Puluhan Makam di TPU Cikutra Bandung Rusak Akibat Sungai Cidurian Meluap, 20 Jenazah Dievakuasi
Sungai Cidurian meluap mengakibatkan puluhan makam di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cikutra, Kota Bandung, Jawa Barat rusak tergerus air. Sebanyak 20 jenazah terpaksa dievakuasi ke lokasi lain.
Dari video amatir yang beredar di media sosial (medsos), tampak sejumlah jenazah keluar dari makam di Blok G yang rusak akibat tanggul sungai jebol tergerus air. Terlihat, kain kafan berisi kerangka jenazah tergeletak di lokasi.
Warga yang merekam menyebutkan, selain akibat curah hujan tinggi, air Sungai Cidurian meluap dan membanjiri makam juga disebabkan oleh sampah yang menyumbat aliran sungai.
Tampak petugas Dinas Ciptabintar Kota Bandung mengangkat jenazah dari makam yang rusak lalu dipindahkan ke tempat aman.
Kepala Dinas Cipta Karya Konstruksi dan Tata Ruang (Ciptabintar) Kota Bandung, Bambang Suhari mengatakan, peristiwa itu terjadi pada Rabu (27/11/2024) siang akibat curah hujan tinggi yang memicu Sungai Cidurian meluap. Akibatnya, kirmir roboh.
"Tim kami langsung ke lapangan. Ada dua jenazah yang sudah dipindahkan ke Blok F dan E3. Sisanya kurang lebih 18 makam dievakuasi ke lahan yang memungkinkan, yakni di Blok E3 di atas," kata Bambang Suhari.
Bambang menyatakan, sebagian ahli waris meminta izin memindahkan makam keluarganya ke Cimahi dan Jakarta. "Mudah-mudahan hari ini tidak hujan, sehingga hari bisa diselesaikan semua jenazah yang ada di petak makam di area kirmir jebol bisa dievakuasi," ujar Bambang.
Ditanya tentang informasi yang menyebutkan ada jenazah hanyut terbawa arus? Kadis Ciptabintar menuturkan, belum bisa memastikan.
"Saya belum dapat mengidentifikasi jenazah yang terbawa hanyut oleh air. Namun demikian, kemarin jenazah yang makamnya rusak, sudah kami evakuasi dan dilakukan pemakaman selayaknya," tutur Kadis Ciptabintar.
Bambang mengatakan, proses evakuasi makam dan jenazah dilakukan oleh petugas Dinas Ciptabintar Kota Bandung. Sedangkan terkait perbaikan kirmir sungai yang jebol, dinas berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Bandung dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum.
"Mudah-mudahan ada solusi agar kirmir yang jebol segera ditangani. Air Sungai Cidurian yang melintasi TPU Cikutra ini sangat deras," ucap Bambang.
Sementara itu, Kepala DSDABM Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan, seperti diperkirakan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), November ini masuk musim hujan.
"Ini sebetulnya belum puncak musim hujan. Puncak musim hujan itu diperkirakan ada di Desember dan Januari. Ini artinya kita semua harus waspada," kata Didi.
Didi menyatakan, terkait banjir yang menyebabkan kirmir Sungai Cidurian jebol hingga mengakibatkan sejumlah makam di TPU Cikutra rusak, itu disebabkan oleh curah hujan tinggi.
"Sebenarnya banjir dari hari Sabtu kemarin ya. Hari Sabtu itu intensitas curah hujan di Hulu, di Stasiun Meteorologi Lembang sekitar 104 mm. Nah kemarin itu mencapai 150 mm. Itu luar biasa. Kalau di Bandung itu rata-rata di atas 40 mm sudah banyak genangan dari drenase," ujar Didi.
Artinya, tutur Didi, kapasitas sungai tidak mampu menampung curah hujan. Selain itu, yang menyebabkan beberapa limbasan di Kota Bandung itu ada beberapa utilitas yang melintang di sungai. Yang mana itu berada di penampang basah sungai.
"Contoh, ada jembatan-jembatan yang memang dia berada di penampang basah. Artinya penampang basah itu yang harusnya air lewat. Tapi ada jembatan. Kemudian ada juga pipa-pipa air, ada kabel dan sebagainya. Utilitas itulah yang kemudian menyebabkan tempat tersangkutnya sampah," tuturnya.
Setelah diidentifikasi, kata Didi, air Sungai Cidurian meluar dan merusak makam disebabkan, pertama, ada beberapa utilitas yang melintang di penampang basah. Kemudian ada juga dan sebagainya yang berada di bawah air.
Penanganan atas masalah ini, kata Didi, akan melibatkan tim dari DSDABM Kota Bandung, Dinas Cinta Karya dan SDA Provinsi Jabar, serta BBWS. Kami akan menangani ini bersama-sama.
"Utilitas yang melintang dan tanggul-tanggul yang rendah akan di tinggikan. Kalau tidak bisa dengan permanen, dibuat darurat dulu. Karena ini kan harus segera ditangani, kita akan tangani dulu peninggian tanggul dengan menggunakan geo bag atau geo bok atau mungkin bronjong. Kita pasang di beberapa tanggul yang kira-kira itu menjadi air melimpas di sungai ini," ucap Didi.