Indonesia Masuk 7 Besar Ekonomi Dunia Versi IMF
JAKARTA, iNewsTangsel.id - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali menempatkan Indonesia di peringkat ke-7 sebagai negara dengan ekonomi terbesar di dunia berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) yang disesuaikan dengan paritas daya beli (PPP) tahun 2024. Meski begitu, peringkat ini dinilai belum mencerminkan secara menyeluruh kesejahteraan masyarakat di tingkat akar rumput.
“Kita tentu mengapresiasi peringkat yang dirilis IMF karena menunjukkan potensi besar ekonomi Indonesia. Namun, kita juga harus melihatnya dengan cermat, karena peringkat ini belum menggambarkan sepenuhnya kesejahteraan masyarakat,” ujar Wakil Ketua Komisi XI DPR RI, Hanif Dhakiri, Rabu (29/1/2025).
Berdasarkan data IMF, China masih menempati posisi pertama dengan PDB sebesar US$ 39,44 triliun, diikuti oleh Amerika Serikat (US$ 30,34 triliun), India (US$ 17,36 triliun), Rusia (US$ 7,13 triliun), Jepang (US$ 6,77 triliun), dan Indonesia (US$ 4,98 triliun). Brasil berada di posisi kedelapan dengan PDB US$ 4,89 triliun, diikuti oleh Prancis (US$ 4,49 triliun) dan Inggris (US$ 4,42 triliun) di peringkat kesepuluh.
Hanif menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir cukup stabil, yang berdampak pada besarnya PDB dan paritas daya beli. “Sejak 2022, posisi Indonesia dalam peringkat IMF tidak berubah. Ini bisa menjadi indikasi bahwa ekonomi kita masih stagnan,” ujarnya.
Menurutnya, peringkat IMF merupakan pengakuan atas potensi ekonomi Indonesia, tetapi harus disikapi secara kritis. "PDB PPP memang mencerminkan daya beli domestik, tetapi tidak menunjukkan kualitas pertumbuhan, distribusi kekayaan, atau keberlanjutan ekonomi. Kita masih menghadapi tantangan besar seperti kesenjangan ekonomi, rendahnya daya saing industri, serta ketergantungan pada ekspor komoditas mentah," jelas Wakil Ketua Umum DPP PKB tersebut.
Lebih lanjut, Hanif menekankan bahwa PDB saja tidak cukup untuk merepresentasikan kesejahteraan masyarakat atau daya saing Indonesia di pasar global. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan strategis untuk meningkatkan nilai tambah industri, memperbaiki distribusi pendapatan, dan memastikan pembangunan yang berkelanjutan.
Mantan Menteri Ketenagakerjaan RI (2014-2019) itu juga mengingatkan bahwa pencapaian peringkat ini tidak boleh membuat pemerintah lengah terhadap tantangan domestik yang bersifat struktural. Ia menekankan bahwa pembangunan infrastruktur, pengembangan sumber daya manusia, dan inovasi teknologi harus menjadi prioritas agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya besar dalam angka, tetapi juga berkualitas dan kompetitif secara global.
"Pertumbuhan ekonomi harus memberikan dampak nyata bagi masyarakat. Indikator keberhasilan sejati adalah kesejahteraan, penciptaan lapangan kerja, pengurangan kesenjangan, dan keberlanjutan lingkungan. Kita harus memastikan bahwa Indonesia bukan hanya ekonomi besar di atas kertas, tetapi juga maju secara substansial dan riil," pungkasnya.