6 Santriwati Ponpes di Curugkembar Sukabumi Diduga Jadi Korban Pencabulan
SUKABUMI, iNewsSukabumi.id - Sebanyak enam orang santriwati di salah satu pondok pesantren (ponpes) di Kecamatan Curugkembar, Kabupaten Sukabumi diduga menjadi korban pencabulan. Pelecehan seksual diduga dilakukan oknum pengurus yayasan berinisial HD (50).
Dugaan tindakan asusila tersebut terungkap saat salah seorang santriwati memberanikan diri untuk menceritakan kejadian yang dialaminya kepada orang tuanya.
Salah satu korban santriwati mengaku, pelecehan seksual dilakukan di rumah pelaku yang berlokasi tak jauh dari pondok tempatnya belajar. Pelaku, HD, menggunakan modus spiritual dengan alasan ingin membersihkan tubuh korban dari gangguan supranatural.
"Modusnya adalah dengan dalih membersihkan badan korban dari gangguan siluman, dengan cara mengusap, memijat tubuh, dan lebih dari itu," ungkap SN, salah satu orang tua korban.
Kanit Reskrim Polsek Curugkembar, Aipda Cecep Pendi R, mengonfirmasi bahwa pihaknya telah menerima laporan terkait dugaan kasus ini.
"Benar, laporan sudah kami terima dan langsung kami teruskan ke unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polres Sukabumi," jelasnya.
Dia juga menambahkan bahwa pihaknya mendapatkan keterangan dari enam orang terkait kasus ini, namun untuk informasi lebih lanjut, Polsek menyerahkannya kepada Unit PPA Polres Sukabumi yang sedang mendalami jumlah pasti korban.
"Sementara yang diserap oleh polsek ada 6 orang lebih jelasnya ke unit ppa," timpalnya.
Dikonfirmasi terpisah, Kasat Reskrim Polres Sukabumi, AKP Ali Jupri, mengatakan bahwa penyelidikan masih berlangsung, terutama karena kejadian tersebut diduga terjadi 3-4 tahun lalu.
"Laporan itu ada, kami sedang dalami karena kan kejadian 3-4 tahun lalu, jadi perlu penyelidikan lebih dalam lagi, perlu visum dulu, dan lainnya tapi yang bersangkutan sudah dilakukan interogasi juga," ujar Ali.
Pelaku, yang merupakan pengurus yayasan dan bertugas mengobati santri yang sakit, sudah dimintai keterangan oleh pihak kepolisian. Kasat Reskrim menegaskan bahwa setiap perkembangan akan disampaikan kepada ke publik.
"Ya memang kejadian disana tapi kan 3-4 tahun lalu, yang bersangkutan pegawai juga disana jadi pengobatan ke santri misalnya klo ada yang sakit dia yang mengobati. Intinya Kita dalami semuanya, klo apa apa kita kabari," tandasnya.