MBKM Mandiri di Garut Dukung OVOP Desa Sukamukti Menuju Pasar Global
Melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) Mandiri, mahasiswa tidak hanya belajar di luar ruang kelas. Namun juga memberi dampak kepada masyarakat, terutama yang terkait program prioritas pemerintah.
Program MBKM Mandiri yang dilaksanakan melalui Kuliah Kerja Nyata Program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (KKN PTMGRMD) di Desa Sukamukti, Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Jawa Barat membawa angin segar bagi perkembangan UMKM lokal.
Program Perguruan Tinggi Mandiri Gotong Royong Membangun Desa (PTMGRMD) adalah program yang digagas oleh Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah IV Jawa Barat.
Tim mahasiswa KKN PTMGRMD di desa ini datang dari empat kampus yaitu Universitas Garut, Sekolah Tinggi Ilmu Hukum Garut, Institut Pendidikan Indonesia ini berfokus mendukung inisiatif One Village One Product (OVOP) yang dicanangkan pemerintah dengan menonjolkan produk unggulan desa, yaitu kasur lipat yang dikenal sebagai Supet.
Desa Sukamukti dikenal sebagai sentra produksi Supet, produk kasur lipat yang telah menjadi identitas lokal. Saat ini, terdapat 20 pabrik Supet di desa tersebut, masing-masing mempekerjakan antara 10 hingga 15 pekerja.Secara keseluruhan, lebih dari 500 warga desa terlibat langsung dalam industri ini. Hal ini menjadikan Supet sebagai motor penggerak utama perekonomian desa.
Proses produksi Supet melibatkan berbagai pihak, mulai dari penjahit, produsen bahan baku, hingga distributor. Bahkan, produk ini telah berhasil menembus pasar nasional dengan distribusi ke berbagai wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, dan Bali.
Penjualan Supet sudah menjangkau banyak daerah di Indonesia, dan kami berharap ke depan produk ini bisa menembus pasar internasional.
Selain Supet, Desa Sukamukti juga memiliki 114 UMKM yang terdaftar di bawah naungan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Namun, Supet tetap menjadi produk unggulan yang diharapkan dapat membawa nama desa ini mendunia.
Dalam upaya mendukung pengembangan UMKM di Desa Sukamukti, tim mahasiswa dari empat perguruan tinggi memberikan pendampingan komprehensif. Mereka membantu pelaku UMKM mengadopsi teknologi digital dan memahami strategi pemasaran modern.
Dua Pejabat PD Pasar Surya Jadi Tersangka Korupsi Pengelolaan Parkir Rp725,44 Juta, Ini Alirannya
Galih Afrizal, salah satu perwakilan tim mahasiswa dari STIH Garut mengatakan, pendampingan yang mereka berikan mencakup pelatihan manajemen keuangan agar pelaku usaha mampu memisahkan keuangan bisnis dan rumah tangga, seminar branding produk, serta cara memanfaatkan media sosial untuk memperluas jangkauan pemasaran.
“Kami memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya branding. Mulai dari cara mengambil foto produk yang menarik, mengatur jadwal live streaming di TikTok, hingga penggunaan marketplace. Dengan begitu, UMKM di desa ini dapat bersaing di pasar yang lebih luas,” jelas Galih, di sela acara Peliputan Program Perguruan Tinggi Gotong Royong Membangun Desa Kabupaten Garut.
Sebagian besar pelaku UMKM masih menjalankan metode pemasaran tradisional, seperti menjual produk secara langsung dari pintu ke pintu. Bahkan, pelaku UMKM terbesar di desa ini, pemilik salah satu pabrik Supet, masih menggunakan metode manual untuk menjangkau pembeli di Bali dan daerah lainnya.
Galih berharap dengan dukungan berkelanjutan, pelaku UMKM optimis dapat memperluas jaringan pemasaran mereka. Upaya ini diharapkan tidak hanya meningkatkan perekonomian lokal, tetapi juga memperkenalkan Supet sebagai produk unggulan desa Sukamukti ke pasar yang lebih luas.
“Kami berharap Supet dapat mengharumkan nama Desa Sukamukti hingga ke tingkat internasional. Dengan branding yang kuat dan dukungan dari pemerintah serta perguruan tinggi, kami yakin mimpi itu bisa terwujud,” ujarnya.
Sementara Staf Ahli Bupati Garut Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan, Nia Gania Karyana mengapresiasi peran seluruh pihak yang berkontribusi dalam keberhasilan program ini, termasuk kepala desa, mahasiswa, panitia, dan para akademisi.
Ia mengatakan, berbagai kegiatan yang sudah disusun dan diimplementasikan tim mahasiswa di Desa Sukamukti seperti mengajar anak-anak TK dan SD, membina usaha kecil menengah (UKM), serta menangani masalah sosial, memberikan dampak positif tidak hanya bagi mahasiswa tetapi juga bagi masyarakat desa.
Sedangkan Ketua Panitia KKN PTMGRMD, Gugun Geusan Akbar, menjelaskan Kabupaten Garut dipilih sebagai lokasi program karena memiliki potensi besar untuk menjadi contoh bagi daerah lain.
Sebanyak 105 mahasiswa tersebar di enam desa dari lima kecamatan untuk menjalankan program yang fokus pada zero stunting, penanganan kemiskinan ekstrem, dan one village one product. Gugun berharap kolaborasi berbagai elemen dapat memastikan keberlanjutan program hingga Januari mendatang.
“Program KKN gotong royong ini dirancang bukan hanya untuk mahasiswa atau perguruan tinggi, tetapi juga untuk memberikan dampak nyata yang lebih optimal bagi masyarakat,” ucap Gugun.