Perbedaan Isra dan Mikraj Beserta Arti Kata dan Maknanya
Isra Mikraj Nabi Muhammad SAW merupakan salah satu peristiwa penting dalam sejarah Islam yang selalu diperingati umat Muslim di seluruh dunia. Kedua istilah ini, "Isra" dan "Mikraj," memiliki arti yang berbeda, tetapi saling berhubungan dalam rangkaian perjalanan Nabi Muhammad SAW pada malam yang penuh mukjizattersebut.
Artikel ini akan menjelaskan perbedaan Isra dan Mikrajsecara mendalam, dengan tetap mengacu pada sumber-sumber terpercaya untuk memberikan pemahaman yang lebih komprehensif.
Pengertian Isra dan Mikraj
KH Zakky Mubarak, Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), menjelaskan bahwa secara etimologi, Isra bermakna perjalanan malam, sedangkan Mikraj berarti naik ke atas. Dalam konteks peristiwa Isra dan Miraj, keduanya merupakan perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW yang diabadikan dalam Al-Qur'an dan menjadi salah satu tonggak sejarah penting dalam Islam.Isra adalah perjalanan malam yang membawa Nabi Muhammad SAW dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem, Palestina.Sebaliknya, Mikraj adalah peristiwa ketika Nabi Muhammad SAW dinaikkan dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha di langit ketujuh, tempat tertinggi yang hanya pernah dicapai oleh Nabi Muhammad SAW. Perbedaan ini tidak hanya terletak pada tujuan perjalanan, tetapi juga makna spiritual yang terkandung di dalamnya.
Perjalanan Isra: Dari Makkah ke Yerusalem
Menurut penjelasan Kementerian Agama RI, Isra adalah bagian pertama dari perjalanan Nabi Muhammad SAW. Dalam perjalanan ini, Nabi Muhammad SAW diberangkatkan oleh Allah SWT dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsa dengan menaiki kendaraan yang disebut Buraq. Perjalanan ini disebutkan dalam Surah Al-Isra ayat 1:"Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (QS Al-Isra: 1)
Dalam peristiwa ini, Allah SWT ingin menunjukkan hubungan spiritual antara Nabi Muhammad SAW dengan para nabi sebelumnya yang sebagian besar berdakwah di wilayah Palestina. Masjidil Aqsa sendiri adalah simbol persatuan umat Islam, Yahudi, dan Nasrani, mengingat sejarahnya sebagai tempat suci bagi ketiga agama samawi.
Perjalanan Mikraj: Dari Yerusalem ke Sidratul Muntaha
Setelah tiba di Masjidil Aqsa, Nabi Muhammad SAW melanjutkan perjalanan spiritualnya dalam peristiwa Mikraj. Mikraj berasal dari kata "Urūj," yang berarti naik. Nabi Muhammad SAW dinaikkan oleh Allah SWT dari Masjidil Aqsa menuju Sidratul Muntaha, yang digambarkan dalam Al-Qur'an sebagai tempat paling tinggi di atas langit ketujuh. Di sinilah Nabi Muhammad SAW menerima perintah salat lima waktu langsung dari Allah SWT.Para ulama tafsir, seperti Imam Al-Qurtubi, menggambarkan Sidratul Muntaha sebagai tempat yang penuh keindahan, tidak dapat dijelaskan dengan kata-kata, dan hanya Nabi Muhammad SAW yang pernah mencapai tempat tersebut. Proses kenaikan ini juga diabadikan dalam Surah An-Najm ayat 13-18:
"Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal. (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratul Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya." (QS An-Najm: 13-18)
Hikmah dan Makna Isra dan Mikraj
Isra dan Miraj bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan spiritual yang penuh hikmah bagi Nabi Muhammad SAW dan umat Islam. Dalam peristiwa ini, terdapat dua hikmah utama:Penyatuan Umat: Perjalanan ke Masjidil Aqsa menunjukkan bahwa Nabi Muhammad SAW memiliki hubungan spiritual dengan para nabi sebelumnya. Ini menegaskan bahwa ajaran Islam adalah penyempurna dari ajaran-ajaran sebelumnya.Tanda-tanda Kebesaran Allah SWT: Dalam perjalanan Mikraj, Nabi Muhammad SAW diperlihatkan tanda-tanda kebesaran Allah SWT, seperti Sidratul Muntaha dan surga. Hal ini menunjukkan kekuasaan Allah SWT yang tak terbatas.
Selain itu, perintah salat lima waktu yang diterima Nabi Muhammad SAW di Sidratul Muntaha adalah simbol dari hubungan langsung antara hamba dan Tuhannya. Awalnya, Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk melaksanakan salat 50 waktu sehari, tetapi setelah mendapat saran dari Nabi Musa AS, jumlah tersebut dikurangi menjadi lima waktu sehari, seperti yang dilaksanakan oleh umat Islam saat ini.
Penjelasan Isra dan Mikraj dalam Kitab-Kitab Klasik
Salah satu perbedaan utama antara Isra dan Mikraj adalah tempat asal dan tujuan perjalanannya. Isra terjadi di bumi, dimulai dari Masjidil Haram di Makkah dan berakhir di Masjidil Aqsa di Yerusalem. Sebaliknya, Mikraj adalah perjalanan menuju langit ketujuh dan Sidratul Muntaha.Para ulama, seperti Imam Ibnu Katsir, menjelaskan bahwa perjalanan Isra adalah bukti kekuasaan Allah SWT di dunia, sementara Mikraj menunjukkan kebesaran Allah SWT di alam semesta. Dalam kitab tafsirnya, Ibnu Katsir menyebutkan bahwa peristiwa ini juga merupakan bentuk penghiburan bagi Nabi Muhammad SAW setelah mengalami tahun yang penuh duka, yaitu wafatnya Khadijah RA dan Abu Thalib.
Banyak kitab klasik yang membahas Isra dan Miraj, seperti Ar-Rahiq Al-Makhtum karya Safiur Rahman Al-Mubarakpuri dan Sirah Ibnu Hisyam. Dalam kitab-kitab ini, dijelaskan secara rinci tentang perjalanan Nabi Muhammad SAW, termasuk berbagai peristiwa yang beliau alami selama perjalanan tersebut.
Pelatih Persija Jakarta Belum Pikirkan Transfer Pemain, Ingin Fokus Hadapi Malut United Dulu
Selain itu, Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menjelaskan makna spiritual dari Isra dan Mikraj.
Menurut Al-Ghazali, peristiwa ini mengajarkan pentingnya hubungan antara manusia dengan Allah SWT melalui ibadah salat. Salat adalah tiang agama yang menghubungkan manusia dengan Tuhannya, sebagaimana yang diajarkan dalam peristiwa Mikraj.
Isra dan Mikraj adalah dua peristiwa yang saling melengkapi dalam perjalanan spiritual Nabi Muhammad SAW.
Isra adalah perjalanan malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, sementara Miraj adalah kenaikan dari Masjidil Aqsa ke Sidratul Muntaha. Keduanya memiliki makna mendalam yang mengajarkan tentang keimanan, persatuan umat, dan hubungan spiritual antara manusia dan Allah SWT.
Dengan memahami perbedaan Isra dan Mikraj, umat Islam dapat lebih menghargai pentingnya peristiwa ini sebagai bagian dari sejarah Islam. Selain itu, perintah salat lima waktu yang diterima Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa ini mengingatkan umat Islam untuk senantiasa menjaga hubungan dengan Allah SWT melalui ibadah.