Abdul Rahman Yusuf al-Qaradawi akan Dideportasi ke UEA, Siapakah Dia?

Abdul Rahman Yusuf al-Qaradawi akan Dideportasi ke UEA, Siapakah Dia?

Global | sindonews | Rabu, 8 Januari 2025 - 08:19
share

Berbagai organisasi hak asasi manusia (HAM) mendesak Lebanon membatalkan deportasi Abdul Rahman Yusuf al-Qaradawi ke Uni Emirat Arab (UEA), sekutu setia Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi.

Organisasi HAM khawatir Abdul Rahman akan menghadapi tuntutan hukum bermotif politik dan bahkan penyiksaan.

Namun, siapakah Abdul Rahman dan mengapa dia diburu banyak pemerintah Arab?

Pria berkewarganegaraan ganda Mesir-Turki berusia 55 tahun ini adalah seorang penyair dan aktivis politik yang bekerja dan tinggal di Turki.

Dia telah menjadi pendukung utama revolusi Mesir 2011 yang mengakhiri kekuasaan mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak selama puluhan tahun.

Dia juga bekerja pada kampanye Mohammed el-Baradei, mantan kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), yang mencalonkan diri sebagai presiden Mesir setelah kekuasaan Mubarak berakhir setelah revolusi Mesir.

Abdul Rahman membantu mendirikan kelompok Kefaya di Mesir, yang juga dikenal sebagai Gerakan Perubahan Mesir.

Inisiatif ini sudah ada jauh sebelum revolusi 2011 tetapi sangat terlibat di dalamnya. Meski demikian, International Crisis Group menggambarkannya sebagai gerakan yang tidak efektif terhadap perubahan struktural di Mesir karena hanya berfungsi sebagai gerakan protes.

Setelah 2011, Abdul Rahman dilarang tampil di siaran dan publikasi di Mesir dan diasingkan di Turki. Nasib ini dialami banyak tokoh terkemuka yang menentang otoritas Mesir.

Saudarinya, Ola, telah ditahan secara sewenang-wenang selama empat tahun di Mesir atas tuduhan yang secara luas diyakini tidak berdasar terkait terorisme.

Ayahnya, Yusuf Qaradawi, yang meninggal di Qatar pada tahun 2022, bisa dibilang sebagai salah satu ulama Islam yang paling produktif dan terkenal serta nama yang dikenal di dunia Arab.

Sementara Yusuf Qaradawi telah lama menolak peran politik resmi apa pun di Mesir, dia memiliki pengaruh intelektual yang sangat besar terhadap Ikhwanul Muslimin (IM), kelompok oposisi utama di negara itu, yang sekarang dianggap sebagai kelompok teroris di era pemerintahan Sisi.

Sebagai salah satu ideolog terkemuka yang terkait dengan Ikhwanul Muslimin, Yusuf Qaradawi dan ajarannya menjadi pusat berbagai peristiwa penting di dunia.

Sepanjang kariernya sebagai intelektual publik, pendekatannya terhadap hukum Islam yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan aktivisme politik, dan kemampuannya untuk mengomunikasikan ide-ide ini dalam bahasa yang sederhana, membuatnya mendapatkan jutaan pengikut.

Kritik terhadap Negara-negara Teluk

Abdul Rahman sendiri baru-baru ini terlihat dalam video daring yang dia unggah saat merayakan penggulingan mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad di Suriah.

Di lokasi Masjid Umayyah yang bersejarah di Damaskus, sambil berjalan-jalan dengan keffiyeh hitam putih Palestina di lehernya, Abdul Rahman meneriaki "Arab Zionis", yang merujuk pada kepemimpinan UEA, Mesir, dan Arab Saudi, dan menunjukkan harapannya bahwa pemerintahan mereka mungkin akan digulingkan berikutnya oleh "banjir perubahan".

Banjir, menurut dia, sudah mulai terjadi di Gaza, tempat operasi “Banjir Al-Aqsa” dilancarkan Hamas pada 7 Oktober 2023.

Postingan terbaru Abdul Rahman di situs webnya, tertanggal 25 Desember 2024, adalah puisi “ratapan bagi martir bangsa” yang didedikasikan untuk mendiang Pemimpin Hamas Yahya Sinwar.

Dia menggambarkan Sinwar sebagai seorang pria dengan “tekad alam semesta di lubuk hatinya” yang “abadi”.

Abdul Rahman ditangkap akhir bulan lalu di bandara Beirut saat dalam perjalanan kembali dari Damaskus.

Menurut Amnesty International, “Abdul Rahman diinterogasi oleh pasukan keamanan Lebanon terkait dengan putusan tahun 2017 yang dikeluarkan secara in absentia oleh pengadilan Mesir, yang menghukumnya atas tuduhan menyebarkan ‘berita palsu’, antara lain, dan menjatuhkan hukuman lima tahun penjara dalam kasus bermotif politik, serta permintaan ekstradisi UEA.”

Beberapa kelompok hak asasi manusia kini menyerukan pembebasannya.

“Surat perintah ini bermotif politik dan berfungsi sebagai alat untuk membungkam suara-suara yang tidak setuju, menjadikan penangkapan Al-Qaradawi sebagai bagian dari kampanye regional yang menyasar aktivis dan intelektual,” ungkap Komite Keadilan (CFJ) yang berpusat di Swiss dalam pernyataan pada hari Selasa (7/1/2025).

Kelompok tersebut mendesak pelapor khusus PBB tentang penyiksaan dan pelapor khusus PBB tentang kebebasan berpendapat dan berekspresi untuk menekan otoritas Lebanon “agar mematuhi kewajiban internasional mereka, khususnya mengenai prinsip non-refoulement sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 3 Konvensi Menentang Penyiksaan.”

Ekstradisi semacam itu, menurut CFJ, “merupakan ancaman bagi setiap orang yang percaya pada kebebasan berpikir dan berekspresi, hak yang dijamin piagam internasional seperti Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia dan Kovenan Internasional tentang Hak Sipil dan Politik, yang mana Lebanon merupakan salah satu pihaknya.”

Topik Menarik