Chika Alifia Wijaya, Remaja Sidoarjo yang Mengubah Sampah Jadi Prestasi Internasional
SIDOARJO, iNewsSurabaya.id - Indonesia kembali mengharumkan nama di kancah internasional melalui prestasi gemilang Chika Alifia Wijaya, remaja asal Sidoarjo. Chika sukses meraih gelar Champion dalam ajang 2024 Asian Girls Campaign berkat proyek inovatifnya, Waste Warriors: Youth-led Waste Education for Orphan Empowerment.
Proyek ini berfokus pada pemberdayaan anak-anak yatim piatu melalui edukasi pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Dengan kolaborasi kuat dari kader muda lingkungan di Kampung Edukasi Sampah, Sidoarjo, Chika berhasil menciptakan perubahan nyata di komunitasnya.
Proyek Waste Warriors yang diusung Chika mengajarkan anak-anak yatim cara memilah sampah, membuat kompos, serta menjaga kelestarian lingkungan. Lebih dari itu, ia memastikan edukasi yang diberikan tidak hanya berhenti di teori.
Melalui pemantauan ketat, Chika mengukur perubahan perilaku anak-anak dengan bantuan para mentor dan guru, menciptakan dampak jangka panjang yang signifikan.
Keberhasilan ini mendapat apresiasi tinggi dari para juri yang memuji pendekatan inovatif Chika dalam menggabungkan edukasi lingkungan dengan pemberdayaan sosial. Kolaborasi yang terjalin dengan berbagai pihak, seperti Lembaga Amil Zakat Nasional (Laznas) LMI, media, dan sekolah, juga menjadi faktor kunci yang mendongkrak kesuksesan proyek ini.
Saya sangat tidak menyangka bisa meraih juara 1 di ajang ini karena proyek peserta lain sangat luar biasa, ujar Chika dengan penuh syukur. Saya berterima kasih kepada GOH Taiwan atas kepercayaan ini, dan kepada semua pihak yang telah mendukung. lanjutnya.
Chika berhasil menarik perhatian juri melalui sesi presentasinya yang tepat waktu dan kaya akan pendekatan unik. Selain mengajarkan pemilahan sampah dan kompos, ia memperkenalkan permainan tradisional sebagai sarana edukasi lingkungan, membuat proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan efektif bagi anak-anak.
Muhammad Nur Wicaksono, pendamping anak yatim dari Laznas LMI, menyatakan kekagumannya terhadap proyek ini. Berdasarkan pengamatannya selama 21 hari, anak-anak yang terlibat dalam program menunjukkan perubahan signifikan, dengan peningkatan kesadaran lingkungan hingga 80.
"Ini adalah bukti bahwa edukasi yang dilakukan secara konsisten mampu menciptakan perubahan nyata dalam perilaku," ungkapnya.
Chika juga tak lupa menyoroti pentingnya proyek ini bagi Indonesia. Berdasarkan data UNEP, Indonesia menempati posisi kedua sebagai negara penyumbang sampah terbesar di dunia setelah China.
"Di kota saya, sungai-sungai sering dipenuhi sampah meskipun sudah tersedia tempat pembuangan. Proyek ini bertujuan memutus siklus buruk tersebut dengan edukasi praktis, khususnya bagi anak-anak yatim yang sering kali luput dari perhatian pemerintah," jelas Chika.
Ia menambahkan bahwa proyek ini tak hanya berfokus pada lingkungan, tetapi juga pada pengurangan ketimpangan sosial.
Chika Alifia Wijaya asal Sidoarjo yang berhasil meraih gelar Champion dalam 2024 Asian Girls Campaign. Foto iNewsSurabaya/ist
Edi Priyanto, pendiri Kampung Edukasi Sampah, menyatakan kebanggaannya atas prestasi Chika. "Chika telah membuktikan bahwa generasi muda Indonesia mampu menjadi agen perubahan dalam isu lingkungan dan sosial. Proyek Waste Warriors yang dikembangkannya menunjukkan betapa pentingnya edukasi lingkungan yang berkelanjutan, terutama bagi anak-anak yatim yang sangat membutuhkan perhatian," tutur Edi.
Ia juga menekankan bahwa kolaborasi antar berbagai pihak, mulai dari Laznas LMI, sekolah, hingga komunitas, memainkan peran besar dalam kesuksesan proyek ini.
Pencapaian Chika diharapkan menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk lebih peduli terhadap lingkungan dan aktif menciptakan perubahan positif di masyarakat. "Kami berharap lebih banyak generasi muda yang tergerak oleh prestasi ini dan ikut serta dalam menjaga kelestarian lingkungan serta memberdayakan komunitasnya," tambah Edi.
Selain Chika, dua finalis lain juga mendapat penghargaan atas kontribusi luar biasa mereka. Zainab Binte Imran dari Pakistan meraih posisi First Runner Up dengan proyeknya yang bertujuan memberantas pernikahan dini di pedesaan, sementara Sarah Nur dari Bangladesh menduduki posisi Second Runner Up dengan proyek sosial bertajuk Project Brihot.
Prestasi Chika Alifia Wijaya ini tak hanya menjadi kebanggaan bagi Sidoarjo, tetapi juga bagi Indonesia. Dengan terus mendorong inovasi dan kolaborasi lintas sektor, kita dapat berharap akan semakin banyak generasi muda yang mampu membawa perubahan positif bagi lingkungan dan masyarakat.