Microsoft Pecat 2 Karyawannya karena Protes Pro-Palestina ke CEO

Microsoft Pecat 2 Karyawannya karena Protes Pro-Palestina ke CEO

Teknologi | okezone | Rabu, 9 April 2025 - 07:57
share

JAKARTA - Microsoft telah memecat dua teknisi perangkat lunak yang secara terbuka memprotes kontrak perusahaan teknologi tersebut dengan militer Israel selama perayaan ulang tahun Microsoft yang ke-50. Kedua karyawan itu dipecat dengan alasan melakukan "kesalahan yang disengaja" dan gangguan terhadap aktivitas bisnis.

Protes Menentang Genosida Israel di Palestina

Pemecatan tersebut terjadi di tengah meningkatnya pengawasan terhadap peran perusahaan teknologi besar dalam konflik bersenjata, khususnya atas penggunaan kecerdasan buatan (AI) dalam peperangan.

Ibtihal Aboussad, yang bekerja di kantor Microsoft di Kanada dan merupakan bagian dari divisi AI Microsoft, menyela pidato utama CEO AI Microsoft Mustafa Suleyman di Redmond, Washington, pada Jumat, (4/4/2025).

“Mustafa, kamu harus malu,” kata Aboussad selama acara yang disiarkan langsung. “Microsoft mendukung genosida ini di wilayah kita”. Aboussad juga menyebut Suleyman sebagai “pencari untung dari perang” dan melemparkan syal keffiyeh ke atas panggung sebelum dikawal keluar.

Tak lama kemudian, dia mengirim email kepada para eksekutif Microsoft, termasuk Satya Nadella dan Brad Smith, mengatakan bahwa dia tidak bisa lagi tinggal diam setelah mengetahui keterlibatan timnya dalam “mendukung genosida rakyat saya di Palestina.”

Microsoft kemudian memberi tahu Ibtihal Aboussad bahwa dia telah diberhentikan dari pekerjaannya. Menurut komunikasi internal yang dilihat oleh CNBC, perusahaan tersebut mengatakan bahwa dia sengaja mengganggu acara besar untuk mendapatkan ketenaran.

Sementara Vaniya Agrawal, seorang insinyur yang berbasis di Amerika Serikat (AS), melakukan protes serupa pada sesi terpisah yang menampilkan Satya Nadella. Meskipun dia telah mengajukan pengunduran dirinya pada 11 April, Microsoft segera memberlakukan pengunduran dirinya.

 

Vaniya Agrawal juga mengirim email kepada pimpinan Microsoft, menyebut perusahaan itu sebagai "produsen senjata digital" yang terlibat dalam "pengawasan, apartheid, dan genosida."

Dugaan Teknologi Microsoft dalam Perang Gaza

Protes itu terjadi beberapa hari setelah sebuah laporan mengungkapkan bahwa teknologi Microsoft dan OpenAI digunakan dalam operasi penargetan militer Israel di Gaza dan Lebanon. Microsoft belum mengonfirmasi tuduhan spesifik tersebut tetapi menyatakan, "Kami menyediakan banyak jalan agar semua suara dapat didengar. Namun, ini harus dilakukan tanpa mengganggu bisnis."

Pada Februari, lima karyawan Microsoft lainnya dikeluarkan dari rapat staf dengan Satya Nadella setelah memprotes kontrak serupa. Microsoft adalah perusahaan teknologi terbaru yang menghadapi reaksi keras atas hubungannya dengan Israel.

Kelompok hak asasi manusia dan advokat buruh menyebut pemecatan terhadap Microsoft sebagai pembalasan terhadap pelapor pelanggaran. No Azure for Apartheid, kelompok advokasi yang mendukung para pekerja yang dipecat, mengatakan para karyawan tersebut memperjuangkan hak asasi manusia dan harus dipekerjakan kembali.

Kejadian serupa juga terjadi ini perusaan teknologi besar lainnya. Pada 2024, puluhan pekerja Google dipecat setelah aksi duduk menentang Project Nimbus, kesepakatan AI senilai USD1,2 miliar dengan pemerintah Israel.

Topik Menarik