Kisah Kekalahan Turki Utsmani Melawan Bangsa Mongol: Membuat Eropa Bersyukur
PADA mulanya Turki Utsmaniyah sangat agresif menaklukkan berbagai negeri. Hal ini terjadi masa Sultan Murad I. Selain dapat memantapkan keamanan dalam negeri, ia juga melakukan perluasan daerah ke Benua Eropa.
Dr. H. Syamruddin Nasution, M.Ag dalam bukunya berjudul "Sejarah Peradaban Islam" (Yayasan Pusaka Riau, 2013) menuturkan Murad I dapat menaklukkan Adrianopel – yang kemudian dijadikannya sebagai ibu kota Daulah yang baru -Macedonia, Sopia (ibu kota Remulia), Salonia, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani.
Dengan ditaklukkannya kota-kota tersebut Daulah Turki Utsmani telah memegang “kunci lalulintas” yang menghubungkan kerajaan-kerajaan Serbia, Bulgaria dengan Byzantium di Konstantinopel.
Oleh karena itu, bagi Kaisar tidak ada pilihan lain kecuali mengakui eksistensi Daulah Turki Utsmani di Eropa dan menyatakan bersahabat dengan Sultan tersebut.
Kesuksesan Sultan Murad I di Eropa itu diiringi pula kesuksesannya melakukan penaklukan di Asia. Kerajaan Karman (pecahan dari kerajaan Ilkhan) ditaklukkan.
Suatu hal penting yang dilakukan Sultan Murad I ialah memilih pemuda-pemuda Kristen setelah masuk Islam dididik menjadi militer, sehingga lahirlah tentara elite Turki yang diberi nama dengan “Yenisari”.
Bayazid I
Bayazid I menggantikan ayahnya menjadi Sultan dalam usia 34 tahun. Pada masa kekuasaannya (1389-1403 M) serangan-serangan perluasan wilayah terus dilanjutkannya, ia merebut Kossova pada tahun pertama pemerintahannya (1389 M).
Stephen Raja Lazar terpaksa meminta perdamaian dan menyatakan diri bergabung dengan Sultan dan siap sedia membayar upeti.
Pada tahun 1393 M, Bayazid mengirim pasukan di bawah komando anaknya Sulaiman untuk menyerang Bulgaria. Setelah mengepung selama tiga minggu, Trinova berhasil direbut Rajanya Sisman melarikan diri maka tumbanglah kerajaannya disertai rakyatnya banyak yang masuk Islam.
Tidak lama kemudian kota-kota Nicopolia, Weddes dan Silistria ikut tunduk pula, sehingga pintu memasuki Hongaria sudah terbuka lebar. Akan tetapi mereka tidak melanjutkan penyerangan namun pulang kembali ke Adrianopel karena kelelahan dalam pertempuran-pertempuran terdahulu.
Ketika Bayazid mempersiapkan ekspansi ke Konstantinopel, tentara Mongol yang dipimpin oleh Timur Lank hendak melakukan penyerangan ke Asia Kecil.
Bayazid tidak dapat menguasai dirinya, bukan main murkanya demi mendengar tantangan dari Timur Lank tersebut, sehingga dia tidak memperhitungkan keseimbangan pasukan lagi.
Dia hanya membawa 120.000 tentara, sedangkan Timur Lank membawa 800.000 tentara. Pertempuran hebat terjadi di Ankara pada tahun 1402 M, tetapi baru saja mulai pertempuran, tiba-tiba serdadu bangsa Tartar yang ada di barisan Bayazid berpihak kepada Timur Lank.
Maka bagaimanapun Bayazid gagahnya, tapi dalam pertempuran yang tidak seimbang pasukannya menjadi kucar-kacir dan dia bersama anaknya, Musa, tertawan dan wafat dalam tawanan setahun kemudian (1403 M).
Mendengar Bayazid tertawan, maka raja-raja Eropa mengucapkan selamat atas kemenangan Timur Lank mengalahkan Bayazid. Hal ini menunjukkan betapa Bayazid si Penakluk Eropa Timur itu ditakuti musuh-musuhnya, hanya karena pandang enteng pada Timur Lank, dia mengalami kekalahan.
Karena kekalahan Bayazid di Ankara itu membawa akibat buruk bagi Daulah Turki Usmani. Penguasa-penguasa Turki Saljuk di Asia Kecil melepaskan diri dari genggaman Turki Usmani.
Wilayah-wilayah Serbia dan Bulgaria juga memproklamirkan kemerdekaan. Dalam pada itu Putra-putra Bayazid saling berebut kekuasaan karena belum ada yang dipersiapkan Bayazid menjadi Sultan sesudahnya. Daulah Turki Usmani, saat ini, mengalami kevacuman kekuasaan.
Suasana buruk ini baru berakhir setelah Sultan Muhammad I (1403-1421 M) dapat mengatasinya. Dia bekerja keras menyatukan negaranya dan mengembalikan kekuatan dan kekuasaan seperti sediakala.
Muhammad I dapat menguasai kembali wilayah-wilayah kekuasaan Turki Utsmani selama lebih kurang sepuluh tahun. Hal ini sangat mencengangkan Kerajaan-kerajaan Kristen Eropa sebab sumber ancaman yang dulu telah mereka anggap lenyap tiba-tiba muncul kembali.
Setelah Timur Lank meninggal tahun 1405 M kesultanan Mongol terpecah belah dan dibagi-bagi kepada putra-putranya yang satu sama lainnya saling berselisih.
Kondisi seperti ini dimanfaatkan Turki Utsmani melepaskan diri dari kekuasaan Mongol. Maka usaha Muhammad I yang telah berhasil meletakkan dasar-dasar keamanan dalam negeri dilanjutkan oleh anaknya Sultan Murad II (1421-1451 M) sehingga suasana yang kondusif telah dapat diwariskan kepada anaknya Muhammad II.