Daftar Lengkap Tokoh Dunia Paling Korup versi OCCRP dari Tahun ke Tahun, Putin dan Duterte Termasuk
JAKARTA, iNews.id - Organisasi jurnalisme investigasi Organized Crime and Corrupt Reporting Project (OCCRP) yang berbasis di Amsterdam, Belanda, membuat heboh Indonesia dengan memasukkan mantan presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sebagai nominator Person of the Year in Organized Crime and Corruption 2024.
Jokowi tidak memenangkan gelar tersebut, melainkan jatuh kepada Bashar Al Assad, presiden Suriah yang digulingkan pada bulan lalu.
Pemenang Person of the Year dipilih oleh panel juri yang terdiri atas para ahli yakni dari kalangan masyarakat sipil, akademisi, dan jurnalisme.
Sejak 2012, gelar Person of the Year in Organized Crime and Corruption diberikan kepada mereka yang dianggap paling menimbulkan kekacauan di seluruh dunia melalui kejahatan terorganisasi dan korupsi.
Berikut daftar pemenang Person of the Year in Organized Crime and Corruption OCCRP sejak 2012:
1. Ilham Aliyev (2012)
Sang Presiden Azerbaijan memenangkan penghargaan untuk pertama kali yakni pada 2012. Aliyev dipilih setelah terungkapnya temuan saat itu bahwa keluarganya mengambil saham besar dalam industri yang menguntungkan termasuk telekomunikasi, mineral, dan konstruksi.
Penghargaan dipilih oleh 60 jurnalis dan 15 organisasi berita yang tergabung dalam konsorsium OCCRP.
2. Parlemen Rumania (2013)
Pemenang pada 2013 bukan individu, melainkan entitas politik yaitu Parlemen Rumania. OCCRP memberikan penghargaan ini kepada parlemen Rumania setelah mengesahkan amandemen terkait hukum pidana yang memberikan kekebalan hukum kepada anggotanya serta pejabat pemerintah lain dari tuduhan korupsi.
Amandemen yang disahkan secara aklamasi itu menyatakan, presiden, senator, dan anggota majelis rendah Rumania bukan pejabat publik. Oleh karena itu, mereka tidak bisa didakwa atas penyuapan, penyalahgunaan jabatan, konflik kepentingan, dan tuduhan terkait korupsi lainnya.
Selain itu pejabat pemerintah yang telah dihukum karena korupsi dapat dibebaskan dari tuduhan.
"Parlemen Rumania telah membawa korupsi ke tingkat baru di Eropa dengan melegalkannya. Mengapa sekarang? Mungkin karena mereka tahu apa yang telah mereka lakukan dan itu tidak baik," kata Drew Sullivan, pendiri OCCRP, saat itu.
3. Vladimir Putin (2014)
Vladimir Putin digelari Person of the Year 2014 atas kebjakannya dalam mengubah Rusia menjadi pusat pencucian uang karena mendukung kejahatan terorganisasi di Krimea dan wilayah Donbass, Ukraina timur.
Dia juga menjadi sorotan karena gagal dalam mendakwa aktivitas kriminal serta membawa pemerintahannya bekerja sama dengan dan memanfaatkan geng kriminal sebagai komponen kebijakan negara.
“Putin telah menjadi nominator setiap tahun sehingga Anda bisa menganggap ini sebagai penghargaan lifetime achievment,” kata Sullivan.
4. Milo Djukanovic (2015)
Dia menjabat sebagai Perdana Menteri Montenegro saat mendapat penghargaan ini. Djukanovic menjabat sebagai presiden atau perdana menteri Monetenegro selama hampir 3 dekade.
Meskipun tampil sebagai pemimpin progresif dan pro-Barat, termasuk membantu negaranya bergabung dengan NATO, Djukanovic menerapkan praktik kleptokrasi serta menciptakan surga kejahatan terorganisasi.
“Tidak seorang pun selain Putin yang telah memimpin negara yang sangat bergantung pada korupsi, kejahatan terorganisasi, dan politik kotor. Negara ini benar-benar dan sepenuhnya busuk sampai ke akar-akarnya,” kata Sullivan.
Turut menominasikan Djukanovic sebagai penerima Person of the Year 2015 Vanja Calovic, direktur Jaringan untuk Afirmasi LSM (MANS), LSM yang berbasis di Montenegro.
5. Nicolas Maduro (2016)
Panel yang terdiri atas delapan jurnalis, akademisi, dan aktivis anti-korupsi memilih Presiden Venezuela Nicolas Maduro sebagai penerima penghargaan tahun 2016.
Maduro dianggap sebagai penguasa yang korup dan represif, serta salah urus. Dampaknya warga di negara yang kaya minyak tersebut menderita kelaparan serta harus mengemis obat.
Saat pembunuhan dan kejahatan serta penindasan politik di Venezuela meroket, dia dan lingkaran dalam, termasuk istrinya Cilia Flores, meraup jutaan dolar AS dari kas negara untuk menutupi patronase yang membuatnya tetap berkuasa.
6. Rodrigo Duterte (2017)
Duterte menjabat sebagai presiden Filipina saat mendapat gelar ini. Dia dituduh bertanggung jawab atas lebih dari 1.000 pembunuhan di luar hukum, mendukung aksi main hakim sendiri, serta melakukan pelanggaran HAM yang sistematis.
"Duterte telah mengolok-olok supremasi hukum di negaranya," kata Sullivan.
Panel global yang terdiri atas sembilan jurnalis, akademisi, dan aktivis yang memerangi korupsi memilih Duterte berdasarkan perang brutalnya terhadap kejahatan narkoba.
Angkuh dan kasar, Duterte memenuhi janjinya untuk menggunakan taktik apa pun yang diperlukan untuk menghentikan penggunaan narkoba.
7. Danske Bank (2018)
Pemenang pada 2018 kembali jatuh pada entitas yakni bank terbesar di Denmark, Danske Bank. OCCRP memilihnya kaeena mendukung pencucian uang skala besar melalui cabangnya di Estonia.
Skandal pencucian uang senilai 230 miliar euro menempatkan Danske Bank sebagai pemenang penghargaan.
“Danske Bank adalah penerima penghargaan yang layak. Penghargaan ini menyoroti peran industri jasa kriminal dalam memungkinkan terjadinya korupsi dan kejahatan internasional,” kata Sullivan.
Istilah “jasa kriminal” mengacu pada bank, firma hukum, akuntan, dan pihak lain yang membantu penjahat dan pejabat korup menyembunyikan aset serta memberikan legitimasi atas perbuatan mereka.
8. Joseph Muscat (2019)
Muscat menjabat sebagai perdana menteri Malta saat dianugerahi Person of the Year. Dia dianggap bertanggung jawab atas meningkatnya kriminalitas serta kurangnya penegakan hukum selama menjabat.
Pembunuhan jurnalis yang kasusnya misterius, maraknya transaksi gelap, menjadikan Malta sebuah negara kecil yang dicengkeram oleh kepentingan-kepentingan kriminal berskala besar.
Di bawah kepemimpinan Muscat, kriminalitas dan korupsi telah berkembang pesat, dalam banyak kasus pelakunya tidak dihukum. Kondisi itu dianggap menjadi pemicu pembunuhan jurnalis investigasi Daphne Caruana Galizia pada 2017.
Penyelidikan yang dilakukan pemerintah Malta terhadap pembunuhan Galizia selama bertahun-tahun gagal menemukan pelakunya sampai pada November 2017. Pihak berwenang menangkap dalang pembunuhan yakni seorang pengusaha Malta yang merupakan teman Muscat serta mantan ajudan, Keith Schembri.
Galizia dibunuh terkait pemberitaannya yang mengungkap skandal korupsi tingkat tertinggi yang melibatkan pejabat pemerintahan Muscat.
9. Jair Bolsonaro (2020)
Bolsonaro dinobatkan sebagai Person of the Year 2020 oleh OCCRP atas perannya dalam mempromosikan kejahatan terorganisasi dan korupsi.
Bolsonaro mengelilingi dirinya dengan tokoh-tokoh korup, menggunakan propaganda untuk mempromosikan agenda populis, merusak sistem peradilan, serta melancarkan perang yang merusak wilayah hutan Amazon.
Bolsonaro dituduh memungut gaji PNS, praktik yang dikenal sebagai pembagian gaji. Namun, para juri memilihnya karena kemunafikannya, berkuasa dengan janji untuk memerangi korupsi, namun justru sebaliknya. Dia tidak hanya mengelilingi dirinya dengan orang-orang korup, tapi secara keliru menuduh orang lain melakukan korupsi.
10. Aleksandr Lukashenko (2021)
Presiden Belarusia Aleksandr Lukashenko dinobatkan atas segala perbuatannya dalam memajukan kegiatan kriminal terorganisasi dan korupsi.
Panel yang terdiri atas enam jurnalis dan akademisi yang mempelajari dan melaporkan tindak pidana korupsi tidak mengalami kesulitan dalam memilih otokrat pasca-Soviet tersebut. Ini adalah pertama kali dalam satu dekade pemberian penghargaan OCCRP, keputusan diambil dengan suara bulat.
"Tahun ini merupakan tahun yang gemilang bagi korupsi, tetapi Lukashenko lebih menonjol dibandingkan yang lain," kata Sullivan.
11. Yevgeny Prigozhin (2022)
Nama Prigozhin mencuat setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 2022. Pendiri perusahaan jasa tentara bayaran terbunuh dalam kecelakaan pesawat pada 2023.
Sejak awal invasi Rusia ke Ukraina, beberapa pertempuran paling sengit dilakoni tentara bayaran Pregozhin.
Menurut OCCRP, sang oligarki Rusia tersebut telah menjadi avatar paling mencolok dari segala hal yang paling gelap di negaranya.
Pendapatannya diraih dengan kekerasan brutal serta impunitas yang dia terima dari hukum Rusia. Dia melakukan kejahatan korupsi yang disponsori negara dengan cara yang hanya bisa ditandingi oleh sedikit orang.
Sullivan menjelaskan, penghargaan ini diberikan atas upaya Pregozhin yang tak kenal lelah dalam memperluas jangkauan Rusia yang kejam dan korup, mencuri untuk Putin, dan menghukum mereka yang menentang.
12. Maria Consuelo Porras (2023)
Maria Consuelo Porras, jaksa agung Guatemala, dianggap sebagai instrumen utama dalam menggagalkan demokrasi, berupaya mempertahankan kekuasaan pemerintah yang korup dengan mencegah segala upaya untuk menjegal presiden terpilih Bernardo Arevalo memangku jabatan.
Porras bertindak sebagai instrumen yang efisien, dimanfaatkan oleh pemerintah untuk menghancurkan supremasi hukum.
Langkah-langkah yang diambil Porras dan sekutu-sekutunya di pemerintahan telah menjerumuskan negara terpadat di Amerika Tengah itu ke dalam krisis politik.
"Porras melindungi apa yang disebut di Guatemala sebagai 'pakta para korup,' melibatkan para pengusaha korup, politisi korup, anggota kejahatan terorganisasi, dan pensiunan jenderal," kata Maria Teresa Ronderos, direktur Centro Latinoamericano de Investigación Periodística (CLIP), salah satu juri OCCRP 2023.
Porras juga secara brutal menganiaya para jaksa, jurnalis, dan aktivis jujur, kemudian mengasingkan dan merampas hak publik mereka untuk memeriksa para pejabat.