Dukung Pariwisata Likupang, ITB Latih Bahasa Inggris ke Warga Desa Wisata

Dukung Pariwisata Likupang, ITB Latih Bahasa Inggris ke Warga Desa Wisata

Terkini | inews | Kamis, 5 September 2024 - 14:58
share

MINAHASA UTARA, iNews.id - Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) mendukung pariwisata prioritas Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Kecamatan Likupang Timur, Kabupaten Minahasa Utara. Langkah yang dilakukan dengan menggelar kegiatan pelatihan dan pendampingan masyarakat tentang bahasa Inggris agar mudah berinteraksi dengan turis asing.

Likupang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Daerah ini memiliki panorama alam indah dengan pesisir pantai berpasir putih.

Potensi pariwisata ini didukung Sekolah Farmasi ITB dengan melatih warga agar bisa menjadi pemandu wisata, khususnya di area wisata konservasi mangrove, Desa Sarawet yang diikuti oleh 50 orang peserta pada akhir Agustus lalu.

Kegiatan ini disajikan dalam bentuk paparan interaktif dan praktik percakapan Bahasa Inggris sederhana per kelompok .Kegiatan pelatihan dibawakan pemateri Roslina Sawitri, pakar bahasa dan komunikasi ITB,

Roslina Sawitri mengatakan, praktik langsung akan membantu peserta untuk berlatih mengucapkan kalimat-kalimat dalam bahasa Inggris agar lebih percaya diri dalam memandu turis internasional.

"Masyarakat menyambut baik dan mengikuti kegiatan dengan antusias. Kegiatan ini juga mendapat dukungan positif dari pejabat Desa Sarawet dan diharapkan adanya pelatihan yang berkelanjutan," ujar Roslina Sawitri, Kamis (5/9/2024).

Selain kemampuan sumber daya manusia dalam memajukan desa wisata, komoditas wisata berupa pangan olahan untuk buah tangan juga diperhatikan oleh tim dari Sekolah Farmasi ITB yang diketuai apt Cindra Tri Yuniar.

Pada hari ke-2 kegiatan, SF ITB bekerja sama dengan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Manado mengadakan pendampingan UMK/M berjudul Sosialisasi Produk Pangan Olahan dan Tata Cara Pendaftaran Izin Edarnya. Hal ini sebagai upaya mendukung UMKM di wilayah setempat agar mampu menghasilkan produk buah tangan yang bernilai jual untuk wisatawan.

"Kami mengharapkan akademisi lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat agar mampu memberikan dampak kepada lingkungan sekitar," kata Herry Tongkukut perwakilan warga Desa Sarawet.

Topik Menarik