Ciptakan Inovasi Beraksi, Tim Pengmas Tel-U Cegah Kekerasan Seksual pada Anak

Ciptakan Inovasi Beraksi, Tim Pengmas Tel-U Cegah Kekerasan Seksual pada Anak

Terkini | sindonews | Rabu, 30 Oktober 2024 - 14:37
share

Kekerasan seksual terhadap anak Indonesia pada tahun 2024 ini menjadi ancaman paling besar karena menempati puncak teratas sebagai jenis kekerasan yang banyak dialami anak. Kondisi mengkhawatirkan ini menjadi perhatian khusus bagi tim pengabdian masyarakat (Pengmas) Telkom University (Tel-U) dalam melakukan upaya pencegahan kekerasan seksual tersebut.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Indonesia mencatat pada rentang Januari hingga Juni 2024, terdapat 7.842 kasus kekerasan terhadap anak dengan 5.552 korban anak perempuan dan 1.930 korban anak laki-laki, di mana kasus kekerasan seksual menempati urutan pertama dari jumlah korban terbanyak sejak tahun 2019 sampai tahun 2024.

"Jenis kekerasan pada anak dan remaja cukup banyak bentuknya, bisa berupa emosional dan fisik. Yang menjadi sorotan adalah kekhawatiran mengenai pergaulan pada anak-anak, etika, penggunaan teknologi, dan kekerasan seksual pada perempuan dan Anak," kata Alila Pramiyanti, Dosen Prodi Ilmu Komunikasi Telkom University yang juga ketua tim hibah Direktorat Riset, Teknologi, dan Pengabdian kepada Masyarakat (DRTPM) Kemdikbudristek.

Menurut Alila, salah satu bentuk konkret dari tim pengabdian masyarakat Telkom University dalam mencegah kekerasan seksual pada anak adalah dengan merancang dan menerapkan permainan edukasi 'beraksi' yakni berani atasi kekerasan seksual sejak dini di Kota Cimahi, Jawa Barat, Kamis (29/8/2024).

Baca juga:6 Jurusan Favorit Telkom University, Mana Pilihanmu?

Metode “beraksi” dinilai efektif untuk memperkenalkan konsep pendidikan seksual karena melalui pendekatan menyenangkan, salah satunya dengan permainan seperti game board yang terinspirasi dari permainan monopoli, dimana terdapat reader (orang tua atau guru) sebagai pembaca pertanyaan dan penghitung skor.

Dilengkapi dengan video edukasi singkat untuk mempermudah pemahaman materi dengan salah satu serinya berupa 'otoritas tubuh'. "Kami sangat mengharapkan dengan konsep pembelajaran yang menggabungkan unsur bermain dapat membuat anak-anak lebih cepat memahami materi," kata Alila.

Di Cimahi, lanjut Alila, Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TPPA) mencatat terdapat peningkatan kekerasan seksual terhadap anak pada tahun 2021 dan 2022. Padahal, Pemerintah Kota Cimahi memiliki target menjadi kota layak anak (KLA) dengan angka nol kekerasan seksual terhadap anak.

Dari 17 peserta yang hadir meliputi guru, orang tua, dan Tim Penggerak PKK Kelurahan Baros. Ibu-ibu PKK mengkhawatirkan mudahnya mengakses situs porno pada anak. Sementara guru menggarisbawahi bahwa pendidikan seksual sebaiknya sudah ditanamkan sejak dini di rumah, sehingga pada saat di sekolah guru tidak kesulitan untuk menjelaskan konsepnya.

"Di satu sisi anak harus melek teknologi, tapi di sisi lain dengan pesatnya teknologi anak tidak dapat memilah dapat mengakses konten-konten negatif. Seperti yang diungkapkan Maria Montessori bahwa masa depan manusia terletak pada bagaimana kita mendidik dan melindungi anak-anak kita. Anak adalah sumber harapan untuk mewujudkan perubahan positif dan kemungkinan kemajuan," kata Alila.

Di akhir kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang didanai DRTPM Kemdikbudristek ini, tim dosen Telkom University menekankan pentingnya peran dari pihak-pihak terkait dalam mencegah kekerasan seksual pada anak.

"Berdasarkan hasil diskusi, guru menekankan pada penggunaan gaya bahasa sederhana yang mudah dipahami dan informatif supaya tidak menimbulkan ambiguitas. Maskot juga diperlukan sebagai persona yang mewakili anak-anak ketika belajar. Oleh karena itu, menurut orang tua, karakter animasi adalah pilihan yang sesuai. Sebagai tambahan, guru juga menyampaikan bahwa alangkah lebih baik jika terdapat panduan untuk memahami langkah pertama jika terjadi kekerasan seksual dalam video edukasi," kata anggota tim, Ira Wirasari.

Dari kegiatan yang dilaksanakan oleh tim pengabdian pada masyarakat Prodi Ilmu Komunikasi Telkom University, diketahui bahwa guru, orang tua, dan TP-PKK memiliki keresahan yang sama terhadap isu kekerasan seksual dan faktor penyebab serta akibatnya. Oleh karena itu, kekerasan seksual pada anak adalah isu yang perlu dianggap serius dan diperlukan beragam strategi untuk melakukan pencegahan. Permainan berbasis edukasi mengenai kekerasan seksual diharapkan dapat menjadi salah satu solusinya.

Topik Menarik