malang. Di babak final itu Evan berhasil mengantarkan timnya juara, hingga ditawarkan masuk ke Persema Malang.

"Kita tidak mau terikat dengan salah satu tim, salah satu SSB, saya ikut Persema karena saya anak Malang, tapi kalau ada event Persema ikut ya ikut Persema, tapi kalau tidak ikut, ya ikut tim lain, jadi tidak terikat satu tim, satu SSB," jelasnya.

Semenjak itulah akhirnya karier Evandra melejit. Beberapa tim kerap kali menggunakan jasanya. Menariknya setiap Evan memperkuat tim atau SSB yang ada selalu timnya masuk final. Bakatnya terus terasah didukung dengan kedua orang tuanya, terutama sang ayah yang ternyata rutin mengevaluasi permainannya.

"Kalau si Evan main itu saya di pojokan tidak gabung orang tua lainnya, saya keluarkan buku dan pulpen, saya catatkan detail, umpannya gini, kontrol gini, kekurangannya apa, itu selalu saya catat, selalu dan jadi kebiasaan saya catat, bahkan sampai dia masuk Timnas pun masih begitu," paparnya.

Setelah itu saat Evan pulang biasanya ia kembali melatih Evan di rumah. Setiap kekurangannya dilatih dan dievaluasi, tak jarang Evan dan ayahnya berlatih hingga 5 jam setiap hari.

"Setiap pulang rumah itu kita evaluasi, kita punya, kita punya rumus, punya rahasia sendiri. Dari kesalahan itu kita drill evaluasi," ucapnya.

Topik Menarik