Special Report: Hati-hati Mobil Listrik
MOBIL listrik sebagai kendaraan ramah lingkungan semakin populer di berbagai negara dunia, termasuk Indonesia. Selain bebas emisi, yang berarti lebih sedikit polusi, mobil listrik juga memiliki berbagai keuntungan lainnya, misalnya tidak bising dan biaya perawatan yang relatif lebih murah.
Namun, di balik berbagai keuntungan tersebut, mobil listrik bukannya tanpa kekurangan, bahkan kendaraan listrik atau EV ini menyimpan potensi bahaya perlu diperhatikan dengan serius. Salah satu yang paling serius adalah terkait dengan baterai yang digunakan sebagai sumber energi bagi mobil dan kendaraan listrik yang mudah terbakar dan meledak.
Kasus Baterai Mobil Listrik Terbakar
Sejumlah kasus baterai mobil listrik yang terbakar dan meledak telah dilaporkan dalam beberapa tahun terakhir. Beberapa di antaranya menyebabkan jatuhnya korban hingga kerugian mencapai jutaan dolar.
Salah satu kasus paling serius yang terjadi tahun ini terjadi pada awal Agustus saat sebuah mobil listrik Mercedez-Benz terbakar dan meledak di sebuah tempat parkir bawah tanah di sebuah apartemen di Seoul, Korea Selatan. Insiden ini menyebabkan 140 mobil hancur dan merusak sistem gedung apartemen tersebut.
Beberapa pekan kemudian, mobil listrik lainnya terbakar di tempat parkir mobil bawah tanah sebuah gedung di Hangzhou, Provinsi Guangzhou, China. Kebakaran yang disebabkan oleh kebocoran termal baterai EV ini menghanguskan tiga mobil dan "beberapa sepeda listrik". Kejadian ini cepat diatasi petugas pemadam kebakaran sehingga tidak meluas.
Kebakaran mobil listrik di tempat parkir bawah tanah adalah sebuah insiden berbahaya, karena api yang menyebar tidak akan dapat dipadamkan dengan mudah, karena sulitnya akses mobil pemadam kebakaran.
"Kita telah melihat banyak kasus kendaraan listrik terbakar secara spontan, atau menyebabkan kebakaran besar dalam tabrakan dan kecelakaan," kata seorang mekanik pasca kebakaran di Hangzhou, sebagaimana dilansir Car Expert.
"Banyak tempat parkir bawah tanah dirancang dengan langit-langit rendah, yang berarti mobil pemadam kebakaran tidak dapat masuk ke dalamnya."
Ribut dengan Ketua DPRD Kota Cirebon, Ketua Law FIRM Jagratara Merah Putih Siap Dampingi KONI
Dua kejadian serupa yang hanya berselang beberapa hari ini membuat pihak berwenang di China dan Korea Selatan memberlakukan aturan yang membatasi atau melarang mobil listrik untuk diparkir di tempat parkir bawah tanah. Beberapa kota di China juga sudah melarang kendaraan listrik untuk diparkir di tempatr parkir bawah tanah.
Pemerintah metropolitan Seoul mengumumkan langkah mencegah kebakaran yang disebabkan oleh pengisian daya kendaraan listrik yang berlebihan, termasuk melarang kendaraan listrik dengan tingkat baterai lebih dari 90 persen memasuki parkir bawah tanah di gedung-gedung perumahan.
Penyebab Baterai Terbakar
Namun, seberapa seringkah insiden baterai yang terbakar dan meledak ini terjadi? Baterai lithium-ion yang digunakan mobil listrik sebenarnya cukup aman, tetapi baterai tersebut tetap dapat mengalami overheat. Baterai yang mengalami overheat dapat dengan mudah terbakar dan meledak.
Saat baterai mobil listrik overheat, baterai tersebut rentan terhadap sesuatu yang disebut "thermal runaway" atau kebocoran termal. Reaksi kimia ini dapat dipicu oleh kesalahan pada baterai, baik itu kerusakan internal (seperti korsleting internal) atau semacam kerusakan eksternal, dan dalam kasus yang ekstrem dapat menyebabkan baterai terbakar atau meledak.
"Peluang terjadinya hal itu sebenarnya cukup kecil: Beberapa analisis mengatakan bahwa kendaraan berbahan bakar bensin hampir 30 kali lebih mungkin terbakar daripada kendaraan listrik. Namun, berita terkini tentang kendaraan listrik yang terbakar saat diparkir telah membuat banyak konsumen dan peneliti bertanya-tanya bagaimana kejadian langka ini bisa terjadi," demikian menurut laporan penilaian dari University of California, Berkeley.
Dengan semakin banyaknya populasi kendaraan listrik, tentu saja semakin banyak baterai yang digunakan untuk menjalankannya. Karena itulah kejadian baterai yang terbakar dan meledak juga semakin banyak terdengar, dibandingkan saat populasi mobil dan kendaraan listrik masih sedikit.
Beberapa cara dapat dilakukan pemilik kendaraan listrik untuk meminimalisir potensi overheat pada baterai mereka, di antaraya adalah memeriksa baterai secara berkala, menghindari paparan temperatur atau suhu tinggi dalam waktu yang lama, dan membatasi penggunaan fast charging atau rapid charging saat mengisi daya baterai.
Jika baterai kendaraan listrik terbakar, segera padamkan dengan alat pemadam api ringan (APAR) dari jarak yang tidak terlalu dekat. Jangan menggunakan air untuk mencoba memadamkan api dari baterai kendaraan listrik, karena air berpotensi memicu reaksi kimia yang justru membuat api semakin besar.
Cara yang lebih aman adalah membiarkan baterai terbakar sampai habis, tentu dalam kondisi terkontrol sehingga tidak meluas dan menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Menurut panduan Tesla, baterai lithium-ion, setidaknya yang mereka gunakan untuk Tesla Model 3, memerlukan waktu hingga 24 jam sampai terbakar habis.
Pemilik mobil listrik sebaiknya mengetahui kondisi baterai kendaraan mereka dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya kebakaran baterai.