Impor Susu Jadi Kendala, Program Makan Gratis Belum Merata
Samarinda.inews.id - JAKARTA - Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, mengungkapkan bahwa masih ada siswa yang belum menerima susu dalam program makan bergizi gratis. Hal ini terjadi karena kebutuhan susu masih bergantung pada impor, meskipun Presiden Prabowo Subianto menginginkan semua siswa mendapatkan susu.
1. Ketergantungan Impor Susu
Sudaryono menjelaskan bahwa keterbatasan pasokan susu disebabkan oleh proses impor yang sedang berlangsung. "Seharusnya semua siswa mendapatkan susu sesuai arahan Presiden, tetapi saat ini kita masih mengandalkan impor," ujar Sudaryono di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (14/1/2025).
2. Pengganti Protein dari Susu
Sebagai solusi sementara, pemerintah menyediakan sumber protein alternatif untuk menggantikan susu dalam program makan bergizi. Selain itu, langkah mendatangkan sapi hidup untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri sedang diupayakan. "Dengan aturan impor sapi yang baru selesai, kita bisa mendatangkan sapi dari Australia dan negara lain yang sudah terdaftar. Targetnya, sebanyak 200 ribu sapi masuk pada akhir tahun 2025," jelasnya.
3. Dorongan Investasi
Sudaryono juga mendorong investasi di sektor peternakan susu di Indonesia. Ia menegaskan bahwa Indonesia tidak bergantung pada impor, tetapi terbuka untuk pihak yang ingin berinvestasi dengan mendirikan pabrik susu dan mendatangkan sapi ke dalam negeri.
4. Usulan Penambahan Anggaran
Sudaryono mendukung rencana peningkatan anggaran untuk program makan bergizi gratis. Ia menilai langkah ini penting, mengingat jumlah siswa di Indonesia yang sangat besar. Namun, ia juga menekankan pentingnya memastikan kesiapan layanan di lapangan agar program dapat berjalan optimal. "Bukan hanya soal anggaran yang ditingkatkan, tetapi juga kesiapan unit layanan harus diperhatikan," katanya.