Bioprospeksi Blue Carbon Mangrove Mampu Lindungi Bumi dari Perubahan Iklim

Bioprospeksi Blue Carbon Mangrove Mampu Lindungi Bumi dari Perubahan Iklim

Terkini | sindonews | Kamis, 9 Januari 2025 - 14:46
share

Bioprospeksi Blue Carbon (karbon biru) dinilai mampu melindungi bumi dari perubahan iklim global. Sebab blue carbon efektif mempertahankan fungsi penyimpanan karbon.

Blue Carbon adalah istilah yang digunakan dalam proses penyerapan dan penyimpanan karbon dioksida oleh ekosistem laut dan pesisir. Hutan mangrove, merupakan salah satu ekosistem karbon biru, yang memiliki kemampuan signifikan dalam menyerap dan menyimpan karbon.

Mahasiswi program studi Magister Pengelolaan Sumber Daya Alam (MPSDA), Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Indri R. Whisnuwardani menjelaskan bahwa penyimpanan karbon pada ekosistem mangrove (carbon sequestration) yang disimpan dalam bentuk biomasa dan sedimen melalui fotosintesis untuk mengurangi karbondioksida di atmosfer.

“Berdasarkan literasi yang ada, kemampuan ekosistem hutan mangrove dalam mengurangi emisi karbon dapat menyimpan hingga 5 kali lebih banyak dibandingkan dengan hutan tropis daratan. Karbon yang tersimpan dalam tanah pada ekosistem mangrove, dapat bertahan selama ratusan hingga ribuan tahun, sehingga menjadikan ekosistem mangrove sebagai solusi alami untuk mitigasi perubahan iklim di dunia,” kata Indri, Kamis (9/1/2025).

Menurut dia, perubahan iklim global adalah perubahan unsur iklim, seperti suhu, tekanan, kelembaban, hujan dan angin. Pada 2023 terjadi suhu terpanas sepanjang sejarah dan mencapai 1,50C. Krisis iklim akibat dari pemanasan global memberikan dampak signifikan terhadap kehidupan manusia, seperti cuaca ekstrem, ancaman ketahanan pangan, dan bencana alam yang menyebabkan erosi, banjir, pergeseran lahan basah dan perubahan kualitas air.

“Indonesia negara dengan hutan mangrove terluas di dunia, berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan 2021 dengan total luas mangrove diperkirakan mencapai 3.364.076 hektare,” ujarnya.

Indonesia, kata Indri, memiliki potensi besar dalam pengelolaan karbon biru. Namun, terdapat berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk memaksimalkan manfaat ekosistem mangrove dalam mitigasi perubahan iklim di antaranya degradasi hutan mangrove menjadi masalah kompleks hingga kini.

“Hal itu disebabkan oleh aktivitas manusia, seperti penebangan ilegal dan perubahan pengguna lahan, yang menyebabkan penurunan luas dan kelestarian hutan mangrove di berbagai wilayah. Dampak degradasi hutan mangrove sangat dirasakan oleh lingkungan, seperti hilangnya habitat spesies yang tergantung pada ekosistem mangrove seperti, penurunan produktivitas perikanan peningkatan risiko bencana alam,” jelasnya.

Dalam rangka mendukung program nasional terkait kondisi darurat iklim di Indonesia yang tercantum pada Perpres Nomor 14 Tahun 2024 tentang peraturan yang menetapkan penyelenggaraan kegiatan penangkapan dan penyimpanan karbon untuk memenuhi target kontribusi yang ditetapkan secara nasional dan menuju Net Zero Emmision 2060 atau lebih cepat,

Indri pernah mengembangkan inovasi pembelajaran ekosistem mangrove, dengan strategi Icon Gadis Antariksa, dalam aksi nyata pada kegiatan adventures hutan mangrove melalui ekstrakurikuler Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 66, Jakarta Selatan. Strategi ini dalam meningkatkan kualitas pengetahuan peserta didik terhadap ekosistem mangrove, salah satunya mengeksplorasi kawasan ekosistem mangrove untuk pemahaman lebih mendalam.

“Dengan kesadaran lingkungan dan peran aktif sejak dini, seperti penanaman pohon mangrove, pemeliharaan ekosistem pesisir dan menjalankan program konservasi terkait lingkungan lainya, generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam pelestarian ekosistem karbon biru mangrove dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan,” kata Indri.

Topik Menarik