Kenapa angka 4 disebut angka sial di China dan Jepang?
Kenapa angka 4 disebut angka sial di China dan Jepang? Dalam budaya China dan Jepang, angka 4 sering dianggap sial karena diucapkan sama dengan kata "kematian".
Fenomena ini disebut tetraphobia, yang berarti ketakutan terhadap angka 4.
Berikut ini adalah penjelasan lebih lanjut tentang asal-usul kepercayaan ini dan bagaimana hal itu berdampak pada kehidupan sehari-hari di kedua negara:
1. Asal Mula Kepercayaan di China
Angka empat dalam bahasa Mandarin disebut "s" (?), diucapkan seperti kata "s?" (?), yang berarti kematian. Meskipun ada perbedaan nada, kesamaan bunyi ini cukup kuat untuk memberikan kesan yang tidak baik.
Akibatnya, orang China sangat menghindari menggunakan angka empat dalam banyak hal. Budaya memiliki kepercayaan ini yang kuat dan dianggap sebagai simbol dari membawa nasib buruk.
Kepercayaan ini berlaku tidak hanya di Mandarin tetapi juga di beberapa bahasa China lainnya, seperti Kantonis dan Hokkien, yang memiliki pengucapan yang serupa untuk angka 4 dan kata mati.
2. Pengaruh di Jepang
Di Jepang, angka empat disebut "shi" (?), sama dengan kata Jepang "shi" (?), yang berarti kematian. Kepercayaan ini sudah ada sejak lama di Jepang dan memiliki dampak yang signifikan pada masyarakat modern.
Polres Torut Peringati Hari Kesaktian Pancasila, Bersama Pancasila Kita Wujudkan Indonesia Emas
Karena itu, nomor empat sering kali dihindari dalam banyak situasi, seperti di rumah sakit, tempat tidur pasien tidak diberi nomor empat, dan beberapa gedung apartemen atau kantor tidak memiliki lantai empat.
3. Dampak pada Kehidupan Sehari-Hari
Baik di China maupun di Jepang, kepercayaan terhadap sialnya angka 4 memengaruhi berbagai aspek kehidupan, antara lain:
Bangunan:
Banyak gedung bertingkat di China dan Jepang menghindari penggunaan angka 4 pada nomor lantai. Setelah lantai 3, lantai berikutnya bisa langsung melompat ke lantai 5. Hal yang sama juga berlaku untuk nomor ruangan atau nomor rumah.
Nomor telepon:
Orang cenderung menghindari angka 4 dalam nomor telepon mereka. Beberapa perusahaan telekomunikasi bahkan menawarkan layanan untuk menghindari angka 4 dalam kombinasi nomor telepon.
Produk:
Beberapa produk yang dijual di kedua negara ini juga menghindari kemasan atau jumlah item yang terkait dengan angka 4. Misalnya, produk dalam kemasan sering dijual dalam kelompok 3 atau 5 daripada 4.
Rumah Sakit:
Di rumah sakit, kamar atau nomor tempat tidur yang mengandung angka 4 sering kali dihindari karena dikaitkan dengan kematian. Pasien mungkin merasa tidak nyaman jika ditempatkan di kamar bernomor 4.
4. Munculnya Simbolisme Alternatif
Beberapa masyarakat modern di China dan Jepang mulai melawan kepercayaan ini dengan menafsirkan ulang angka 4 sebagai simbol stabilitas atau keseimbangan, karena angka 4 melambangkan empat arah mata angin dan empat musim. Namun, kepercayaan tradisional tentang angka ini masih cukup kuat dan umum ditemui, terutama di kalangan masyarakat yang lebih tua.
Kesimpulan
Di China dan Jepang, angka 4 dianggap sial karena ucapannya mirip dengan kata "kematian." Kepercayaan ini berdampak dalam kehidupan sehari-hari, meskipun lebih takhayul dan simbolik.
Kepercayaan ini sangat melekat dalam budaya kedua negara, seperti yang ditunjukkan oleh gedung, nomor telepon, dan rumah sakit. Tetraphobia masih merupakan bagian penting dari warisan budaya Asia Timur, meskipun ada upaya untuk memberikan makna yang lebih positif pada angka empat.