Peluang Mobil Hybrid, antara Pembatasan BBM Subsidi dan Insentif

Peluang Mobil Hybrid, antara Pembatasan BBM Subsidi dan Insentif

Terkini | okezone | Kamis, 26 September 2024 - 11:53
share

JAKARTA - Bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi bakal dibatasi oleh pemerintah. Kebijakan ini diyakini bakal meningkatkan penjualan mobil irit bahan bakar dengan kapasitas mesin yang lebih kecil dan hemat bahan bakar.

Sebagai informasi, formulasi pembatasan BBM subsidi itu masih terus dibahas. Rencananya, pembatasan ini akan menyasar mobil bensin dengan kapasitas di atas 1.400 cc dan mobil diesel di atas 2.000 cc.

Chief Marketing Auto2000, Yagimin mengatakan, rencana pembatasan ini bisa membuat konsumen beralih mencari mobil irit BBM. Hal ini akan membuat pengeluaran untuk membeli BBM RON 92 dengan harga lebih mahal ketimbang Pertalite akan sama.

"Kalau misalnya semua enggak boleh konsumsi Pertalite, pilihannya Pertamax atau Pertamina Dex. Tentunya saya sebagai customer, saya akan memilih produk mana yang secara penggunaan BBM paling irit. Kebetulan Toyota itu banyak pilihannya untuk LCGC rasanya cukup irit ya, tapi selain itu kalau kepengin lebih irit lagi beli yang hybrid," kata Yagimin di Jakarta Selatan, belum lama ini.

Ia meyakini kondisi ini akan membuat mobil hybrid akan lebih populer. Mengingat konsumsi BBM mobil hybrid jauh lebih irit dibandingkan mobil konvensional sehingga tidak akan membebankan biaya operasional.

"Hybrid itu super irit, jadi rasanya kalau diisi dengan Pertamax nggak akan memberatkan, justru kalau melihat itu saya kesempatan orang memilih produk yang dirasakan lebih efisien secara penggunaan bahan bakar. Enggak perlu charging tapi rasanya itu sudah seperti EV tapi BBM dua kali lipat lebih irit dari mesin konvensional biasa," ujarnya.

Tak Ada Insentif Mobil Hybrid

Insentif mobil hybrid dipastikan tak akan terealisasikan pada tahun ini. Hal tersebut sudah diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto. Airlangga mengatakan saat ini penjualan mobil hybrid sudah cukup baik.

"Selama ini tanpa insentif juga kan penjualannya sudah cukup baik. Pokoknya dipastikan penjualan (mobil hybrid-red) naik," kata Airlangga di Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2024).

Suzuki XL7 hybrid (SIS)

Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan insentif mobil hybrid harus diwujudkan. Dikhawatirkan, produsen bisa memindahkan pabrik mereka ke negara lain karena tergiur dengan kebijakan yang diberikan pemerintah di sana.

"Kami inginnya ada insentif, walaupun insentifnya nggak bisa sebesar mobil listrik. Karena begini, salah satu pertimbangan kenapa kita perlu mempertimbangkan insentif untuk mobil hybrid kami tidak mau pabrikan mobil hybrid yang sudah ada di Indonesia itu pindah," ujar Agus kepada wartawan di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Saat ini, sejumlah negara memberikan insentif kepada produsen kendaraan yang mengarah ke era elektrifikasi, termasuk dalam merancang mobil hybrid. Menperin Agus Gumiwang mengaku khawatir apabila brand besar yang ada di Indonesia mendapat tawaran dari negara lain dan memindahkan pabriknya.

Sebagai informasi, saat ini penjualan mobil hybrid meningkat bahkan jumlahnya melampaui penjualan mobil listrik yang mendapat banyak insentif. Padahal, harga mobil hybrid cukup tinggi karena penggunaan teknologi canggih, seperti baterai dan motor penggerak.

Sejumlah produsen berharap pemerintah memberikan stimulus berupa insentif untuk mobil hybrid demi mendukung penjualan kendaraan roda empat di Indonesia yang sedang menurun. Hal ini dianggap akan membantu mencapai target karena konsumen Indonesia saat ini mulai tertarik dengan mobil hybrid.


Mobil Hybrid Sasar First Buyer

Marketing Planning Deputy General Manager PT Toyota Astra Motor (TAM) Resha Kusuma Atmaja mengatakan pihaknya ingin memberikan kesempatan kepada semua orang untuk beralih ke elektrifikasi.

"Toyota itu ingin bagaimana semua orang bisa berkontribusi makanya ada tagline It's Time for Everyone, bukan untuk orang segmen tertentu," kata Resha di Jakarta Pusat, Selasa (24/9/2024).

Berdasarkan hasil survey, Toyota melihat mobil listrik saat ini menjadi pilihan mobil kedua bagi konsumen Indonesia. Sementara first buyer atau orang yang baru beralih dari kendaraan roda dua lebih memilih mobil konvensional.

"First buyer rata-rata dipakai untuk mobil utama. Berarti masyarakat harus percaya dulu soal infrastruktur pada saat mereka menggunakan kendaraan itu, harus aman dan tenang. Paling pas saat ini adalah mobil hybrid," ujar Resha.

Menurutnya, penting untuk membangun keyaknan terhadap first buyer karena bisa menjadi faktor peningkatan penjualan. Toyota tak ingin ada perdebatan layaknya teori lebih dulu telur atau ayam.

"Karena mobil hybrid itu tidak terbatas atau terpaku dengan masalah pengecasan dan masih isi bensin. Kenapa hybrid dulu? Seperti teori ayam dan telur, kita tidak mau menunggu infrastruktur dulu atau yang mana dulu. Kita inginnya jalan barengan," ucapnya.

Topik Menarik