10 Hal yang Merusak Otak, Nomor 5 Wajib Diwaspadai Para Jomblo

10 Hal yang Merusak Otak, Nomor 5 Wajib Diwaspadai Para Jomblo

Gaya Hidup | sindonews | Senin, 14 April 2025 - 11:20
share

Ada beberapa hal yang merusak otak secara diam-diam. Otak merupakan pusat kendali tubuh yang memainkan peran vital dalam segala aktivitas, mulai dari berpikir, bergerak, hingga mengatur emosi.

Namun, tanpa disadari, banyak kebiasaan sehari-hari yang secara perlahan dapat merusak kesehatan otak dan menurunkan kemampuannya. Mulai dari pola makan yang tidak sehat, kurang tidur, stres berkepanjangan, hingga paparan zat berbahaya.

Semua itu dapat memicu gangguan fungsi kognitif, penurunan daya ingat, bahkan meningkatkan risiko penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer dan demensia. Parahnya lagi, efeknya sering kali bersifat jangka panjang dan tidak langsung terasa.

Karena itu, penting bagi setiap orang untuk memahami apa saja faktor yang bisa merusak otak agar dapat mengambil langkah pencegahan sejak dini. Berikut beberapa hal yang bisa merusak otak seperti dilansir dari WebMD, Senin (14/4/2025).

10 Hal yang Merusak Otak

1. Kurang Tidur

Tidur bukan sekadar waktu istirahat bagi tubuh, tetapi juga momen penting bagi otak untuk memperbaiki diri dan membersihkan racun yang menumpuk selama aktivitas harian. Sayangnya, kurang tidur menjadi salah satu kebiasaan buruk yang kerap dianggap sepele, padahal dampaknya sangat serius.

Penelitian menunjukkan bahwa kurang tidur kronis dapat meningkatkan risiko gangguan fungsi otak. Termasuk mempercepat munculnya gejala demensia dan penyakit Alzheimer. Untuk menjaga kesehatan otak, penting untuk memiliki pola tidur yang konsisten dan cukup, yaitu sekitar 7–9 jam per malam untuk orang dewasa.

Jika Anda sering mengalami kesulitan tidur, cobalah untuk menghindari konsumsi kafein dan alkohol menjelang malam, batasi penggunaan gadget sebelum tidur, dan biasakan melakukan rutinitas malam yang menenangkan seperti membaca buku atau mandi air hangat.

2. Konsumsi Makanan Cepat Saji

Penelitian menunjukkan bahwa individu yang kerap mengonsumsi makanan cepat saji seperti burger, kentang goreng, keripik, dan minuman bersoda cenderung memiliki ukuran lebih kecil pada bagian otak yang bertanggung jawab atas fungsi memori, pembelajaran, dan stabilitas emosional.

Kandungan tinggi lemak jenuh, gula, dan garam dalam makanan tersebut dapat mempercepat penurunan fungsi kognitif. Sebaliknya, pola makan yang kaya akan buah beri, kacang-kacangan, biji-bijian utuh, dan sayuran hijau terbukti mampu mendukung kesehatan otak serta memperlambat proses degeneratif.

Jadi, sebelum Anda tergoda membuka bungkus keripik, pertimbangkan untuk memilih camilan sehat seperti segenggam kacang almond atau blueberry demi kesehatan otak jangka panjang.

3. Terlalu Lama Menggunakan Headphone dengan Volume Tinggi

Memutar musik menggunakan earphone atau headphone dengan volume tinggi, terutama dalam jangka waktu lama, dapat menimbulkan risiko serius bagi kesehatan. Hanya dalam waktu sekitar 30 menit dengan volume maksimal, kerusakan permanen pada pendengaran bisa terjadi.

Namun, dampaknya tidak berhenti di telinga. Studi menunjukkan bahwa gangguan pendengaran, khususnya pada orang dewasa yang lebih tua, memiliki kaitan erat dengan penurunan fungsi otak, termasuk meningkatnya risiko Alzheimer serta penyusutan jaringan otak.

Hal ini diduga terjadi karena otak dipaksa bekerja lebih keras untuk menangkap dan memahami suara di sekitarnya, sehingga energi kognitif yang seharusnya digunakan untuk menyimpan informasi justru habis untuk sekadar mendengar. Untuk menghindari kerusakan jangka panjang, disarankan agar volume tidak melebihi 60 persen dari kapasitas maksimal perangkat, dan waktu penggunaan dibatasi agar tidak lebih dari beberapa jam dalam sehari.

4. Kurang Aktivitas Fisik

Kebiasaan duduk terlalu lama dan jarang beraktivitas fisik bisa berdampak buruk bagi otak Anda. Gaya hidup yang minim gerak tidak hanya meningkatkan risiko penurunan fungsi kognitif, tetapi juga berkaitan erat dengan munculnya penyakit seperti diabetes, hipertensi, hingga gangguan jantung.

Di mana semua kondisi tersebut merupakan faktor risiko utama penyakit Alzheimer dan demensia. Anda tidak perlu melakukan olahraga berat seperti lari maraton, cukup dengan berjalan kaki cepat selama 30 menit, lima kali seminggu, atau melakukan aktivitas fisik sedang selama total 150 menit per minggu.

Rutin bergerak akan membantu melancarkan aliran darah ke otak, menjaga daya ingat tetap tajam, serta meningkatkan suasana hati dan energi secara keseluruhan.

5. Terlalu Sering Menyendiri

Sebagai makhluk sosial, manusia sejatinya membutuhkan interaksi yang bermakna dengan orang lain untuk menjaga kesehatan mental dan fungsi otak tetap optimal. Bukan jumlah teman di media sosial yang penting, melainkan kualitas hubungan nyata yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari.

Mereka yang memiliki koneksi emosional yang kuat, meski hanya dengan satu atau dua orang dekat, cenderung merasa lebih bahagia, produktif, dan memiliki risiko lebih rendah terhadap gangguan kognitif serta penyakit seperti Alzheimer. Jika Anda merasa terisolasi atau kesepian, cobalah mengambil langkah kecil untuk terhubung kembali.

Anda bisa melakukan hal itu dengan menghubungi teman lama, bergabung dalam komunitas, atau mengikuti kegiatan sosial seperti kelas menari, olahraga kelompok, atau klub hobi yang membuka peluang berinteraksi dengan orang lain. Interaksi yang hangat dan bermakna terbukti memberi efek perlindungan bagi otak.

6. Merokok

Kebiasaan merokok tak hanya berdampak buruk pada paru-paru dan jantung, tetapi juga berpengaruh serius terhadap kesehatan otak. Studi menunjukkan bahwa merokok dapat menyebabkan penyusutan ukuran otak, yang berdampak pada penurunan fungsi kognitif.

Perokok memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi untuk mengalami demensia. Termasuk penyakit Alzheimer. Tak hanya itu, merokok juga berkaitan erat dengan peningkatan risiko penyakit kronis lainnya.

Seperti stroke, tekanan darah tinggi, diabetes, serta gangguan kardiovaskular yang semuanya dapat memperburuk kondisi otak seiring waktu.

7. Makan Berlebihan

Mengonsumsi makanan secara berlebihan, meskipun itu makanan sehat, bisa berdampak negatif pada kesehatan otak. Kebiasaan ini berisiko menghambat pembentukan koneksi antarsel otak yang penting untuk proses berpikir, belajar, dan mengingat.

Jika dibiarkan dalam jangka panjang, makan berlebihan dapat menyebabkan kelebihan berat badan atau obesitas. Di mana kondisi ini kemudian meningkatkan risiko penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes tipe 2, dan penyakit jantung.

Kondisi-kondisi tersebut terbukti berkaitan erat dengan penurunan fungsi kognitif dan risiko lebih tinggi terkena alzheimer serta gangguan otak lainnya. Oleh karena itu, menjaga porsi makan seimbang sama pentingnya dengan memilih jenis makanan yang bergizi.

8. Terlalu Lama dalam Kegelapan

Kurangnya paparan cahaya alami, terutama sinar matahari, dapat berdampak negatif pada kondisi mental dan kinerja otak. Menghabiskan terlalu banyak waktu dalam ruangan gelap atau minim pencahayaan bisa memicu gejala depresi, suasana hati yang buruk, hingga penurunan fungsi kognitif.

Beberapa studi ilmiah menunjukkan bahwa sinar matahari tidak hanya meningkatkan produksi vitamin D, tetapi juga berperan penting dalam menjaga kestabilan hormon yang memengaruhi suasana hati dan kemampuan berpikir.

Tanpa cukup paparan cahaya alami, otak bisa kehilangan ritme sirkadian alaminya, yang berdampak pada konsentrasi dan kejernihan berpikir. Oleh karena itu, penting untuk sesekali keluar rumah dan mendapatkan sinar matahari secukupnya demi menjaga kesehatan otak secara menyeluruh.

9. Berpikir Negatif

Kebiasaan larut dalam pikiran negatif ternyata dapat berdampak serius pada kesehatan otak. Ketika seseorang terus-menerus merasa cemas, pesimis, atau memikirkan hal-hal buruk, sistem saraf otaknya bisa mengalami tekanan kronis. Kondisi ini tak hanya memengaruhi suasana hati, tapi juga berpotensi memicu gangguan psikologis seperti gangguan kecemasan, depresi, bahkan mempercepat penurunan fungsi kognitif.

Sejumlah studi ilmiah mengungkapkan bahwa orang yang cenderung mengulang pikiran negatif memiliki tingkat penumpukan protein amiloid dan tau yang lebih tinggi di otak mereka, dua indikator utama dari penyakit Alzheimer. Penumpukan ini mengganggu komunikasi antar sel otak dan bisa menyebabkan kerusakan otak secara bertahap.

Kabar baiknya, kebiasaan berpikir negatif bukanlah sesuatu yang permanen. Dengan latihan kesadaran diri, dukungan lingkungan yang sehat, serta pendekatan profesional seperti terapi psikologis, pola pikir negatif bisa diubah menjadi lebih konstruktif. Menjaga pola pikir positif bukan hanya baik untuk suasana hati, tetapi juga merupakan investasi penting bagi kesehatan otak jangka panjang.

10. Mengabaikan Masalah Kesehatan

Mengabaikan kondisi kesehatan, sekecil apa pun, bisa berdampak besar terhadap fungsi otak dalam jangka panjang. Banyak orang cenderung menunda pemeriksaan atau tidak mencari bantuan medis saat gejala muncul, padahal penanganan dini sangat krusial.

Misalnya, tekanan darah tinggi yang tidak dikontrol dapat merusak pembuluh darah otak dan meningkatkan risiko stroke serta demensia. Begitu pula dengan depresi yang tidak ditangani dapat mengganggu keseimbangan kimia otak dan memengaruhi kemampuan kognitif.

Bahkan, penyakit kronis seperti diabetes yang tidak terkelola bisa mempercepat penurunan fungsi otak secara bertahap. Oleh karena itu, menjaga kesehatan otak tidak hanya soal pola makan dan gaya hidup, tetapi juga mencakup kesadaran untuk segera memeriksakan diri ke dokter setiap kali ada keluhan medis, sekecil apa pun.

Topik Menarik